Bab 6 Menikah 2
by Edy official
14:56,Jun 23,2021
Suasana semakin mencengkram pasca kejadian yang begitu menggemparkan terjadi di mansion utama keluarga Azman holding. Suasana semakin riuh dari bisik-bisikan yang terdengar sana-sini.
Pernikahan dadakan yang akan terjadi harus segera dilangsungkan. Pernikahan yang tidak pernah terbayangkan oleh nyonya Erie sebelumnya.
Bagaimana bisa putra keduanya harus menikah dengan seorang wanita yang sama sekali tidak sederajat dengannya dan bahkan wanita itu adalah pelayan dirumahnya sendiri.
Oh, bencana apa ini. wanita tua itu memijit keningnya yang terasa sakit, memikirkan bagaimana caranya mengehentikan acara pernikahan ini.
Bella, seorang model yang duduk bersebelahan dengan nyonya Erie hanya bisa berdecak kesal. Laki-laki yang bisa memuaskan hasratnya sekaligus uang bagi Bella harus melihat dia menikah dengan wanita lain sekarang.
kedua bola matanya yang dinaungi lingkaran hitam itu memanas ketika dia membayangkan kekasihnya, Vino bermesraan dengan wanita lain.
Aaagggrrr .... Rasanya Bella ingin sekali mencekik leher pelayan itu sekarang juga.
*
Di lain sisi, laki-laki jangkung yang bertubuh atletis dan kakinya yang jenjang itu bergemuruh memecahkan apapun yang berada di hadapannya.
Kamarnya bagaikan kapal pecah sekarang, semuanya sudah berserakan tak menentu. Untuk kesekian kalinya Vino meluapkan emosinya lagi dan lagi.
Rasanya ingin sekali ia pergi kabur selamanya dari pada dia harus menikah dengan wanita yang sama sekali tidak pernah terbayangkan dalam hidupnya.
Namun, keputusan yang sudah dibuat oleh Kakek Azman sama sekali tidak bisa di ganggu gugat lagi.
Aggrrrr .....
Vino mendarat kasar tubuhnya di atas sofa. Kepalanya terasa pusing sekali, bayang-bayang Wulan terlintas begitu saja dalam benaknya. Seketika itu juga rahangnya mengeras dengan sorot mata membunuh.
"Kau sangat ingin masuk kedalam kehidupan ku, kau ingin menjadi nyonya di rumah ini cihhh. Wanita murahan, kau harus membayar atas semua penghinaan ini. Aku akan membuat kami menyesal seumur hidupmu karena telah menjebak ku. Aku bersumpah itu," gumam Varrel dengan tatapan tak berkedip menyihir apapun yang berada didepannya.
Kedua tangannya sudah di genggaman erat, kalau saja Wulan ada dihadapannya sekarang tidak tau apa yang akan terjadi. Mungkin saja dia akan membunuh calon istrinya itu.
*
Sementara di ruangan lain, tepatnya di ruangan tamu terlihat sosok wanita yang berkulit putih dan rambutnya masih dikuncir kuda menatap kosong kearah cermin rias yang berada didepannya.
Seluruh jiwanya serasa kosong tidak ditempat. Manik-manik matanya meredup menatap kebawah sedangkan pikirannya terbayang kemana-mana.
Sosok wanita lansia yang merawat dirinya sadari kecil hingga tubuh dewasa sampai sekarang terbayang dalam pikirannya.
Ke-dua matanya mulai berkaca-kaca membasahi pelipis mata yang sebentar lagi akan siap jatuh. Suara nafas seakan berat untuk dia keluarkan. Dadanya terasa sesak sekali.
Setegar-tegarnya wanita pasti akan rapuh kalau menyangkut soal hati, begitu juga dengan Wulan sekarang, jiwanya bagaikan ruang kosong tidak sesuatu apapun yang mengisinya.
"Nek, bagaimana bisa Wulan menikah tanpa kehadiran Nenek di samping Wulan. Hik .... Wulan tidak sanggup Nek, hanya Nenek yang Wulan punya saat ini." Akhirnya tangisanya pun tumpah tak berbendung lagi, membasahi pipi merahnya.
"Hik .... Aku tidak bisa menikah, ini bukan kemauan ku, semua ini terjadi karena salah paham. Tuan muda pasti mengira kalau akan Nona Bella. Dan juga aku tidak tau kenapa diriku ada dikamar tuan Muda. Pasti seseorang telah menjebak ku dan juga tuan Muda hikkkk,"
"Aku harus jelaskan ini semua kepada tuan besar, ya aku harus menjelaskannya. agar pernikahan ini bisa dihentikan," gumam Wulan dengan penuh percaya diri sembari mengusap air mata yang sempat terjatuh tadi.
Dengan perasaan tanpa sabar Wulan bangkit dari tempat duduknya menganyun langkah hendak keluar, membukakan pintu yang di cat silver itu lalu bergegas pergi menemui Kakek Azman.
Tapi sayang baru dua langkah Wulan mengayunkan langkah kakinya pintu berwarna silver itu terbuka dengan sendirinya. Memperlihatkan sosok laki-laki tua yang akan ia temui sedang berdiri di ambang pintu. Sudut bibirnya yang terlihat puncak sedikit tersungging saat melihat Wulan berada di depannya.
"T-Tuan besar." Bibir Wulan bergetar dengan sendirinya.
"Wulan," ucap Kakek Azman langsung melanjutkan langkahnya kembali mendekati Wulan, setelah itu berhenti saat ia rasa jarak antara dirinya dan Wulan sudah cukup.
"Tuan besar."
"Kenapa kamu terlihat terkejut seperti itu, apa ada sesuatu yang membuat kamu merasa tidak nyaman?" tanya Kakek Azman.
"T-Tidak Tuan,"
"Jangan panggil aku lagi dengan sebutan tuan, atau apalah itu, kamu panggil saya saja sebagai Kakek sama seperti Vino memanggilku karena sebentar lagi kamu akan sah menjadi anggota keluarga besar Azman holding company," tutur Kakek Azman diiringi dengan senyuman mengembang memenuhi bibirnya yang keriput.
"Tapi Tuan-"
"Eettt .... Panggil aku Kakek, Kakek. Mengerti!"
"Tuan, ini tidak benar! saya dan tuan muda-" lagi-lagi perkataan Wulan dipotong oleh Kakek Azman.
"Wulan, lupakan itu. Jangan pikirkan lagi. Saya tidak mau membahasnya yang saya inginkan sekarang kamu harus bersiap-siap. Berdandan lah yang cantik lalu setelah itu turun karena acara pernikahan mu akan segera dimulai." tukas Kakek Azman.
"Kamu ingin nenekmu cepat sembuh bukan?" sambung kakek Azman lagi yang berhasil dalam sekejap membuat mata Wulan membulat sempurna.
'Nenek' batin Wulan.
"B-bagaima tuan tau?" kening Wulan berkerut karena sangking terkejutnya.
"Bagaimana saya bisa tau itu tidaklah penting, yang penting sekarang adalah kamu harus lakukan apa yang saya inginkan kalau kamu ingin Nenek kamu segera diobati," ucap Kakek Azman dengan nada sedikit mengancam.
"Maksud Tuan, Nenek saya dimana? B-Bagaimana keadaan Nenek saya, tuan saya mohon jangan sakiti Nenek saya." Wulan seketika berlutut diikuti tangannya yang mengatup menatap penuh mohon. Ia sadar kalau sekarang dia berhadapan bukan dengan orang sembarang, melainkan orang paling besar dalam negeri ini sudah pasti dia bisa tau tentang apapun yang dia inginkan.
"Nenek kamu mengalami serangan jantung ringan, untung saja anak buah saya datang cepat waktu lalu mereka membawa Nenek kamu kerumah sakit."
"Apa? Hikkk .... Nenek, bagaimana keadaan Nenek saya Tuan bagaimana keadaannya." air mata Wulan kembali tumpah bahkan kali ini lebih banyak daripada yang tadi.
"Nenek kamu harus segera dioperasi dan biaya operasinya sangatlah mahal. Kalau kamu mau menikah dengan Vino maka saya berjanji akan membayar seluruh pengobatan Nenek kamu dan memenuhi kebutuhannya sampai kapanpun," ucap Kakek Azman menyakinkan.
"Hikkk .... Iya, saya akan menikah dengan tuan Muda tapi saya mohon tolong selamatkan nenek saya, hanya Nenek saya yang saya punya di dunia ini. Saya berjanji akan menuruti apapun yang tuan perintah. Saya mohon Tuan." wajah Wulan tidak bisa diartikan lagi, seluruh wajahnya sudah di hiasi oleh air mata yang mengalir deras. Dia sudah tidak memikirkan lagi masa depannya, apapun akan dia lakukan jikalau itu menyangkut masalah Neneknya
Mendengar hal itu kedua ke-dua bibir Kakek Azman kembali terbuka, tersenyum senang.
"Bangunlah, kamu tidak boleh menagis lagi Nenek mu baik-baik saja dia dalam perawatan sekarang. Kamu harus kua demi Nenek mu dia pasti tidak ingin melihat kamu menagih seperti ini, Kepala Yun," panggil Kakek Azman.
"Iya, tuan." Bu Yun yang sadari tadi berada di luar memajukan langkahnya masuk setelah mendapat perintah.
"Bantu Wulan mempersiapkan dirinya."
"Baik, tuan."
Pernikahan dadakan yang akan terjadi harus segera dilangsungkan. Pernikahan yang tidak pernah terbayangkan oleh nyonya Erie sebelumnya.
Bagaimana bisa putra keduanya harus menikah dengan seorang wanita yang sama sekali tidak sederajat dengannya dan bahkan wanita itu adalah pelayan dirumahnya sendiri.
Oh, bencana apa ini. wanita tua itu memijit keningnya yang terasa sakit, memikirkan bagaimana caranya mengehentikan acara pernikahan ini.
Bella, seorang model yang duduk bersebelahan dengan nyonya Erie hanya bisa berdecak kesal. Laki-laki yang bisa memuaskan hasratnya sekaligus uang bagi Bella harus melihat dia menikah dengan wanita lain sekarang.
kedua bola matanya yang dinaungi lingkaran hitam itu memanas ketika dia membayangkan kekasihnya, Vino bermesraan dengan wanita lain.
Aaagggrrr .... Rasanya Bella ingin sekali mencekik leher pelayan itu sekarang juga.
*
Di lain sisi, laki-laki jangkung yang bertubuh atletis dan kakinya yang jenjang itu bergemuruh memecahkan apapun yang berada di hadapannya.
Kamarnya bagaikan kapal pecah sekarang, semuanya sudah berserakan tak menentu. Untuk kesekian kalinya Vino meluapkan emosinya lagi dan lagi.
Rasanya ingin sekali ia pergi kabur selamanya dari pada dia harus menikah dengan wanita yang sama sekali tidak pernah terbayangkan dalam hidupnya.
Namun, keputusan yang sudah dibuat oleh Kakek Azman sama sekali tidak bisa di ganggu gugat lagi.
Aggrrrr .....
Vino mendarat kasar tubuhnya di atas sofa. Kepalanya terasa pusing sekali, bayang-bayang Wulan terlintas begitu saja dalam benaknya. Seketika itu juga rahangnya mengeras dengan sorot mata membunuh.
"Kau sangat ingin masuk kedalam kehidupan ku, kau ingin menjadi nyonya di rumah ini cihhh. Wanita murahan, kau harus membayar atas semua penghinaan ini. Aku akan membuat kami menyesal seumur hidupmu karena telah menjebak ku. Aku bersumpah itu," gumam Varrel dengan tatapan tak berkedip menyihir apapun yang berada didepannya.
Kedua tangannya sudah di genggaman erat, kalau saja Wulan ada dihadapannya sekarang tidak tau apa yang akan terjadi. Mungkin saja dia akan membunuh calon istrinya itu.
*
Sementara di ruangan lain, tepatnya di ruangan tamu terlihat sosok wanita yang berkulit putih dan rambutnya masih dikuncir kuda menatap kosong kearah cermin rias yang berada didepannya.
Seluruh jiwanya serasa kosong tidak ditempat. Manik-manik matanya meredup menatap kebawah sedangkan pikirannya terbayang kemana-mana.
Sosok wanita lansia yang merawat dirinya sadari kecil hingga tubuh dewasa sampai sekarang terbayang dalam pikirannya.
Ke-dua matanya mulai berkaca-kaca membasahi pelipis mata yang sebentar lagi akan siap jatuh. Suara nafas seakan berat untuk dia keluarkan. Dadanya terasa sesak sekali.
Setegar-tegarnya wanita pasti akan rapuh kalau menyangkut soal hati, begitu juga dengan Wulan sekarang, jiwanya bagaikan ruang kosong tidak sesuatu apapun yang mengisinya.
"Nek, bagaimana bisa Wulan menikah tanpa kehadiran Nenek di samping Wulan. Hik .... Wulan tidak sanggup Nek, hanya Nenek yang Wulan punya saat ini." Akhirnya tangisanya pun tumpah tak berbendung lagi, membasahi pipi merahnya.
"Hik .... Aku tidak bisa menikah, ini bukan kemauan ku, semua ini terjadi karena salah paham. Tuan muda pasti mengira kalau akan Nona Bella. Dan juga aku tidak tau kenapa diriku ada dikamar tuan Muda. Pasti seseorang telah menjebak ku dan juga tuan Muda hikkkk,"
"Aku harus jelaskan ini semua kepada tuan besar, ya aku harus menjelaskannya. agar pernikahan ini bisa dihentikan," gumam Wulan dengan penuh percaya diri sembari mengusap air mata yang sempat terjatuh tadi.
Dengan perasaan tanpa sabar Wulan bangkit dari tempat duduknya menganyun langkah hendak keluar, membukakan pintu yang di cat silver itu lalu bergegas pergi menemui Kakek Azman.
Tapi sayang baru dua langkah Wulan mengayunkan langkah kakinya pintu berwarna silver itu terbuka dengan sendirinya. Memperlihatkan sosok laki-laki tua yang akan ia temui sedang berdiri di ambang pintu. Sudut bibirnya yang terlihat puncak sedikit tersungging saat melihat Wulan berada di depannya.
"T-Tuan besar." Bibir Wulan bergetar dengan sendirinya.
"Wulan," ucap Kakek Azman langsung melanjutkan langkahnya kembali mendekati Wulan, setelah itu berhenti saat ia rasa jarak antara dirinya dan Wulan sudah cukup.
"Tuan besar."
"Kenapa kamu terlihat terkejut seperti itu, apa ada sesuatu yang membuat kamu merasa tidak nyaman?" tanya Kakek Azman.
"T-Tidak Tuan,"
"Jangan panggil aku lagi dengan sebutan tuan, atau apalah itu, kamu panggil saya saja sebagai Kakek sama seperti Vino memanggilku karena sebentar lagi kamu akan sah menjadi anggota keluarga besar Azman holding company," tutur Kakek Azman diiringi dengan senyuman mengembang memenuhi bibirnya yang keriput.
"Tapi Tuan-"
"Eettt .... Panggil aku Kakek, Kakek. Mengerti!"
"Tuan, ini tidak benar! saya dan tuan muda-" lagi-lagi perkataan Wulan dipotong oleh Kakek Azman.
"Wulan, lupakan itu. Jangan pikirkan lagi. Saya tidak mau membahasnya yang saya inginkan sekarang kamu harus bersiap-siap. Berdandan lah yang cantik lalu setelah itu turun karena acara pernikahan mu akan segera dimulai." tukas Kakek Azman.
"Kamu ingin nenekmu cepat sembuh bukan?" sambung kakek Azman lagi yang berhasil dalam sekejap membuat mata Wulan membulat sempurna.
'Nenek' batin Wulan.
"B-bagaima tuan tau?" kening Wulan berkerut karena sangking terkejutnya.
"Bagaimana saya bisa tau itu tidaklah penting, yang penting sekarang adalah kamu harus lakukan apa yang saya inginkan kalau kamu ingin Nenek kamu segera diobati," ucap Kakek Azman dengan nada sedikit mengancam.
"Maksud Tuan, Nenek saya dimana? B-Bagaimana keadaan Nenek saya, tuan saya mohon jangan sakiti Nenek saya." Wulan seketika berlutut diikuti tangannya yang mengatup menatap penuh mohon. Ia sadar kalau sekarang dia berhadapan bukan dengan orang sembarang, melainkan orang paling besar dalam negeri ini sudah pasti dia bisa tau tentang apapun yang dia inginkan.
"Nenek kamu mengalami serangan jantung ringan, untung saja anak buah saya datang cepat waktu lalu mereka membawa Nenek kamu kerumah sakit."
"Apa? Hikkk .... Nenek, bagaimana keadaan Nenek saya Tuan bagaimana keadaannya." air mata Wulan kembali tumpah bahkan kali ini lebih banyak daripada yang tadi.
"Nenek kamu harus segera dioperasi dan biaya operasinya sangatlah mahal. Kalau kamu mau menikah dengan Vino maka saya berjanji akan membayar seluruh pengobatan Nenek kamu dan memenuhi kebutuhannya sampai kapanpun," ucap Kakek Azman menyakinkan.
"Hikkk .... Iya, saya akan menikah dengan tuan Muda tapi saya mohon tolong selamatkan nenek saya, hanya Nenek saya yang saya punya di dunia ini. Saya berjanji akan menuruti apapun yang tuan perintah. Saya mohon Tuan." wajah Wulan tidak bisa diartikan lagi, seluruh wajahnya sudah di hiasi oleh air mata yang mengalir deras. Dia sudah tidak memikirkan lagi masa depannya, apapun akan dia lakukan jikalau itu menyangkut masalah Neneknya
Mendengar hal itu kedua ke-dua bibir Kakek Azman kembali terbuka, tersenyum senang.
"Bangunlah, kamu tidak boleh menagis lagi Nenek mu baik-baik saja dia dalam perawatan sekarang. Kamu harus kua demi Nenek mu dia pasti tidak ingin melihat kamu menagih seperti ini, Kepala Yun," panggil Kakek Azman.
"Iya, tuan." Bu Yun yang sadari tadi berada di luar memajukan langkahnya masuk setelah mendapat perintah.
"Bantu Wulan mempersiapkan dirinya."
"Baik, tuan."
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved