Bab 17 Pemandangan Yang Indah

by Hendy Zhang 08:01,Sep 01,2023
“Kakak ipar, kamu sangat cantik!
Jeremy Lin terpana melihat Daisy Yang yang berjalan keluar dari kamar. Daisy Yang sekarang mengenakan gaun hitam dengan pinggang yang ramping, memperlihatkan lekuk tubuhnya secara maksimal. Desain model rongga yang unik dari gaun itu dengan sempurna memadukan karakter lembut, pemalu, dan menawan dari dirinya. Kesan misterius dari ekspresi malu dan lembut seorang wanita benar-benar merupakan godaan fatal bagi pria.
“Kenapa, apakah tidak terlihat bagus?” tanya Daisy Yang gugup begitu melihat Jeremy Lin terdiam bengong.
“Tidak, ini terlalu indah!” Jeremy Lin baru sadar kembali dan memuji dengan tulus.
Paras Daisy Yang dasarnya memang sudah cantik, selama berdandan sedikit, dia akan terlihat seperti artis.
“Gaun ini terlalu terbuka, tidak bisa dipakai keluar.” kata Daisy Yang malu sambil menarik-narik gaun tersebut.
“Hehe, begini baru seksi.” Jeremy Lin tersenyum nakal, kemudian dia mengeluarkan set pakaian dalam, “Gaun itu masih ada padanannya, bagaimana kalau kakak ipar mencobanya juga?”
“Kamu! Menyebalkan!”
Wajah Daisy Yang langsung memerah ketika melihat Jeremy Lin mengeluarkan pakaian dalam. Set pakaian dalam itu dibuat dengan bahan yang sangat sedikit. Dia jadi ragu apakah pakaian dalam tersebut bisa menutupi bagian penting. Namun, pakaian dalam itu benar-benar indah dan penuh keliaran. Setiap wanita memiliki naluri ingin cantik, tak terkecuali dirinya.
“Kakak ipar, mau dicoba?”
Sikap penolakan dan penyambutan Daisy Yang seketika menyulut api nafsu di tubuh Jeremy Lin, bahkan napasnya menjadi lebih cepat. Daisy Yang semakin malu saat menyadari perubahan diri Jeremy Lin.
“Jeremy, pulanglah.” katanya pelan.
“Biarkan aku menemanimu sebentar lagi.”
Jeremy Lin membangkitkan keberanian dan memeluk Daisy Yang. Tubuh Daisy Yang langsung bergetar dan terkulai dalam pelukannya.
“Jeremy, kita tidak boleh seperti ini.”
Dia menolak di mulut, namun tubuhnya menggeliat tanpa sadar. Perasaan panas mendidih ini sudah tidak dia rasakan selama beberapa tahun.
“Kakak ipar, kamu sangat cantik.”
Jeremy Lin menatap Daisy Yang dalam pelukannya dan menunduk untuk mencium bibirnya. Daisy Yang menghela napas dalam dan perlahan memejamkan mata.
“Tit tit tit!”
Tepat saat ini, ponsel di saku Jeremy Lin berdering. Keduanya seketika sadar dari api yang membara. Daisy Yang gelagapan dan lari ke jendela.
“Jeremy, kamu sudah pulang? Semua orang menunggumu untuk menampung jeruk mereka.” tanya Inez Zhang di ujung telepon.
“Aku pulang sekarang.” sahut Jeremy Lin dan menutup panggilan, kemudian memandang Daisy Yang, “Kakak ipar, kita lanjut?”
“Jeremy, kita tidak boleh melakukan ini. Cepat pulanglah.” minta Daisy Yang dengan wajah memohon.
“Baiklah, aku pergi menampung jeruk dulu.”
Jeremy Lin tidak punya pilihan selain meninggalkan rumah Daisy Yang dengan cepat. Sebelum tiba di rumah, dia sudah melihat banyak orang yang berkumpul di sana. Inez Zhang berada di tengah dan mengobrol dengan mereka. Berhubung kondisi keluarga yang memprihatinkan, Inez Zhang selalu merasa tidak punya muka di desa. Tapi sekarang, selama Inez Zhang keluar dari rumah, selalu saja ada yang berinisiatif menyapa lebih dulu.
Jangan disebut seberapa banyak rasa percaya dirinya sekarang.
“Lihat, Jeremy kembali.” seru seseorang begitu melihat dia pulang dengan motor roda tiganya.
Bibi Niu yang bicaranya keras langsung bertanya, “Jeremy, apakah kamu masih menampung jeruk hari ini?”
“Tentu. Dan harganya sama seperti kemarin.” senyumnya disertai anggukan.
“Baguslah!”
Penduduk desa tertawa bahagia mendengarnya.
“Oh ya, Jeremy, aku dengar dari Robin kamu punya kenalan di pasar sayur kabupaten? Warga desa kita yang berjualan di sana akan dapat lapak yang bagus?” tanya seseorang lagi dengan ragu-ragu.
“Betul. Nama temanku adalah Kenny Hu, dia memiliki hubungan dengan kantor manajemen pasar sayur. Kelak, kalau kalian ingin berjualan di sana, langsung minta saja dia mengatur lapaknya.”
“Benarkah? Kamu hebat, Jeremy!”
“Dulu kita hanya bisa berjualan dengan bersembunyi di depan gerbang dan masih dikejar petugas keamanan. Tapi mulai sekarang, kita bisa menggelar lapak dan berjualan dengan tenang!”
“Ini berkat Jeremy! Inez, kamu melahirkan putra yang baik.”
“Jeremy adalah pemuda satu-satunya di desa kita, semua keberuntungan berkumpul pada dirinya!”
Para penduduk desa mulai membicarakan dan memandang Jeremy Lin dengan iri.
Segera, Jeremy Lin mengatur agar semua orang menimbang dan menjual jeruk mereka secara berurutan. Jumlah jeruk hari ini lebih dua kali lipat dari kemarin. Inez Zhang menarik Jeremy Lin ke samping dan bertanya dengan cemas, “Jeremy, kamu menampung begitu banyak jeruk hari ini, apa kamu punya uang untuk membayar mereka?”
“Tenang, aku sudah menghitungnya.” angguk Jeremy Lin yakin sambil menepuk tas pinggangnya.
Dengan bantuan semua orang, Jeremy Lin akhirnya selesai menimbang jeruk dalam waktu setengah hari. Jeruk yang dibeli hari ini berjumlah 21.000 kati, dan menghabiskan biaya sebesar 16.000 yuan lebih.
Jika per kati dihitung dengan 40 sen, berarti keuntungan bersih dari borongan jeruk ini setidaknya 8.000 yuan.
“Jeremy, pijitin ibu juga. Aku lelah setelah menampung jeruk dua hari ini.”
Inez Zhang kecapekan hingga tidak bisa berdiri tegak. Apalagi perlu menimbang dan mengangkat jeruk yang diborong, semuanya adalah pekerjaan yang membutuhkan tenaga. Kondisi fisik Inez Zhang juga kurang, jadinya kewalahan setelah dua hari ini.
Jeremy Lin segera mendekat dan memijatnya dengan hati-hati. Sejumlah energi sejati kaisar penyihir menyusup ke dalam tubuh Inez Zhang, yang dengan cepat menghilangkan semua rasa lelah di tubuhnya.
Inez Zhang merenggangkan tubuh dan berkata dengan lega, “Jeremy, akhirnya kamu sudah dewasa. Kamu tidak hanya bisa menghasilkan uang, tapi juga pandai memijat. Kondisi ayahmu juga jauh lebih baik setelah dipijat kamu. Hari ini dia bisa turun dari tempat tidur dengan tongkat!”
“Benarkah?” Jeremy Lin gembira sampai melompat.
“Tadinya ibu mengira kehidupan keluarga kita akan sulit. Ibu tak menyangka ternyata kamu punya kemampuan, ayah dan ibu juga jadi tenang. Sekarang, satu-satunya harapan ibu adalah cepatlah kamu menikah dan melahirkan cucu untuk ibu.”
Pembicaraan Inez Zhang menuju topik ini lagi.
Jeremy Lin buru-buru menghentikan Inez Zhang dan mengalihkan topik, “Bu, aku ingin mempekerjakan Paman Niu untuk membantuku menampung jeruk. Menurut Ibu, berapa upah yang sesuai untuknya?”
“Untuk apa memboroskan uang! Cuma capek sedikit, Ibu akan membantumu.” Inez Zhang langsung bangun dari kursinya dengan mata terbeliak.
“Sekarang jeruk yang ditampung semakin banyak, hanya kita berdua akan kewalahan. Selain itu, aku masih akan menjual jeruk itu ke kabupaten. Kalau ada yang membantuku, aku juga bisa malas-malasan.”
“Aih, Ibu tidak bisa mengontrolmu lagi.” keluhnya, lalu melanjutkan, “Paman Niu kamu orang yang jujur, ada baiknya juga dia membantu. Ibu akan pergi berbicara dengannya nanti malam.”
Usai makan malam, Jeremy Lin memeriksa kotak lebah sendirian di halaman. Dalam waktu dua hari, tiga kotak tersebut telah tertutup rapat oleh lebah. Dan lebah-lebah ini agak berbeda dari lebah rumah biasa. Lebah-lebah ini lebih liar, seperti lebah hutan. Lebah ini menghasilkan madu dengan cepat. Hanya dalam waktu dua hari, dia telah melihat lapisan tipis madu kuning terbentuk di sarang lebah.
“Eh, apa ini?”
Dia melihat manik kuning muda di sarang lebah dan segera diambilnya.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

90