Bab 14 Rencana pulang kampung

by Edy official 15:03,Jun 23,2021
"Halo, Nek, ini Wulan." ucap Wulan setelah sesaat ia melekatkan telpon genggam berwarna putih polos itu kearah daun telinganya.

"Wulan," terdengar suara penuh rindu dari sebrang sana. Suara yang bahkan sangat Wulan dengarkan selama ini, rasanya Wulan tidak bisa mengungkapkan betapa bahagianya dirinya bisa mendengar kembali suara itu.

"Nenek," balas Wulan cepat dengan suara sedikit serak. Manik-manik matanya seketika berkaca-kaca membendung air jernih di sana. Bagaimana tidak! rasa kerinduan yang mendalam membuat Wulan tidak bisa menahan diri.

"Bagaimana keadaan mu, nak, kamu baik-baik saja kan, Nenek sangat merindukanmu!" ucap Nenek Wulan terdengar penuh pilu, yang bernama Jamila. Satu-satunya saudara yang dimiliki Wulan saat ini.

"Wulan baik-baik saja kok, Wulan selalu menjaga diri Wulan dengan baik, Nenek jangan khawatir. Jangan pikirkan Wulan, pokoknya Nenek harus memikirkan diri nenek sendiri, jangan lupa minum obat. Dan jangan terlalu makan daun ubi nanti lutut Nenek kambuh lagi." oceh Wulan membuat Neneknya tersenyum mendengarnya.

"Kamu ya, tidak pernah berubah selalu saja memarahi Nenek." sahut nenek Jamila tersenyum kecil mendengar ocehan cucu satu-satunya itu.

"Wulan, Nenek dengar kamu sudah menikah! Apa itu benar Nak?" sambung Nenek Jamila lagi dengan suara sedikit berat.

Dug ....

Seketika jantung Wulan serasa ingin berhenti berdetak, ini benar-benar pertanyaan yang membuat Wulan membeku seribu bahasa. Air mata yang tadi membendung terjatuh begitu saja tanpa di perintah.

Untuk sesaat Wulan terdiam, mulutnya tidak berani berbicara sepatah katapun.
Namun setelah itu Wulan berusaha menguatkan dirinya untuk menjawab.

"Iya, Maafkan Wulan Nek. Wulan tidak tau harus berbuat apalagi saat itu. Wulan tidak punya pilihan lain." lirih Wulan sembari menahan Isak tangisnya.

"Tidak apa-apa Ndu, nenek senang mendengarnya, akhirnya kamu menemukan suami yang terbaik. Ingat Ndu, surgamu sekarang berada dibawah kaki suamimu jangan sekali-kali kamu melawan apalagi membantahnya. Nenek akan selalu berdoa untuk kebaikan kalian berdua, Nenek harap kamu akan menjadi istri yang baik buat suamimu." tutur Nenek Jamila yang terdengar begitu pilu.

"kenapa tuan Azman begitu cepat memberikan Nenek tentang pernikahanku, padahal aku sendiri belum siap mengabarkan ini kepadanya." batin Wulan.

"Ndu, dua hari lagi peringatan meninggalnya orang tuamu. Nenek rasa Nenek tidak akan ziarah dulu, lutut Nenek tidak sanggup jalan jauh. Nenek minta maaf ya Ndu."

"Aaahhhh .... Hikkkkkk ..... Jangan paksakan diri, Nenek masih sakit jangan kemana-mana. Insya Allah Wulan akan meminta izin untuk pulang. Jadi nanti Wulan yang akan membawa Nenek sampai ke ziarah." ucap Wulan.

"Hem'em, Kalau suamimu sibuk jangan Ndu. Kita pergi lain kali saja, tidak masalah kita tidak pergi tahun ini."

"Nenek jangan bilang begitu, suami Wulan enggak sibuk kok. Kalau dia enggak mau ya sudah Wulan tetap akan pulang kampung."

"Seterah kamu saja Ndu, tapi ingat kata nenek. Jika suamimu melarang kamu pulang makan jangan marah apalagi membantah. Tidak apa-apa tidak bisa pergi tahun ini, kita bisa pergi lain kali masih banyak waktu." seru Nenek Jamila membuat Wulan semakin merintis kan air matanya.

"Iya, tapi---"

"Udah, Nenek tutup dulu ya teleponnya. Tadi Bu Ratna mintak Nenek membuatkan sayur asem, jadi Nenek mau buat sayur dulu ya." potong Nenek Jamila.

"Nenek masih bekerja di tempat Bu Ratna?" tanya Wulan cepat yang seketika membuat dia tersentak mendengarnya.

"Nenek tidak bisa diam diri di rumah Ndu tanpa melakukan apa-apa." jawab Nenek Jamila.

"Udah kamu tenang aja, Nenek baik-baik saja kok. Tidak apa-apa pokoknya ingat apa yang Nenek katakan tadi, salam buat mertuamu, Nenek tutup panggilannya. Dah!"


Tut ....

***

Di kamar Nyonya Erie.

Selepas sarapan tadi Dira dan nyonya Erie menarik paksa Vino masuk kedalam kamar. Kedua sorot mata perempuan itu menajam memicingkan tatapannya masing-masing menatap kearah Vino.

Tak lupa kedua wanita berbeda usia itu mengacaukan pinggang.

Vino yang menyadari itu tersenyum kecil, sesaat kemudian dia pun tertawa lepas bergemuruh di dalam kamar.

"Kenapa tertawa?" seru nyonya Erie diikuti keningnya berkerut.

"Hahaha .... Hahaha ...." Vino tidak menjawab melainkan dia malah tertawa lebih keras lagi.

"Kak Vino, jangan membuat kami binggun. Katakan sekarang juga apa Kakak benar-benar sudah jatuh cinta pada pembantu itu." desih Dira sembari mencengkram bahu Vino.

"Ck ... Kenapa kamu begitu bodoh adikku." balas Vino seraya tersenyum penuh makna.

"Kamu sangat mengenal Kakakmu ini kan, jadi kenapa kamu merasa ragu." sambung Vino lagi semakin membuat dia wanita itu menyempit kedua mata mereka.

"Maksud Kakak?"

"Aku sedang berusaha merebut kembali apa yang seharusnya menjadi milikku, kamu lihat sendiri tadi kan, bagaimana Kakek tertipu dengan kata manis-ku. Dia langsung menyuruh ku ikut gabung dalam perusahaan." jelas Vino kedua Bola matanya melirik Nyonya Erie dan Dira secara bergiliran.

"Jadi maksudmu, kamu cuma berpura-pura?" tanya Nyonya Erie.

"Mama, Mama juga tidak mengenal anak kesayangan Mama sendiri." balas Vino berjalan mendekati nyonya Erie.

"Aku melakukan semua ini karena aku sudah punya rencanaku sendiri Mah. Wulan tidak bisa berkutik, dia secepatnya akan aku usir dari mansion ini dengan tanganku sendiri." jelas Vino sembari tersenyum licik.

"Benarkah." kedua wanita itu seketika tersenyum bahagia.

"Vino, Kamu memang anak kesayangan Mama." tutur Nyonya Erie langsung memeluk laki-laki bermata biru itu.

"Tapi kak, aku masih binggun. Aku khawatir kak Aditya tidak akan tinggal diam. Bukankah kak Aditya juga menyukai Kak Bella." ucap Dira, pikirannya masih belum bisa mencerna dengan jelas.

"Adikku tersayang, Kakakmu ini tau persis apa kelemahan Kakakmu yang satu itu. Kalau bukan karena dia yang menjebakku tidak mungkin aku menikah dengan seorang pelayan." kedua gigi Vino menyatu diikuti dengan rahangnya yang mengeras. Menikah dengan seorang pembantu itu adalah hal yang tidak pernah terbayangkan dalam hidupnya.

"Mama enggak habis pikir apa yang dipikirkan Aditya. Kenapa dia bisa melakukan hal segila itu kepadamu. Kalau emang dia sangat mencintai Bella. Kenapa tidak ungkap saja. Bella juga pasti tidak akan menolak dia kan," tutur Nyonya Erie merasa tak habis pikir dengan pola pikir anaknya.

"Mama, Bella pacar Vino!" bantah Vino, merasa tak terima jika Bella bersama Aditya.

"Vino, sayang, putraku! Masih banyak wanita cantik dan seksi diluar sana, tidak hanya Bella saja!" balas nyonya Erie.

"Iya kak. Lagian kak Bella tidak cantik-cantik amat hanya bodynya saja yang bagus." timpal Dira.

"Kalian benar, sebenarnya aku tidak mencintai wanita busuk itu. Aku hanya bermain-main dengannya karena kak Aditya menyukai wanita itu." kini kedua bibir merah tua tersungging senyuman licik diikuti dengan kedua bola matanya memutar ke sembarangan arah.

Bersambung ...



Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

75