chapter 12 Kebetulan Sekali!

by Frans Stevanus 16:59,Sep 27,2023
Tommy Luo tercengang. Dia tidak pernah menyangka Septian Sun akan memukulinya di depan umum!

"Sialan! Berani-beraninya kamu memukulku! Berani-beraninya!"

Sesaat kemudian, Tommy Luo berdiri dengan marah dan bergegas menghampiri Septian Sun. Tapi, begitu melihat fisik Septian Sun, dia langsung melangkah mundur. Matanya yang lebam karena habis dipukul tampak ketakutan, dia berteriak kepada para teman sekelas Septian Sun seperti orang kesetanan, "Hajar dia! Pukul dia! Cepat bantu aku memukulnya! Berani-beraninya dia memukulku!"

Namun, tidak ada teman sekelas yang mau membantu Tommy Luo.

Vera Lin pun menghampiri Septian Sun dan menepuk bahunya sambil berkata, "Kerja bagus, Septian! Pukulanmu itu benar-benar meluapkan segala perasaanmu!"

Septian Sun balas tertawa kecil sambil berkata, "Ini belum berakhir. Vera, kamu tidak tahu ya aku ini orang yang berpikiran sempit?"

Tommy Luo pun bangkit berdiri dengan napas yang terengah-engah, tatapan matanya terlihat begitu tajam seolah ingin menghabisi Septian Sun. Sayangnya, Tommy Luo tidak berani maju menghadapi Septian Sun sendirian. Dia pun mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang. Septian Sun hanya memandangi Tommy Luo yang sedang menelepon sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya.

"Kenapa? Sudah selesai teleponnya? Kamu pasti mau menyuruhku melihat apa akibat dari perbuatanku, bukan?"

Septian Sun tersenyum. Berkat kekuatan fisik yang selalu dia latih setiap hari, pukulannya tadi pasti memang terasa begitu menyakitkan bagi Tommy Luo.

Tommy Luo tertegun menatap Septian Sun, ekspresinya terlihat gelisah. Dia lalu berkata dengan suara yang terdengar gemetar, "Kamu lihat saja nanti!"

Septian Sun sontak tertawa. Baginya, tampang Tommy Luo saat ini terlihat sangat lucu.

"Ya ampun! Memangnya kamu tidak lihat bagaimana nasib Jenita? Itu, dia masih terkapar di atas lantai!" kata Septian Sun sambil menunjuk ke arah Jenita Zhang yang masih terbaring pingsan di atas lantai.

Tommy Luo melirik Jenita Zhang yang terbaring di atas lantai itu sambil memaki, "Ini semua gara-gara kamu, dasar sialan! Bukan cuma uangku saja yang hilang hari ini, tapi juga harga diriku! Kalau bukan karena dia melayaniku dengan baik, mana mungkin aku membantunya mengadakan reuni kelas ini supaya dia bisa pamer?"

Tommy Luo pun menatap Septian Sun dengan tajam sambil berkata, "Tidak usah pedulikan dia kenapa! Pokoknya, tamat riwayatmu hari ini! Akan kuhabisi kamu! Tidak akan ada yang bisa membelamu!"

Barulah pada saat itu semua siswa akhirnya menyadari apa yang terjadi. Mereka semua berhenti menatap Tommy Luo.

"Septian, cepat pergi dari sini! Tommy sebenarnya sangat kuat! Lebih baik kamu pergi saja!”

"Benar, Septian, cepatlah pergi dari sini! Biar kami yang menahannya! Pergilah!"

Para siswa lainnya pun mulai memihak kepada Septian Sun. Mereka semua menyarankan Septian Sun untuk segera pergi dari sini agar tidak menjadi pusat perhatian.

"Septian, ayo sekarang kita pergi. Hari ini sampai di sini saja. Bagaimanapun juga, kita sudah berhasil melampiaskan amarah kita!" bujuk Vera Lin dengan lembut sambil menghampiri Septian Sun.

"Pergi? Jangan harap! Kalau kamu berani angkat kaki dari sini, akan kupatahkan kakimu! Kita lihat siapa yang berani membantu Septian! Siapa pun itu akan berurusan denganku!"

Begitu mendengar ada yang menyarankan Septian Sun untuk pergi, Tommy Luo langsung membentak dengan marah.

Sementara itu, Septian Sun hanya berdiri diam dengan tenang sambil menatap Tommy Luo yang marah. Dia sama sekali tidak berniat untuk angkat kaki, jadi dia mengangkat tangannya dan berkata kepada Tommy Luo dengan nada serius, "Kamu benar-benar tidak mau memeriksa kondisi Jenita yang pingsan?"

Tommy Luo balas menatap Septian Sun dengan dingin sambil berkata, "Lihat saja nanti! Aku pasti akan menghabisimu!"

Septian Sun balas tersenyum. Dia menundukkan kepalanya sambil merenggangkan jemarinya dan berkata, "Baiklah, kita lihat nanti! Aku akan dengan senang hati menemanimu bermain!"

Setelah mengetahui bahwa dia mampu melihat tembus pandang dan mengendalikan obyek dengan pikirannya, Septian Sun menjadi tidak kenal takut.

Sikap Septian Sun yang terlihat sangat percaya diri membuat Tommy Luo menjadi agak cemas, tetapi suara lift yang tiba-tiba terdengar membuat tatapan mata Tommy Luo langsung menjadi berbinar. Seolah-olah penyelamat Tommy Luo sudah tiba.

"Hari ini, akan kupastikan Septian mendapatkan ganjarannya karena sudah memukulku! Sekalipun aku harus menggunakan semua utang budiku! Sekalipun aku harus menghalalkan segala cara! Kalau aku tidak bisa memberimu pelajaran, mana mungkin bos Hotel Emerald juga tidak bisa? Dia adalah orang yang memiliki kemampuan dan kekuatan, dia pasti bisa menghabisimu! Dia akhirnya datang! Lihat saja nasibmu habis ini!"

Tommy Luo menatap Septian Sun sambil tersenyum dengan sinis, lalu menatap pintu lift yang terbuka sambil tersenyum dengan lebar.

"Direktur Ning! Kamu akhirnya datang!"

Tommy Luo membungkuk dengan sopan, terlihat jelas dia sangat menghormati sosok wanita yang berjalan keluar dari lift. Wanita itu memang memiliki aura yang tampak sangat berkharisma. Wanita itu mengenakan setelan jas berwarna hitam, enam atau tujuh orang pengawal berbaju hitam mengelilinginya.

"Ini tidak mungkin, bukan? Kebetulan sekali!"

Septian Sun langsung bergumam begitu melihat si wanita cantik. Wah, dunia ini sempit sekali! Dengan ekspresi yang tidak bisa digambarkan, Septian Sun pun mengeluarkan selembar kartu nama dengan tenang.

Sementara itu, Tommy Luo menundukkan kepalanya sambil mengulurkan tangannya kepada Karen Ning. Namun, siapa sangka ternyata Karen Ning malah mengabaikan uluran tangan Tommy Luo? Dia berdiri di hadapan Tommy Luo sambil bertanya dengan nada dingin, "Ada apa ini? Kenapa meneleponku? Kamu tidak tahu aku paling benci dengan masalah?"

Septian Sun sontak merasa sedikit kaget dengan aura kuat yang menguar dari Karen Ning. Dia kira Karen Ning adalah sosok wanita yang lembut dan manis. Ini adalah pertama kalinya Septian Sun melihat sosok Karen Ning dengan aura yang begitu kuat. Entah kenapa, tiba-tiba jantung Septian Sun menjadi berdebar-debar. Dia jadi teringat akan telapak tangan Karen Ning yang begitu halus dan lembut.

"Apa-apaan ini! Kenapa ada yang pingsan? Kamu tidak tahu aku paling benci dengan masalah? Selain itu, aku juga benci sekali dengan segala sesuatu yang terkait penyakit atau apalah itu akhir-akhir ini!" Begitu melihat sosok Jenita Zhang yang terbaring pingsan di atas lantai, Karen Ning langsung mengernyit. Sorot matanya yang tajam segera menyorotkan aura yang menakutkan. Saking menakutkannya, Tommy Luo sontak terkejut. Akan tetapi, Karen Ning tidak menyadari keberadaan Septian Sun di antara kerumunan orang ini.

"Ini... ini bukan apa-apa! Wanita ini cuma kebanyakan minum! Ia mabuk! Tidak perlu mencemaskannya, Direktur Ning! tidak apa-apa! Wanita ini minum terlalu banyak! Dia minum terlalu banyak! Nanti akan kusurh orang untuk melemparkannya ke bawah! Aku tidak mungkin menyeretmu ke dalam masalah, Direktur Ning!"

Tommy Luo yang sontak gemetar ketakutan pun langsung menenangkan Karen Ning, dia bahkan tidak memikirkan sedikit pun tentang hidup matinya Jenita Zhang.

Karen Ning balas mengangguk, lalu baru menyadari bahwa mata Tommy Luo terlihat lebam. Dia pun bertanya dengan agak penasaran, "Matamu kenapa? Habis dipukul?"

Tommy Luo yang awalnya sedang memikirkan bagaimana memulai membahas pertikaiannya dengan Septian Sun pun langsung berpura-pura menangis dengan pilu saat mendengar pertanyaan Karen Ning. Dia menjawab, "Direktur Ning! Tolong balaskan dendamku! Padahal aku sudah berbaik hati menyediakan tempat supaya mereka bisa reuni, tapi ternyata aku malah dipukul!"

Sambil menangis, Tommy Luo pun menceritakan segala yang terjadi dengan sengaja dilebih-lebihkan. Dia bahkan sampai menyeka air matanya sambil menundukkan kepalanya. Dia bersikap seolah-olah menjadi korban penganiayaan. Di sisi lain, sikap semua orang yang lain tetap sama seperti sebelumnya.

Setelah mendengarkan cerita Tommy Luo, Karen Ning pun mengernyit sambil berkata, "Apa-apaan ini! Ternyata ada kejadian seperti itu? Berani-beraninya menghajar orang lain di depan khalayak umum! Tapi, ternyata kamu pintar juga mencari masalah, ya! Jawab, siapa yang memukulmu? Biar kubantu kamu menghadapinya!"

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

200