chapter 13 Halo, Kak Karen
by Frans Stevanus
16:59,Sep 27,2023
Tommy Luo menekuk wajahnya saat mendengar jawaban Karen Ning, tetapi sebenarnya dalam hati dia sangat gembira. Tommy yang masih menunduk pun menatap Septian Shun sambil mencibir.
"Hei, kenapa diam saja? Ayo cepat panggil orang yang memukulmu!” Lamunan Tommy Luo buyar karena suara Karen Ning, Tommy Luo menciutkan lehernya dan berkata pelan kepada Karen Ning, "Direktur Ning, aku... aku tidak berani pergi ke sana sendirian.”
“Kamu ini!” Karen Ning menggeleng dengan jijik, kemudian memerintahkan tiga pengawal berjas untuk mengikuti Tommy Luo.
Dengan dikawal tiga pengawal berbadan besar dan berjas hitam, Tommy Luo pun jadi merasa percaya diri. Dia beranjak pergi menghampiri Septian Shun dengan senyum liar di wajahnya.
"Bagaimana ini? Mereka terlihat kejam dan kuat, sepertinya Septian yang akan terhajar balik.”
"Meski Tommy memang bajingan, ternyata dia punya cukup banyak kenalan. Ayo cepat sembunyi, jangan sampai kita ikut terkena masalah."
"Septian benar-benar tertimpa masalah. Hahh… Kenapa bisa-bisanya dia menyinggung Tommy. Pria ini bahkan tidak peduli dengan hidup matinya Jenita, masih punya muka dia bilang mereka saling mencintai. Benar-benar menjijikkan!"
Teman-teman sekelas mulai saling berbisik, tetapi mereka tentu tidak bisa membela Septian Shun. Akhirnya, mereka semua memberi jalan dan mengungkapkan keberadaan Septian Shun juga Vera Lin yang berada di sampingnya.
"Septian, aku hitung satu, dua, tiga, lalu kamu lari secepatnya, ya! Biar aku yang menghalangi mereka. Nanti kita cari kesempatan lain untuk membuat perhitungan dengan Tommu.” Telapak tangan Vera Lin berkeringat saat dia melihat Tommy Luo datang bersama para pria kekar berbaju hitam. Meski merasa gugup, Vera Lin masih memikirkan cara untuk membantu Septian Shun.
Septian Shun menepuk bahu Vera Lin dengan lembut untuk menunjukkan bahwa dia baik-baik saja. Septian Shun malah melangkah maju dan berdiri di depan Tommy Luo. Vera Lin hanya bisa menatapnya dengan terkejut.
"Hahaha! Septian! Apa sekarang kamu masih berani sombong? Sudah begini saja kamu masih berlagak sombong? Kubunuh kamu!”
Tommy Luo membentaknya dan terlihat seperti ingin memakan Septian Shun hidup-hidup.
Namun, Tommy tidak menyangka ternyata Septian Shun benar-benar berjalan ke arahnya, menepuk pundaknya dengan tenang dan berkata, "Ayo pergi, katanya mau menghadap Direktur Ning bersama-sama? Ayo."
Tommy Luo sungguh tidak menyangka Septian Shun akan bertindak begini. Tommy Luo memimpin tiga pria garang berjas hitam datang menghampiri Septian Shun dengan agresif, tetapi Septian Shun bukannya takut malah angkat bicara duluan. Keberanian Septian Shun mengejutkan Tommy Luo, juga para teman di sekelilingnya, mereka terhenyak menyaksikan Septian Shun yang terlihat sangat tenang.
Kalau Tommy Luo berkata jujur bahwa wanita berpenampilan menawan ini benar-benar pemilik Hotel Emerald, maka wanita ini pastilah orang yang berkarakter dan berpengaruh. Hotel Emerald bisa berdiri selama belasan tahun di Kota Jaya semua berkat wanita itu, apalagi sekarang posisinya mereka semua berada di wilayah kekuasaan wanita itu.
Beberapa dari mereka diam-diam menertawakan kebodohan Septian Shun karena tidak memanfaatkan kesempatan terbaik untuk segera pergi. Ada juga beberapa yang bingung. Sejak kapan Septian Shun menjadi begitu berani? Vera Lin juga sangat khawatir, mereka yang ada di tempat itu sangat tidak yakin Septian Shun bisa pergi dengan selamat.
Kecuali kalua terjadi keajaiban.
Tommy Luo menatap Septian Shun dengan tatapan dingin, memberi isyarat kepada pria berjas untuk memegang Septian Shun, mencegahnya melarikan diri. Pria berjas itu melangkah maju dan mengulurkan tangannya ke Septian Shun, tetapi Septian Shun menepisnya. "Tidak perlu, ayo pergi.”
Tommy Luo mendengus dingin, "Hah! Terus saja bersikap sombong, aku mau lihat nasibmu sebentar lagi.”
Tommy Luo yang sangat ingin membalas dendam, buru-buru berjalan menghampiri Karen Ning. "Direktur Ning, ini dia orangnya! Dia yang berani memukulku di hotelmu."
"Ya." Karen Ning menjawab singkat. Meski wajahnya terlihat menawan, saat ini memancarkan aura agung seperti seorang penguasa. Karen Ning balik badan dan berkata, "Biar kuselidiki dulu duduk perkaranya.”
Tommy Luo merasa senang dan tersenyum, membiarkan Septian Shun berdiri di depan Karen Ning.
Suasana hening, perhatian semuanya tertuju pada Septian Shun dan Karen Ning. Semua orang khawatir akan apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi Karen Ning justru tertegun ketika dia balik badan dan tidak ada respon sedikit pun.
Semua orang bingung, kemudian mereka menyadari bahwa ekspresi wajah Karen Ning tiba-tiba berubah. Awalnya, Karen Ning terlihat tidak sabar, tetapi setelah Septian Shun muncul di hadapannya, Karen Ning terkejut seakan tidak percaya, dia memekik, "Dokter Shun?"
Septian Shun tersenyum lembut, "Apa kabar Kak Karen, kita bertemu lagi."
Tommy Luo dan semua orang yang ada di sana tercengang.
Tommy Luo mendatangkan Karen Ning adalah untuk balas dendam, dia tidak menyangka ternyata keduanya malah saling kenal. Apalagi dilihat dari perilaku Karen Ning, sepertinya dia cukup menghormati Septian Shun.
"Mana mungkin? Dilihat dari sikap Tommy pada Direktur Ning, harusnya wanita cantik ini penguasa kaya raya, bagaimana dia bisa bersikap penuh hormat pada Septian?"
“Apa jangan-jangan kita salah? Jangan-jangan Septian punya rahasia yang kita tidak tahu?”
Teman sekelasnya tercengang, bahkan Vera Lin pun ikut tercengang.
Ketika Tommy Luo melihat kejadian ini sebuah firasat buruk timbul di hatinya, tetapi rasa malu membuatnya sedikit menggila, "Direktur Ning, ini dia orangnya! Tadi kamu bilang akan membelaku dan membantuku melampiaskan amarahku, kamu harusnya membalas menghajar orang ini.”
Karen Ning buru-buru tersenyum dan meminta maaf pada Septian Shun. Karen Ning balik badan, dengan aura berkharisma, ditambah perawakannya yang tegap membuat kecantikannya semakin terpancar. Kemudian, Karen Ning berujar singkat, "Bungkam pria ini."
Pria kekar berjas pun melangkah maju dan meringkus Tommy Luo.
Tommy Luo tidak bereaksi. Bukankah dia yang memanggil Karen Ning? Kenapa jadi dia yang diringkus begini? Tommy Luo benar-benar tak terima, dia pun berteriak, "Direktur Ning, ada apa ini? Apa kamu lupa, akulah yang mendiagnosis penyebab penyakit putrimu. Dia hanya seorang dokter amatir, jelas aku yang lebih terpandang. Kenapa kamu memperlakukanku seperti ini? Direktur Ning, kamu salah orang. Cepat bantu aku memberinya pelajaran!"
Sebetulnya akan lebih baik kalau Tommy Luo tidak bicara seperti ini, karena begitu mendengarnya, Karen Ning jadi lebih murka. Pada awalnya putrinya hanya batuk, jadi Karen Ning membawanya ke Rumah Sakit Utama untuk melakukan pemeriksaan, tetapi tidak ketahuan putrinya sakit apa. Anton Wang, dokter yang menangani putrinya juga mengabaikan kondisi putrinya. Pada akhirnya, Tommy Luo yang berjumpa dengan Anton Wang mendiagnosis putrinya menderita kekurangan gizi. Karen Ning tidak percaya diagnosis ini karena meski bukan orang terkaya, harta kekayaannya ada ratusan miliar, mana mungkin anaknya bisa kekurangan gizi? Untung saja ada Septian Shun yang membantu mendiagnosis penyakitnya, barulah mereka tahu kalau anaknya terkena kanker. Septian Shun adalah penyelamat putrinya yang berharga dan menjadi kunci kesembuhan putrinya di masa depan. Jadi, tentu sosok Tommy Luo yang termasuk orang terpandang menjadi tidak berarti di mata Karen Ning.
Namun, Karen Ning tidak mau mengungkapkan hal ini. Mendengar Tommy Luo yang masih berteriak seolah dia pria teraniaya, Karen Ning pun tidak sungkan lagi. Dengan mata membelalak, dia menghardik Tommy Luo, "Diam!"
Pria kekar berjas pun langsung bertindak, dia menampar wajah Tommy Luo.
"Plak!"
Suara tamparan itu terdengar renyah. Tommy Luo menutupi wajahnya dengan tatapan kosong.
Semua orang di hotel terpana melihat adegan ini. Tanpa ragu sedikit pun, Karen Ning benar-benar menghajar Tommy Luo demi Septian Shun!
"Hei, kenapa diam saja? Ayo cepat panggil orang yang memukulmu!” Lamunan Tommy Luo buyar karena suara Karen Ning, Tommy Luo menciutkan lehernya dan berkata pelan kepada Karen Ning, "Direktur Ning, aku... aku tidak berani pergi ke sana sendirian.”
“Kamu ini!” Karen Ning menggeleng dengan jijik, kemudian memerintahkan tiga pengawal berjas untuk mengikuti Tommy Luo.
Dengan dikawal tiga pengawal berbadan besar dan berjas hitam, Tommy Luo pun jadi merasa percaya diri. Dia beranjak pergi menghampiri Septian Shun dengan senyum liar di wajahnya.
"Bagaimana ini? Mereka terlihat kejam dan kuat, sepertinya Septian yang akan terhajar balik.”
"Meski Tommy memang bajingan, ternyata dia punya cukup banyak kenalan. Ayo cepat sembunyi, jangan sampai kita ikut terkena masalah."
"Septian benar-benar tertimpa masalah. Hahh… Kenapa bisa-bisanya dia menyinggung Tommy. Pria ini bahkan tidak peduli dengan hidup matinya Jenita, masih punya muka dia bilang mereka saling mencintai. Benar-benar menjijikkan!"
Teman-teman sekelas mulai saling berbisik, tetapi mereka tentu tidak bisa membela Septian Shun. Akhirnya, mereka semua memberi jalan dan mengungkapkan keberadaan Septian Shun juga Vera Lin yang berada di sampingnya.
"Septian, aku hitung satu, dua, tiga, lalu kamu lari secepatnya, ya! Biar aku yang menghalangi mereka. Nanti kita cari kesempatan lain untuk membuat perhitungan dengan Tommu.” Telapak tangan Vera Lin berkeringat saat dia melihat Tommy Luo datang bersama para pria kekar berbaju hitam. Meski merasa gugup, Vera Lin masih memikirkan cara untuk membantu Septian Shun.
Septian Shun menepuk bahu Vera Lin dengan lembut untuk menunjukkan bahwa dia baik-baik saja. Septian Shun malah melangkah maju dan berdiri di depan Tommy Luo. Vera Lin hanya bisa menatapnya dengan terkejut.
"Hahaha! Septian! Apa sekarang kamu masih berani sombong? Sudah begini saja kamu masih berlagak sombong? Kubunuh kamu!”
Tommy Luo membentaknya dan terlihat seperti ingin memakan Septian Shun hidup-hidup.
Namun, Tommy tidak menyangka ternyata Septian Shun benar-benar berjalan ke arahnya, menepuk pundaknya dengan tenang dan berkata, "Ayo pergi, katanya mau menghadap Direktur Ning bersama-sama? Ayo."
Tommy Luo sungguh tidak menyangka Septian Shun akan bertindak begini. Tommy Luo memimpin tiga pria garang berjas hitam datang menghampiri Septian Shun dengan agresif, tetapi Septian Shun bukannya takut malah angkat bicara duluan. Keberanian Septian Shun mengejutkan Tommy Luo, juga para teman di sekelilingnya, mereka terhenyak menyaksikan Septian Shun yang terlihat sangat tenang.
Kalau Tommy Luo berkata jujur bahwa wanita berpenampilan menawan ini benar-benar pemilik Hotel Emerald, maka wanita ini pastilah orang yang berkarakter dan berpengaruh. Hotel Emerald bisa berdiri selama belasan tahun di Kota Jaya semua berkat wanita itu, apalagi sekarang posisinya mereka semua berada di wilayah kekuasaan wanita itu.
Beberapa dari mereka diam-diam menertawakan kebodohan Septian Shun karena tidak memanfaatkan kesempatan terbaik untuk segera pergi. Ada juga beberapa yang bingung. Sejak kapan Septian Shun menjadi begitu berani? Vera Lin juga sangat khawatir, mereka yang ada di tempat itu sangat tidak yakin Septian Shun bisa pergi dengan selamat.
Kecuali kalua terjadi keajaiban.
Tommy Luo menatap Septian Shun dengan tatapan dingin, memberi isyarat kepada pria berjas untuk memegang Septian Shun, mencegahnya melarikan diri. Pria berjas itu melangkah maju dan mengulurkan tangannya ke Septian Shun, tetapi Septian Shun menepisnya. "Tidak perlu, ayo pergi.”
Tommy Luo mendengus dingin, "Hah! Terus saja bersikap sombong, aku mau lihat nasibmu sebentar lagi.”
Tommy Luo yang sangat ingin membalas dendam, buru-buru berjalan menghampiri Karen Ning. "Direktur Ning, ini dia orangnya! Dia yang berani memukulku di hotelmu."
"Ya." Karen Ning menjawab singkat. Meski wajahnya terlihat menawan, saat ini memancarkan aura agung seperti seorang penguasa. Karen Ning balik badan dan berkata, "Biar kuselidiki dulu duduk perkaranya.”
Tommy Luo merasa senang dan tersenyum, membiarkan Septian Shun berdiri di depan Karen Ning.
Suasana hening, perhatian semuanya tertuju pada Septian Shun dan Karen Ning. Semua orang khawatir akan apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi Karen Ning justru tertegun ketika dia balik badan dan tidak ada respon sedikit pun.
Semua orang bingung, kemudian mereka menyadari bahwa ekspresi wajah Karen Ning tiba-tiba berubah. Awalnya, Karen Ning terlihat tidak sabar, tetapi setelah Septian Shun muncul di hadapannya, Karen Ning terkejut seakan tidak percaya, dia memekik, "Dokter Shun?"
Septian Shun tersenyum lembut, "Apa kabar Kak Karen, kita bertemu lagi."
Tommy Luo dan semua orang yang ada di sana tercengang.
Tommy Luo mendatangkan Karen Ning adalah untuk balas dendam, dia tidak menyangka ternyata keduanya malah saling kenal. Apalagi dilihat dari perilaku Karen Ning, sepertinya dia cukup menghormati Septian Shun.
"Mana mungkin? Dilihat dari sikap Tommy pada Direktur Ning, harusnya wanita cantik ini penguasa kaya raya, bagaimana dia bisa bersikap penuh hormat pada Septian?"
“Apa jangan-jangan kita salah? Jangan-jangan Septian punya rahasia yang kita tidak tahu?”
Teman sekelasnya tercengang, bahkan Vera Lin pun ikut tercengang.
Ketika Tommy Luo melihat kejadian ini sebuah firasat buruk timbul di hatinya, tetapi rasa malu membuatnya sedikit menggila, "Direktur Ning, ini dia orangnya! Tadi kamu bilang akan membelaku dan membantuku melampiaskan amarahku, kamu harusnya membalas menghajar orang ini.”
Karen Ning buru-buru tersenyum dan meminta maaf pada Septian Shun. Karen Ning balik badan, dengan aura berkharisma, ditambah perawakannya yang tegap membuat kecantikannya semakin terpancar. Kemudian, Karen Ning berujar singkat, "Bungkam pria ini."
Pria kekar berjas pun melangkah maju dan meringkus Tommy Luo.
Tommy Luo tidak bereaksi. Bukankah dia yang memanggil Karen Ning? Kenapa jadi dia yang diringkus begini? Tommy Luo benar-benar tak terima, dia pun berteriak, "Direktur Ning, ada apa ini? Apa kamu lupa, akulah yang mendiagnosis penyebab penyakit putrimu. Dia hanya seorang dokter amatir, jelas aku yang lebih terpandang. Kenapa kamu memperlakukanku seperti ini? Direktur Ning, kamu salah orang. Cepat bantu aku memberinya pelajaran!"
Sebetulnya akan lebih baik kalau Tommy Luo tidak bicara seperti ini, karena begitu mendengarnya, Karen Ning jadi lebih murka. Pada awalnya putrinya hanya batuk, jadi Karen Ning membawanya ke Rumah Sakit Utama untuk melakukan pemeriksaan, tetapi tidak ketahuan putrinya sakit apa. Anton Wang, dokter yang menangani putrinya juga mengabaikan kondisi putrinya. Pada akhirnya, Tommy Luo yang berjumpa dengan Anton Wang mendiagnosis putrinya menderita kekurangan gizi. Karen Ning tidak percaya diagnosis ini karena meski bukan orang terkaya, harta kekayaannya ada ratusan miliar, mana mungkin anaknya bisa kekurangan gizi? Untung saja ada Septian Shun yang membantu mendiagnosis penyakitnya, barulah mereka tahu kalau anaknya terkena kanker. Septian Shun adalah penyelamat putrinya yang berharga dan menjadi kunci kesembuhan putrinya di masa depan. Jadi, tentu sosok Tommy Luo yang termasuk orang terpandang menjadi tidak berarti di mata Karen Ning.
Namun, Karen Ning tidak mau mengungkapkan hal ini. Mendengar Tommy Luo yang masih berteriak seolah dia pria teraniaya, Karen Ning pun tidak sungkan lagi. Dengan mata membelalak, dia menghardik Tommy Luo, "Diam!"
Pria kekar berjas pun langsung bertindak, dia menampar wajah Tommy Luo.
"Plak!"
Suara tamparan itu terdengar renyah. Tommy Luo menutupi wajahnya dengan tatapan kosong.
Semua orang di hotel terpana melihat adegan ini. Tanpa ragu sedikit pun, Karen Ning benar-benar menghajar Tommy Luo demi Septian Shun!
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved