chapter 14 Kita Hanya Butiran Debu
by Frans Stevanus
16:59,Sep 27,2023
Karen Ning bahkan tidak melihat ke arah Tommy Luo yang sedang terduduk di lantai sambil menutupi wajahnya. Tommy Luo sedang mengatur napasnya yang tersengal-sengal.
Karen Ning merapikan rambut hitam legamnya yang tergerai lalu berkata kepada Septian Shun sambil tersenyum, "Dokter Shun, aku minta maaf. Kenapa tidak memberitahuku kalau mau datang ke sini? Maaf ya jadi menyusahkanmu, mau kamu apakan Tommy ini? Katakan saja padaku."
Setelah Septian Shun mendapatkan kekuatan super, sebenarnya dia tidak peduli pada Tommy Luo. Namun, yang mengejutkan Septian Shun adalah identitas Karen Ning. Tidak mudah bagi Septian Shun untuk mengetahui identitas Karen Ning, dia tidak menyangka ternyata Karen Ning adalah seorang bos sebuah hotel besar.
"Tidak apa-apa, Kak Karen. Bukannya kamu sudah memberinya pelajaran untukku? Itu sudah cukup." Septian Shun benar-benar tidak terlalu peduli tentang Tommy Luo, dia hanya tersenyum lembut menanggapi kata-kata Karen Ning.
Karen Ning yang memiliki kekayaan ratusan juta tentu memiliki rencananya sendiri. Matanya menyapu ke seluruh ruangan lalu pandangannya terhenti pada spanduk bertuliskan "Reuni Alumni Universitas Kedokteran Raya Angkatan Ke-14", kemudian dia pada teman sekelas Septian Shun dan berkata,"Kalian semua adalah teman sekelas Dokter Shun, kenapa tidak memberitahuku dari tadi? Aku minta maaf karena sudah merusak kesenangan kalian semua. Ayo, ayo. Kebetulan Aula Peony di lantai 13 sedang kosong, silakan semuanya pindah ke sana. Suasananya jauh lebih baik dari ruangan ini. Untuk menebus kesalahanku, kalian semua kutraktir, hari ini biar aku saja yang bayar.”
Semua langsung memberi tepuk tangan meriah, mereka langsung memahami situasi yang berubah tiba-tiba ini.
"Wah, Aula Peony! Itu ruang perjamuan termewah di Hotel Emerald. Lift yang menuju Aula Peony saja privat, tidak semua orang bisa mengaksesnya. Aku tidak menyangka Septian bisa membuat pemilik Hotel Emerald mentraktir kita, bahkan katanya untuk menebus kesalahan, kita semua ditraktir? Ini sungguh luar biasa, Tommy bukan siapa-siapa, Septian sangat hebat!"
"Astaga, ini serius?"
Teman-teman sekelas Septian Shun mulai berbisik, namun dia yang berdiri di tengah kerumunan hanya tersenyum. Bisa dibilang kali ini dia berutang budi pada Karen Ning, tetapi dia tidak takut karena sekarang dia sangat percaya diri.
Septian Shun menggaruk kepalanya sambil berucap, "Terima kasih, Kak Karen."
Karen Ning memang ingin membuat Septian Shun berutang budi padanya karena Karen Ning tidak tahu apa-apa tentang dunia medis sedangkan dia melihat keterampilan medis Septian Shun cukup hebat. Karen Ning hanya memiliki seorang putri, jadi dia melakukan hal ini supaya Septian Shun bisa memperlakukan putrinya dengan baik. Dalam situasi ini Septian Shun tidak merasa tersanjung sama sekali, matanya malah memancarkan rasa penuh percaya diri. Hal ini membuat Karen Ning lebih menghormati Septian Shun.
"Mungkin bantuan ini bisa menghasilkan lebih banyak!"
Pemikiran Karen Ning yang awalnya hanya ingin menebus kesalahan, sekarang berubah.
Jangan pernah meremehkan seorang dokter, dokter yang hebat bisa menyelamatkan hidupmu! Bagi orang kaya, apalah arti uang dibandingkan dengan nyawa?
Akhirnya Septian Shun dan teman-temannya berjalan menuju lantai 13. Samar-samar mereka menganggap Septian Shun sebagai pemimpin mereka. Raut wajah mereka memiliki ekspresi yang berbeda-beda, ada yang terkejut, ada yang gelisah dan ada yang sedikit gugup. Selama perjalanan, hanya Septian Shun yang terlihat biasa saja, dia masih mengobrol santai dan tertawa bahagia.
Di belakang mereka, tertinggal Tommy Luo yang masih terbaring di lantai. Wajahnya sangat lusuh dan kusut, dia tidak percaya semua ini terjadi. Di sampingnya, ada Jenita Zhang yang tidak berdaya. Dia yang masih sadar pun tiba-tiba meneteskan air mata penyesalan di sudut matanya.
Tommy Luo menoleh dan melihat Jenita Zhang, kemarahan pun muncul di hatinya, dia lalu menampar Jenita Zhang dengan keras.
"Ini semua salahmu wanita berengsek!"
Tommy Luo mengertakkan gigi, dia sama sekali tidak peduli dengan hidup mati Jenita Zhang. Melihat Septian Shun dan rombongannya masuk ke dalam lift, dia pun berjalan ke tangga dengan wajah murung.
"Aku harus membalasnya! Aku tidak bisa berbuat apa-apa pada Karen Ning, tapi kalau perkataanmu itu benar bahwa kamu memang seorang dokter di Rumah Sakit Umum, maka aku akan membunuhmu!" Mata Tommy Luo sampai memerah karena kebencian yang begitu mendalam. Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon sebuah nomor. “Dokter Wang? Ya, ya, ini aku, Tommy. Aku mau tanya, apa di rumah sakit kalian ada dokter bernama Septian? Apa? Oh, dia bawahanmu? Ah, begini. Sepertinya aku butuh bantuanmu…”
Tidak peduli konspirasi apa yang Tommy Luo lakukan untuk melawan Septian Shun sekarang, yang jelas kesan yang dibuat Septian Shun di hadapan teman-teman sekelasnya hari ini begitu menakjubkan, sampai membuat para teman yang awalnya meremehkannya terkejut setengah mati. Bahkan Vera Lin pun sangat terkejut.
"Septian, kenapa kamu tidak memberitahuku kalau sekarang kamu sudah jadi orang sukses? Bahkan kamu bisa berkenalan dengan bos kaya raya seperti Karen, apalagi sepertinya mereka sangat menghormatimu."
Vera Lin diam-diam menarik Septian Shun dari belakang.
“Dia bersikap begitu supaya aku mau menyembuhkan putrinya, bukan apa-apa.” Septian Shun tersenyum menanggapi kata-kata Vera Lin. "Nanti kita harus puas menikmati Aula Peony ya, aku sendiri belum pernah melihat seperti apa tempat itu, jadi ayo hari ini kita lihat-lihat.”
Vera Lin berjalan mengikuti Septian Shun dan caranya memandang Septian Shun perlahan berubah. Septian Shun sekarang memancarkan aura yang berbeda, tetapi bagaimanapun juga, Vera Lin tahu bahwa Septian Shun menganggapnya sebagai saudara.
Tanpa Tommy Luo yang mengganggu situasi dan dengan kehadiran Septian Shun yang mengejutkan mereka semua, acara reuni di Aula Peony pun berlangsung menyenangkan dan sangat harmonis, mereka semua bersenang-senang bahkan sedikit segan pada Septian Shun. Karen Ning hanya bergabung selama 10 menit, sebelum pergi dia berpesan pada Septian Shun untuk memanggilnya jika membutuhkan sesuatu.
Kekuatan uang sungguh dapat mengubah sikap seseorang. Setelah jamuan makan, Septian Shun menjadi fokus semua orang. Awalnya, Septian Shun ingin pergi diam-diam, tetapi teman-teman sekelasnya memaksa untuk mengantarnya, jadilah mereka bergerombol mengantarnya ke pintu Hotel Emerald.
"Antarkan saja Vera pulang, dia terlalu bahagia hari ini jadi minum terlalu banyak. Maaf ya merepotkan kalian.”
Septian Shun berdiri di depan pintu hotel dan memberi instruksi pada teman-teman sekelasnya. Entah Vera Lin bahagia untuk dirinya sendiri atau untuk Septian Shun, yang jelas pada akhirnya dia minum terlalu banyak dan sekarang mabuk.
"Jangan khawatir, kami akan mengurusnya." Teman sekelas yang membawa mobil menepuk dadanya sendiri dan berkata dengan lantang, "Aku tidak minum, biar aku yang mengantar Vera. Septian, di mana rumahmu? Biar kuantar sekalian.”
Teman sekelasnya ini bicara seperti itu karena berharap bisa menjalin hubungan dengan Septian Shun.
Septian Shun menggeleng sambil menggoyangkan kunci di tangannya, "Tidak usah, aku bawa sepeda dan bisa pulang sendiri. Kalian hati-hati ya.”
Semuanya melongo saat melihat Septian Shun berjalan menuju sepeda yang digembok di pilar pintu masuk hotel. Septian Shun sangat terampil membuka gembok sepedanya, menoleh dan melambai ke arah mereka, lalu pergi meninggalkan hotel itu.
"Sederhana sekali."
Seorang teman sekelasnya yang tadi pamer akan mobil Buick yang dia kendarai pun menatap kunci mobilnya dan menertawakan diri sendiri.
Mereka menatap sosok Septian Shun yang kian menjauh, tiba-tiba muncullah sebuah kalimat “Kita semua hanya butiran debu.”
Karen Ning merapikan rambut hitam legamnya yang tergerai lalu berkata kepada Septian Shun sambil tersenyum, "Dokter Shun, aku minta maaf. Kenapa tidak memberitahuku kalau mau datang ke sini? Maaf ya jadi menyusahkanmu, mau kamu apakan Tommy ini? Katakan saja padaku."
Setelah Septian Shun mendapatkan kekuatan super, sebenarnya dia tidak peduli pada Tommy Luo. Namun, yang mengejutkan Septian Shun adalah identitas Karen Ning. Tidak mudah bagi Septian Shun untuk mengetahui identitas Karen Ning, dia tidak menyangka ternyata Karen Ning adalah seorang bos sebuah hotel besar.
"Tidak apa-apa, Kak Karen. Bukannya kamu sudah memberinya pelajaran untukku? Itu sudah cukup." Septian Shun benar-benar tidak terlalu peduli tentang Tommy Luo, dia hanya tersenyum lembut menanggapi kata-kata Karen Ning.
Karen Ning yang memiliki kekayaan ratusan juta tentu memiliki rencananya sendiri. Matanya menyapu ke seluruh ruangan lalu pandangannya terhenti pada spanduk bertuliskan "Reuni Alumni Universitas Kedokteran Raya Angkatan Ke-14", kemudian dia pada teman sekelas Septian Shun dan berkata,"Kalian semua adalah teman sekelas Dokter Shun, kenapa tidak memberitahuku dari tadi? Aku minta maaf karena sudah merusak kesenangan kalian semua. Ayo, ayo. Kebetulan Aula Peony di lantai 13 sedang kosong, silakan semuanya pindah ke sana. Suasananya jauh lebih baik dari ruangan ini. Untuk menebus kesalahanku, kalian semua kutraktir, hari ini biar aku saja yang bayar.”
Semua langsung memberi tepuk tangan meriah, mereka langsung memahami situasi yang berubah tiba-tiba ini.
"Wah, Aula Peony! Itu ruang perjamuan termewah di Hotel Emerald. Lift yang menuju Aula Peony saja privat, tidak semua orang bisa mengaksesnya. Aku tidak menyangka Septian bisa membuat pemilik Hotel Emerald mentraktir kita, bahkan katanya untuk menebus kesalahan, kita semua ditraktir? Ini sungguh luar biasa, Tommy bukan siapa-siapa, Septian sangat hebat!"
"Astaga, ini serius?"
Teman-teman sekelas Septian Shun mulai berbisik, namun dia yang berdiri di tengah kerumunan hanya tersenyum. Bisa dibilang kali ini dia berutang budi pada Karen Ning, tetapi dia tidak takut karena sekarang dia sangat percaya diri.
Septian Shun menggaruk kepalanya sambil berucap, "Terima kasih, Kak Karen."
Karen Ning memang ingin membuat Septian Shun berutang budi padanya karena Karen Ning tidak tahu apa-apa tentang dunia medis sedangkan dia melihat keterampilan medis Septian Shun cukup hebat. Karen Ning hanya memiliki seorang putri, jadi dia melakukan hal ini supaya Septian Shun bisa memperlakukan putrinya dengan baik. Dalam situasi ini Septian Shun tidak merasa tersanjung sama sekali, matanya malah memancarkan rasa penuh percaya diri. Hal ini membuat Karen Ning lebih menghormati Septian Shun.
"Mungkin bantuan ini bisa menghasilkan lebih banyak!"
Pemikiran Karen Ning yang awalnya hanya ingin menebus kesalahan, sekarang berubah.
Jangan pernah meremehkan seorang dokter, dokter yang hebat bisa menyelamatkan hidupmu! Bagi orang kaya, apalah arti uang dibandingkan dengan nyawa?
Akhirnya Septian Shun dan teman-temannya berjalan menuju lantai 13. Samar-samar mereka menganggap Septian Shun sebagai pemimpin mereka. Raut wajah mereka memiliki ekspresi yang berbeda-beda, ada yang terkejut, ada yang gelisah dan ada yang sedikit gugup. Selama perjalanan, hanya Septian Shun yang terlihat biasa saja, dia masih mengobrol santai dan tertawa bahagia.
Di belakang mereka, tertinggal Tommy Luo yang masih terbaring di lantai. Wajahnya sangat lusuh dan kusut, dia tidak percaya semua ini terjadi. Di sampingnya, ada Jenita Zhang yang tidak berdaya. Dia yang masih sadar pun tiba-tiba meneteskan air mata penyesalan di sudut matanya.
Tommy Luo menoleh dan melihat Jenita Zhang, kemarahan pun muncul di hatinya, dia lalu menampar Jenita Zhang dengan keras.
"Ini semua salahmu wanita berengsek!"
Tommy Luo mengertakkan gigi, dia sama sekali tidak peduli dengan hidup mati Jenita Zhang. Melihat Septian Shun dan rombongannya masuk ke dalam lift, dia pun berjalan ke tangga dengan wajah murung.
"Aku harus membalasnya! Aku tidak bisa berbuat apa-apa pada Karen Ning, tapi kalau perkataanmu itu benar bahwa kamu memang seorang dokter di Rumah Sakit Umum, maka aku akan membunuhmu!" Mata Tommy Luo sampai memerah karena kebencian yang begitu mendalam. Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon sebuah nomor. “Dokter Wang? Ya, ya, ini aku, Tommy. Aku mau tanya, apa di rumah sakit kalian ada dokter bernama Septian? Apa? Oh, dia bawahanmu? Ah, begini. Sepertinya aku butuh bantuanmu…”
Tidak peduli konspirasi apa yang Tommy Luo lakukan untuk melawan Septian Shun sekarang, yang jelas kesan yang dibuat Septian Shun di hadapan teman-teman sekelasnya hari ini begitu menakjubkan, sampai membuat para teman yang awalnya meremehkannya terkejut setengah mati. Bahkan Vera Lin pun sangat terkejut.
"Septian, kenapa kamu tidak memberitahuku kalau sekarang kamu sudah jadi orang sukses? Bahkan kamu bisa berkenalan dengan bos kaya raya seperti Karen, apalagi sepertinya mereka sangat menghormatimu."
Vera Lin diam-diam menarik Septian Shun dari belakang.
“Dia bersikap begitu supaya aku mau menyembuhkan putrinya, bukan apa-apa.” Septian Shun tersenyum menanggapi kata-kata Vera Lin. "Nanti kita harus puas menikmati Aula Peony ya, aku sendiri belum pernah melihat seperti apa tempat itu, jadi ayo hari ini kita lihat-lihat.”
Vera Lin berjalan mengikuti Septian Shun dan caranya memandang Septian Shun perlahan berubah. Septian Shun sekarang memancarkan aura yang berbeda, tetapi bagaimanapun juga, Vera Lin tahu bahwa Septian Shun menganggapnya sebagai saudara.
Tanpa Tommy Luo yang mengganggu situasi dan dengan kehadiran Septian Shun yang mengejutkan mereka semua, acara reuni di Aula Peony pun berlangsung menyenangkan dan sangat harmonis, mereka semua bersenang-senang bahkan sedikit segan pada Septian Shun. Karen Ning hanya bergabung selama 10 menit, sebelum pergi dia berpesan pada Septian Shun untuk memanggilnya jika membutuhkan sesuatu.
Kekuatan uang sungguh dapat mengubah sikap seseorang. Setelah jamuan makan, Septian Shun menjadi fokus semua orang. Awalnya, Septian Shun ingin pergi diam-diam, tetapi teman-teman sekelasnya memaksa untuk mengantarnya, jadilah mereka bergerombol mengantarnya ke pintu Hotel Emerald.
"Antarkan saja Vera pulang, dia terlalu bahagia hari ini jadi minum terlalu banyak. Maaf ya merepotkan kalian.”
Septian Shun berdiri di depan pintu hotel dan memberi instruksi pada teman-teman sekelasnya. Entah Vera Lin bahagia untuk dirinya sendiri atau untuk Septian Shun, yang jelas pada akhirnya dia minum terlalu banyak dan sekarang mabuk.
"Jangan khawatir, kami akan mengurusnya." Teman sekelas yang membawa mobil menepuk dadanya sendiri dan berkata dengan lantang, "Aku tidak minum, biar aku yang mengantar Vera. Septian, di mana rumahmu? Biar kuantar sekalian.”
Teman sekelasnya ini bicara seperti itu karena berharap bisa menjalin hubungan dengan Septian Shun.
Septian Shun menggeleng sambil menggoyangkan kunci di tangannya, "Tidak usah, aku bawa sepeda dan bisa pulang sendiri. Kalian hati-hati ya.”
Semuanya melongo saat melihat Septian Shun berjalan menuju sepeda yang digembok di pilar pintu masuk hotel. Septian Shun sangat terampil membuka gembok sepedanya, menoleh dan melambai ke arah mereka, lalu pergi meninggalkan hotel itu.
"Sederhana sekali."
Seorang teman sekelasnya yang tadi pamer akan mobil Buick yang dia kendarai pun menatap kunci mobilnya dan menertawakan diri sendiri.
Mereka menatap sosok Septian Shun yang kian menjauh, tiba-tiba muncullah sebuah kalimat “Kita semua hanya butiran debu.”
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved