chapter 7 reuni teman sekelas
by Frans Stevanus
16:59,Sep 27,2023
Setelah meninggalkan kantor Miranda Ouyang, Septian Shun menyeka hidungnya dengan keras. "Seksi sekali! Seksi sekali! Mimisanku hampir keluar!” Septian Shun akhirnya gagal menahan godaan. Dia menggunakan ilmu tembus pandang melihat ke tubuh Miranda Ouyang. Dia tidak hanya melihat tubuh Miranda Ouyang yang sangat seksi, tetapi juga melihat bagian tubuh Miranda Ouyang yang lemah.
Beberapa saat kemudian, Septian Shun meregangkan tubuhnya. Senyuman yang telah ditahan lama akhirnya terpapar di wajahnya. Suasana hatinya sangat lega. Hari ini dia juga tidak punya tugas lain jadi dia memutuskan untuk istirahat di rumah.
Setelah meninggalkan rumah sakit, Septian Shun mendorong sepedanya dari parkiran rumah sakit. Dia bersepeda dengan semangat dan menuju ke rumah kontrakannya dengan cepat.
Rumah Septian Shun bukan di Kota Jaya tetapi di Kota Santana, Provinsi Gajo. Dia telah meninggalkan kampung halamannya sejak lama. Dia berasal dari keluarga miskin. Sejak kuliah, dia tidak pernah meminta sepersen pun dari keluarganya, bahkan pada masa sulit dia juga tidak memberi tahu keluarganya dan membuat keluarganya mengkhawatirkannya. Impian Septian Shun untuk menjadi seorang dokter berasal dari kakeknya yang pernah menjadi dokter pengobatan tradisional yang sedikit terkenal.
Teringat kakeknya, ekspresi Septian Shun menjadi rumit.
“Doraemon ….”
Di dalam rumah kontrakan yang kecil, ponsel Septian Shun tiba-tiba berdering. Septian Shun yang tidur dengan linglung mengangkat teleponnya. Lalu tiba-tiba muncul suara yang nyaring, “Septian! Bagaimana kabarmu akhir-akhir ini? Kita telah lulus hampir setahun! Kamu sebagai ketua kelas juga tidak mengajak teman-teman untuk berkumpul? Kamu tidak mengajak juga ada orang yang akan mengajaknya. Malam ini jam setengah delapan di Hotel Emerald, jangan lupa datang!”
“Hah? Vera, apa maksudmu?”
Septian Shun memegang ponselnya dengan linglung, sedangkan Vera Lin telah mengakhiri teleponnya. Saat mendengar reunian kuliah, Septian Shun tiba-tiba terpikir gambarannya. Septian Shun menghela napas. Dia melihat jam menunjuk pukul setengah enam. Oleh karena itu, Septian Shun bangun untuk beres dan memutuskan untuk menghadiri reuni ini.
Septian Shun pernah sekolah di universitas kedokteran di ibu kota. Dia juga merupakan salah satu mahasiswa yang unggul ditambah tampangnya yang tampan dan sifatnya yang ceria membuatnya sangat populer. Dia juga pernah menjadi ketua kelas. Namun karena suatu alasan, Septian Shun menjadi putus asa, hingga hampir lulus Septian Shun bangkit kembali. Dia berusaha mencari pekerjaan magang di Kota Jaya, kalau tidak Septian Shun mungkin tidak memiliki pekerjaan.
Alasan membuat Septian Shun putus asa karena perempuan.
Mantan pacarnya, Jenita Zhang. Jenita Zhang adalah wanita adalah perempuan tercantik di universitas kedokteran mereka. Sebelumnya Jenita Zhang mengira Septian Sun adalah anak orang kaya, sehingga dia mendekati Septian Shun. Seiring jalannya waktu, mereka berdua jadian. Dari segi pandangan orang lain, Jenita Zhang adalah wanita cantik dan seksi, sedangkan Septian Shun adalah laki-laki yang tinggi dan tampan. Mereka adalah pasangan yang serasi. Septian Shun juga berpikir demikian. Oleh karena itu, Septian Shun tenggelam dalam hubungan ini. Namun siapa sangka Jenita Zhang adalah perempuan matre. Saat Jenita Zhang menyadari Septian Shun berasal dari keluarga miskin, dia langsung mencampakkan Septian Shun dan menjalin hubungan dengan lelaki lain. Hal ini membuat Septian Shun sangat terluka sehingga tidak bisa move on dalam waktu yang lama.
Saat pukul setengah enam sore, Septian Shun keluar dari rumah dan bersepeda menuju Hotel Emerald.
Kota Jaya sebagai ibu kota, pemandangannya sangat indah, apalagi di malam hari. Cahaya lampunya sangat menyilaukan. Saat tiba di depan Hotel Emerald, Septian Shun terpesona dengan deretan mobil mewah yang diparkir di bawah hotel. Setelah ragu beberapa saat, Septian Shun mengunci sepedanya di tiang listrik. Saat Septian Shun mengunci sepedanya, ada seorang wanita yang menatap Septian Shun dengan ragu.
“Tuan, apakah kamu menghadiri pertemuan alumni kedokteran kelas 14? Silakan ikutin aku.”
Setelah Septian Shun menjelaskan tujuannya, pegawai resepsionis yang cantik dan mengenakan kebaya merah membawa Septian Shun ke samping lift, kemudian dia menekankan tombol lantai enam untuk Septian Shun dengan tersenyum.
Setelah tiba di lantai enam, Septian Shun melihat seluruh aula lantai enam telah dihias. Ada orang yang membooking seluruh lantai enam untuk acara reuni kali ini.
“Septian, kamu sudah datang? Hahaha …. Kita sudah lama tidak bertemu. Kamu masih seperti dulu!”
Septian Shun baru sampai di aula, tiba-tiba muncul suara nyaring. Itu adalah suara familier yang meneleponnya barusan.
“Vera! Lama tidak berjumpa!”
Septian Shun menyapa Vera Lin yang mendekatinya sambil tersenyum. Vera Lin adalah sahabat baik Septian Shun saat kuliah. Namun karena Vera Lin keluar negeri setelah lulus dan baru kembali akhir-akhir ini, jadi Septian Shun dan Vera Lin sudah lama tidak bertemu.
“Siapa yang begitu royal? Reunian kita bahkan membooking satu lantai enam di Hotel Emerald?”
Mereka berdua berjalan masuk ke aula sambil bersenda gurau. Septian Shun melirik semua teman yang ada di aula. Dia menyadari bahwa mereka telah berubah setelah berkecimpung dalam masyarakat. Mereka tidak sepolos seperti dulu. Sekarang mereka jelas terbagi menjadi beberapa golongan. Namun karena berbagai alasan, teman sekelas Septian Shun kebanyakan tidak berkembang.
Septian Shun menghadapi semua sapaan temannya, tetapi Septian Shun merasa tatapan aneh dari teman-temannya.
“Ada apa ini?” Septian Shun kebingungan. Dia menoleh melihat Vera Lin. Dia ingin mendapat jawaban dari Vera Lin, tetapi Vera Lin juga menunjukkan ekspresi ragu.
Vera Lin mungkin merasakan kebingungan Septian Shun,jadi dia berkata, “Bukankah kamu penasaran siapa yang melakukan reunian kali ini? Sebenarnya bukan dari teman di kelas kita, tetapi dari kelas kedua, Tommy Luo, yang melakukan teunian kali ini. Katanya dia melakukannya untuk Jenita.”
Saat mendengar nama Jenita Zhang dan Tommy Luo, senyuman di wajah Septian Shun langsung menghilang. Ekspresinya juga menjadi dingin. Tubuhnya langsung memancarkan aura dilarang mendekat.
“Septian! Jenita si matre itu tidak layak membuatmu seperti ini. Lagi pula semuanya sudah berlalu lama! Apakah kamu masih belum move on?” ujar Vera Lin pada Septian Shun dengan kesal.
“Kamu jangan khawatir, aku sudah melupakannya. Aku hanya merasa tidak layak terhadap pengorbananku pada saat itu.” Septian Shun melepaskan kepalan tangannya dengan perlahan dan tersenyum lagi. Dia sudah berpikir terbuka, dia hanya merasa tidak nyaman saat mendengar nama Jenita Zhang.
“Wah! Jenita cantik sekali!”
Tiba-tiba suara seruan para teman menarik perhatian Septian Shun ke atas panggung.
Ada dua sosok yang muncul di atas panggung. Seorang laki-laki dan perempuan duduk di bawah sorotan semua orang. Wanita cantik itu mengenakan pakaian mewah. Tangannya merangkul lengan laki-laki di sampingnya. Tampang laki-laki itu tidak terlalu menarik. Tubuhnya pendek dan bertampang mesum.
Kedua orang itu berjalan kemari dengan perlahan sambil menghadapi sapaan sopan dari teman di sekitarnya.
“Jenita! Lama tidak bertemu. Kamu semakin cantik!”
“Iya, Jenita. Setelah sekian lama tidak bertemu, sepertinya kehidupanmu semakin baik! Sungguh membuat orang iri!”
“Jenita, kamu benar-benar beruntung. Lihatlah betapa hebatnya pacarmu! Bisakah kamu menyuruh pacarmu untuk membuatku bekerja di perusahaannya?”
Pada saat ini, lift tiba-tiba terbuka. Ada seorang wanita yang keluar dari lift tersebut. Saat melihat Jenita, matanya langsung berbinar. Dia segera berjalan ke sisi Jenita Zhang dengan senyuman yang berlebihan.
“Jinny, kamu datang juga?”
Saat mendengar pujian ini, Jenita Zhang merasa sangat puas. Senyuman di wajahnya juga semakin lebar. “Putus dengan Septian si miskin adalah pilihan yang tepat! Meskipun dia memiliki kemampuan yang hebat, apakah dia bisa membuatku menikmati kemakmuran dalam waktu yang singkat?”
Jenita Zhang menoleh dan tersenyum mempesona pada Tommy Luo. Sedangkan Tommy Luo juga berkata pada Jinny Wu. “Tidak masalah! Kamu adalah temannya Jenita, bagaimanapun juga aku harus membantunya! Besok kamu datang cari aku di perusahaan!”
“Terima kasih! Hahaha …. Kamu dan Jenita benar-benar pasangan yang serasi yang membuat orang iri!”
Setelah mendapatkan janji, senyuman Jinny Wu bagaikan bunga yang mekar. Pujiannya membuat kesombongan Jenita Zhang dan Tommy Luo mendapatkan kepuasan. Jenita Zhang mengecup pipi Tommy Luo.
Beberapa saat kemudian, Septian Shun meregangkan tubuhnya. Senyuman yang telah ditahan lama akhirnya terpapar di wajahnya. Suasana hatinya sangat lega. Hari ini dia juga tidak punya tugas lain jadi dia memutuskan untuk istirahat di rumah.
Setelah meninggalkan rumah sakit, Septian Shun mendorong sepedanya dari parkiran rumah sakit. Dia bersepeda dengan semangat dan menuju ke rumah kontrakannya dengan cepat.
Rumah Septian Shun bukan di Kota Jaya tetapi di Kota Santana, Provinsi Gajo. Dia telah meninggalkan kampung halamannya sejak lama. Dia berasal dari keluarga miskin. Sejak kuliah, dia tidak pernah meminta sepersen pun dari keluarganya, bahkan pada masa sulit dia juga tidak memberi tahu keluarganya dan membuat keluarganya mengkhawatirkannya. Impian Septian Shun untuk menjadi seorang dokter berasal dari kakeknya yang pernah menjadi dokter pengobatan tradisional yang sedikit terkenal.
Teringat kakeknya, ekspresi Septian Shun menjadi rumit.
“Doraemon ….”
Di dalam rumah kontrakan yang kecil, ponsel Septian Shun tiba-tiba berdering. Septian Shun yang tidur dengan linglung mengangkat teleponnya. Lalu tiba-tiba muncul suara yang nyaring, “Septian! Bagaimana kabarmu akhir-akhir ini? Kita telah lulus hampir setahun! Kamu sebagai ketua kelas juga tidak mengajak teman-teman untuk berkumpul? Kamu tidak mengajak juga ada orang yang akan mengajaknya. Malam ini jam setengah delapan di Hotel Emerald, jangan lupa datang!”
“Hah? Vera, apa maksudmu?”
Septian Shun memegang ponselnya dengan linglung, sedangkan Vera Lin telah mengakhiri teleponnya. Saat mendengar reunian kuliah, Septian Shun tiba-tiba terpikir gambarannya. Septian Shun menghela napas. Dia melihat jam menunjuk pukul setengah enam. Oleh karena itu, Septian Shun bangun untuk beres dan memutuskan untuk menghadiri reuni ini.
Septian Shun pernah sekolah di universitas kedokteran di ibu kota. Dia juga merupakan salah satu mahasiswa yang unggul ditambah tampangnya yang tampan dan sifatnya yang ceria membuatnya sangat populer. Dia juga pernah menjadi ketua kelas. Namun karena suatu alasan, Septian Shun menjadi putus asa, hingga hampir lulus Septian Shun bangkit kembali. Dia berusaha mencari pekerjaan magang di Kota Jaya, kalau tidak Septian Shun mungkin tidak memiliki pekerjaan.
Alasan membuat Septian Shun putus asa karena perempuan.
Mantan pacarnya, Jenita Zhang. Jenita Zhang adalah wanita adalah perempuan tercantik di universitas kedokteran mereka. Sebelumnya Jenita Zhang mengira Septian Sun adalah anak orang kaya, sehingga dia mendekati Septian Shun. Seiring jalannya waktu, mereka berdua jadian. Dari segi pandangan orang lain, Jenita Zhang adalah wanita cantik dan seksi, sedangkan Septian Shun adalah laki-laki yang tinggi dan tampan. Mereka adalah pasangan yang serasi. Septian Shun juga berpikir demikian. Oleh karena itu, Septian Shun tenggelam dalam hubungan ini. Namun siapa sangka Jenita Zhang adalah perempuan matre. Saat Jenita Zhang menyadari Septian Shun berasal dari keluarga miskin, dia langsung mencampakkan Septian Shun dan menjalin hubungan dengan lelaki lain. Hal ini membuat Septian Shun sangat terluka sehingga tidak bisa move on dalam waktu yang lama.
Saat pukul setengah enam sore, Septian Shun keluar dari rumah dan bersepeda menuju Hotel Emerald.
Kota Jaya sebagai ibu kota, pemandangannya sangat indah, apalagi di malam hari. Cahaya lampunya sangat menyilaukan. Saat tiba di depan Hotel Emerald, Septian Shun terpesona dengan deretan mobil mewah yang diparkir di bawah hotel. Setelah ragu beberapa saat, Septian Shun mengunci sepedanya di tiang listrik. Saat Septian Shun mengunci sepedanya, ada seorang wanita yang menatap Septian Shun dengan ragu.
“Tuan, apakah kamu menghadiri pertemuan alumni kedokteran kelas 14? Silakan ikutin aku.”
Setelah Septian Shun menjelaskan tujuannya, pegawai resepsionis yang cantik dan mengenakan kebaya merah membawa Septian Shun ke samping lift, kemudian dia menekankan tombol lantai enam untuk Septian Shun dengan tersenyum.
Setelah tiba di lantai enam, Septian Shun melihat seluruh aula lantai enam telah dihias. Ada orang yang membooking seluruh lantai enam untuk acara reuni kali ini.
“Septian, kamu sudah datang? Hahaha …. Kita sudah lama tidak bertemu. Kamu masih seperti dulu!”
Septian Shun baru sampai di aula, tiba-tiba muncul suara nyaring. Itu adalah suara familier yang meneleponnya barusan.
“Vera! Lama tidak berjumpa!”
Septian Shun menyapa Vera Lin yang mendekatinya sambil tersenyum. Vera Lin adalah sahabat baik Septian Shun saat kuliah. Namun karena Vera Lin keluar negeri setelah lulus dan baru kembali akhir-akhir ini, jadi Septian Shun dan Vera Lin sudah lama tidak bertemu.
“Siapa yang begitu royal? Reunian kita bahkan membooking satu lantai enam di Hotel Emerald?”
Mereka berdua berjalan masuk ke aula sambil bersenda gurau. Septian Shun melirik semua teman yang ada di aula. Dia menyadari bahwa mereka telah berubah setelah berkecimpung dalam masyarakat. Mereka tidak sepolos seperti dulu. Sekarang mereka jelas terbagi menjadi beberapa golongan. Namun karena berbagai alasan, teman sekelas Septian Shun kebanyakan tidak berkembang.
Septian Shun menghadapi semua sapaan temannya, tetapi Septian Shun merasa tatapan aneh dari teman-temannya.
“Ada apa ini?” Septian Shun kebingungan. Dia menoleh melihat Vera Lin. Dia ingin mendapat jawaban dari Vera Lin, tetapi Vera Lin juga menunjukkan ekspresi ragu.
Vera Lin mungkin merasakan kebingungan Septian Shun,jadi dia berkata, “Bukankah kamu penasaran siapa yang melakukan reunian kali ini? Sebenarnya bukan dari teman di kelas kita, tetapi dari kelas kedua, Tommy Luo, yang melakukan teunian kali ini. Katanya dia melakukannya untuk Jenita.”
Saat mendengar nama Jenita Zhang dan Tommy Luo, senyuman di wajah Septian Shun langsung menghilang. Ekspresinya juga menjadi dingin. Tubuhnya langsung memancarkan aura dilarang mendekat.
“Septian! Jenita si matre itu tidak layak membuatmu seperti ini. Lagi pula semuanya sudah berlalu lama! Apakah kamu masih belum move on?” ujar Vera Lin pada Septian Shun dengan kesal.
“Kamu jangan khawatir, aku sudah melupakannya. Aku hanya merasa tidak layak terhadap pengorbananku pada saat itu.” Septian Shun melepaskan kepalan tangannya dengan perlahan dan tersenyum lagi. Dia sudah berpikir terbuka, dia hanya merasa tidak nyaman saat mendengar nama Jenita Zhang.
“Wah! Jenita cantik sekali!”
Tiba-tiba suara seruan para teman menarik perhatian Septian Shun ke atas panggung.
Ada dua sosok yang muncul di atas panggung. Seorang laki-laki dan perempuan duduk di bawah sorotan semua orang. Wanita cantik itu mengenakan pakaian mewah. Tangannya merangkul lengan laki-laki di sampingnya. Tampang laki-laki itu tidak terlalu menarik. Tubuhnya pendek dan bertampang mesum.
Kedua orang itu berjalan kemari dengan perlahan sambil menghadapi sapaan sopan dari teman di sekitarnya.
“Jenita! Lama tidak bertemu. Kamu semakin cantik!”
“Iya, Jenita. Setelah sekian lama tidak bertemu, sepertinya kehidupanmu semakin baik! Sungguh membuat orang iri!”
“Jenita, kamu benar-benar beruntung. Lihatlah betapa hebatnya pacarmu! Bisakah kamu menyuruh pacarmu untuk membuatku bekerja di perusahaannya?”
Pada saat ini, lift tiba-tiba terbuka. Ada seorang wanita yang keluar dari lift tersebut. Saat melihat Jenita, matanya langsung berbinar. Dia segera berjalan ke sisi Jenita Zhang dengan senyuman yang berlebihan.
“Jinny, kamu datang juga?”
Saat mendengar pujian ini, Jenita Zhang merasa sangat puas. Senyuman di wajahnya juga semakin lebar. “Putus dengan Septian si miskin adalah pilihan yang tepat! Meskipun dia memiliki kemampuan yang hebat, apakah dia bisa membuatku menikmati kemakmuran dalam waktu yang singkat?”
Jenita Zhang menoleh dan tersenyum mempesona pada Tommy Luo. Sedangkan Tommy Luo juga berkata pada Jinny Wu. “Tidak masalah! Kamu adalah temannya Jenita, bagaimanapun juga aku harus membantunya! Besok kamu datang cari aku di perusahaan!”
“Terima kasih! Hahaha …. Kamu dan Jenita benar-benar pasangan yang serasi yang membuat orang iri!”
Setelah mendapatkan janji, senyuman Jinny Wu bagaikan bunga yang mekar. Pujiannya membuat kesombongan Jenita Zhang dan Tommy Luo mendapatkan kepuasan. Jenita Zhang mengecup pipi Tommy Luo.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved