Bab 15 Rencana pulang kampung 2

by Edy official 15:04,Jun 23,2021
"Tuan besar." Panggil Wulan sedikit berlari menghampiri kakek Azman, yang kala itu hendak pergi ke kamarnya.

"Iya, kamu berkata apa tadi?" sahut Kakek Azman setelah sesaat ia membalikan badannya menghadap kearah Wulan.

"Maksud Wulan, Kakek," ucap Wulan tersadar apa yang barusan ia katakan sembari tersenyum menampakkan gigi putihnya.

"Hemmmm. Ada apa? katakan saja tidak perlu malu-malu Kakek pasti akan mengabulkannya," tutur Kakek Azman.

"Wulan mau minta izin, dua hari lagi bertepatan tahunan meninggalnya ibu dan ayah Wulan. Kalau Kakek mengizinkan, Wulan ingin pulang kampung untuk berziy" jelas Wulan mengutarakan niatnya, diikuti dengan tatapannya menunduk kebawah.


Sesaat Kakek Azman tersenyum hangat lalu kedua bola matanya memutar menatap kearah Bu Yun berdiri tak jauh dari mereka, mengisyaratkan sesuatu lalu setelah kembali menatap kearah Wulan.

"Boleh, Kakek izinkan. Dengan syarat Vino juga harus harus mengikutimu," ucap Kakek Azman.


"Kakek! Terimakasih, Kakek mau mengizinkan Wulan." Wulan nyaris saja menjatuhkan air matanya. Tidak di pukiri kerinduannya terhadap kampung halaman sungguh membuat Wulan berkaca-kaca membendung kan air matanya.

Setelah mendapat izin dari Kakek Azman tidak menunggu lagi Wulan segera berlari ke kamarnya, segera ia memasukkan semau pakaiannya baik pakaian lama maupun pakaian baru yang dipersiapkan oleh Bu Yun.

Vino melihat itu menaikkan sebelah alisnya. Keningnya berkerut ketika melihat Wulan membereskan semau pakaiannya. Padahal tidak ia mengajak Wulan jalan-jalan bukan mengungsi. Itupun terpaksa karena ia ingin mendapatkan simpati dari Kakek.

"Kita mau jalan-jalan bukan mau meninggalkan rumah ini. Kenapa kau memasukkan pakaianmu kedalam koper?" tanya Vino namun tak mendapatkan jawaban sama sekali dari Wulan. Melainkan wanita itu semakin sibuk dalam menyusun pakaiannya.

"Hahhhhh .... Apa mungkin sekarang kamu sadar kalau kamu sama sekali tidak layak di rumah ini atau kamu diusir oleh Kakek. Wauuuuuu ini sungguh luar biasa, aku tidak menyangka padahal aku belum mendayung tapi sudah sampai di pulau" tutur Vino lagi, mengoceh tidak jelas sembari melihat semua yang dilakukan Wulan.


Hanya dipesekian menit senyuman yang tersungging di bibir Vino menciut seketika. Wajahnya sontak berubah saat melihat Wulan juga mengemasi semua pakaiannya.


"Hey, apa yang kau lakukan. Kembalikan pakaianku ketempat semula. Beraninya kau menyentuh barangku tanpa izin dariku." gerutu Vino merampas kasar semua pakaiannya yang sudah disusun tadi oleh Wulan.

"Kalau kamu tidak mau aku bereskan yasudah, susun aja sendiri." desih Wulan merasa kesal dengan apa yang dilakukan Vino.

"Kalau kamu mau pergi, pergi aja sana jangan bawa-bawa aku. Aku tidak sudi!" celutus Vino menyimpan pakaiannya kembali kedalam lemari pakaiannya. Diikuti kedua bola malasnya.


Sedangkan Wulan mendengus kalau bukan karena Kakek Azman yang menyuruh Vino ikut pulang kampung rasanya dia ogah pulang bersama laki-laki ini. Wulan menarik dalam-dalam nafasnya mencoba mengatur terlebih dahulu baru setelah itu ia menghembusnya pelan.

"Tuan muda Vino. Kakek menyuruh Anda untuk menemani saya pulang kampung. Kalau anda merasa keberatan atau tidak mau silahkan mengajukan komplen pada Kakek anda sendiri." Wulan memejamkan matanya diikuti dengan hembusan nafas, huuffff ..... Ini pertama kalinya ia bicara selembut mungkin kepada seorang laki-laki.

"Apa? Pulang kampung," Vino berdecak kecil rasanya laki-laki itu tidak percaya apa yang ia dengar sekarang. Pulang kampung! Vino tertawa renyah dengan nada mengejek. Seumur hidupnya ia tidak pernah bermimpi akan pergi kesebuah perkampungan.

Dalam pikirannya kampung adalah suatu daerah begitu kotor dan menjijikkan dipenuhi banyak kotoran karena tidak semewah kota.

"Kalau anda tidak percaya silahkan tanya sendiri kepada Kakek. Yang jelas hari ini saya akan pulang kampung," ucap Wulan yang langsung menutup kopernya dan menenteng benda itu. Kedua langkah kakinya segera ia tuntun untuk keluar dari kamar. Sebenarnya Wulan berharap Vino mau mengikutinya pulang kampung agar dia tidak naik bus.

Wulan ingat betul pertama kalinya ia naik Bus saat pergi ke Jakarta rasanya begitu masam. Bau minyak wangi bercampurnya air kering setiap orang yang naik turun masuk sungguh membuat kepala Wulan pusing dan ingin muntah-muntah.

Setidaknya kalau Vino ikut sudah pasti dia akan membawakan mobilnya, karena sangat tidak mungkin anak sultan seperti Vino Azman holding akan baik Bus.

Vino mengusap kasar wajahnya, baru saja tadi ia mendapat kembali simpati Kakek dan sekarang akan merusaknya lagi. Aaagggrrr ..... Vino menggumpal kan kedua genggaman tangannya. Tidak punya pilihan lain selain mengikuti apa yang terjadi sekarang.

"Tunggu!" tutur Vino dengan nada sedikit keras berhasil menghentikan langkah Wulan seketika.

"Aku ikut," sambung Vino lagi lalu setelah itu tanpa memilih Vino langsung mengambil koper yang tadinya sudah diambil oleh Wulan memasukkan semua pakaiannya tanpa ia pilih sedikit pun.

"Kalau kau berbohong awas, aku akan membuat kamu menyesal." ancam Vino.


***


Diruang keluarga terlihat nyonya Erie dan Dira sedang berbincang-bincang, sesekali tertawa renyah dengan pembicaraan mereka. Sedangkan Kakek Azman sibuk sendiri dengan laporan kerja dari kantor menumpuk disampingnya. Sementara Aditya sendiri sudah pergi ke kantor terlebih dahulu.

Wulan yang tiba diruang keluarga segera minta pamit pada Kakek Azman dan diikuti Vino dibelakangnya.

"Kakek, Wulan pamit. Wulan dan Mas Vino berangkat sekarang." pamit Wulan sembari menyalami tangan kakek Azman dan mencium telapak tangan keriput itu.

"Iya, hati-hati. Salam buat Nenekmu! Kalau ada apa-apa segera hubungi Kakek." ucap lagi Kakek Azman.

"Pasti. Kalau terjadi apa-apa Wulan pasti akan mengabari Kakek terlebih dahulu." balas Wulan.

"Hemmmm, bagus. Vino jaga istrimu baik-baik, jangan sampai Kakek mendengar kamu menyakitinya. Bagaimanapun dia akan menjadi ibu dari anak-anakmu kelak." celutus Kakek Azman.

"Iya kek, Vino akan menjaga Wulan dengan nyawa Vino sendiri. Bahkan seekor nyamuk pun tidak Vino biarkan untuk mendekati istri kesayangan Vino ini kek." Sahut Vino yang langsung merangkul pelan pinggang ramping Wulan. Memperlihatkan keromantisannya.


Hueeekkkkk .... Rasanya Wulan ingin muntah mendengar kata manis dari laki-laki yang berstatus suaminya itu. Karena semua perkataannya tidak sesuai dengan fakta kenyataannya.

"Vino, Wulan. Kalian mau kemana?" tanya nyonya Erie nampak terkejut melihatnya. Apalagi melihat dua pelayan dibelakang mereka membawakan dua koper.

"Vino mau membawa Wulan pulang ke kampung halamannya Mah. Wulan merindukan keluarganya sana. Apalagi keluarganya tidak datang dalam acara pernikahan kami." jelas Vino langsung menyambar.

"Apa pulang kampung!" Kedua bola mata Nyonya membulat tak percaya begitu juga Dira sampingnya.

"Kakak mau pulang kampung, apa aku tidak salah dengar." kata Dira yang langsung mendapat tatapan mematikan dari Vino.

"Kami pamit, Mah, Dira, Kakek, Salam buat kak Adit," ucap Vino sembari jemarinya menggenggam erat pergelangan tangan Wulan mengajak wanita itu untuk segera keluar.

Bersambung ....



Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

75