Bab 9 Kebencian Vino

by Edy official 14:58,Jun 23,2021
"Daris mana saja kamu?" tanya Vino dengan nada membentak. Berhasil dalam seketika membuat Wulan tersentak terkejut.

"Eh, a-aku ta-tadi-" belum sempat Wulan melanjutkan kata-katanya Vino sudah lebih dulu memotong perkataan Wulan, laki-laki jangkung nam tinggi itu menajamkan sorot matanya sembari berjalan mendekati Wulan.

Tangannya yang kekar ia layangkan untuk mencengkram dagu Wulan, hanya dalam hitungan detik Wulan sudah merintis kesakitan.

"Diam!"

"Jangan pernah berpikir setelah menikah denganku kamu akan menjadi menantu rumah ini. Cih ... Itu tidak akan pernah terjadi, sampai matipun aku tidak akan pernah mengakui mu sebagai istriku. Camkan itu," Tegas Vino.

"Dan satu lagi, jangan pernah ikut campur dalam urusanku! Apapun itu! Urus saja dirimu sendiri." sambung Vino menghempas kasar tangannya sendiri. Lalu meraih jaket kulit berwarna coklat tua yang tergantung rapi di samping nakas. Bergegas pergi meninggalkan Wulan terlihat masih merintis kesakitan.

"Aaaauuu ssssss ....." pekik Wulan terasa dagunya seperti di hantam sesuatu yang keras.

"Apa dia pikir aku sudi menikah dengannya. Kalau bukan karena memikirkan Nenek aku lebih baik memilih menderita seumur hidupku dari pada menikah dengannya. Dasar laki-laki tidak punya perasaan. Aaauuu .... Sakit sekali." Wulan mengelus lembut dagunya mencoba menghilangkan rasa nyeri.

***

"Mah?" panggil Dira terdengar tergesah-gesah sembari berjalan cepat.

"Iya, Mama disini," sahut nyonya Erie dari dalam kamarnya.

"Mah?" Panggil Dira lagi.

"Hey, ini Mama. kenapa sih kamu berteriak seperti itu? Mama itu enggak budek." protes nyonya Erie seketika menghentikan kegiatannya yang kala itu sedang memakaikan masker di wajahnya.

"Mama tau? Tadi aku habis bertemu dengan pelayanan itu. Dia benar-benar nyeselin, berani sekali dia tidak menjawab pertanyaanku dan main pergi begitu saja. Awas saja aku pasti akan membuat dia tau diri, kalau dia sama sekali tidak pantas berada disini." oceh Dira sedikit meluapkan kekesalannya merasa kesal atas sikap Wulan tadi yang mengacuhkannya

"Siapa sih? pelayan mana yang berani sekali bersikap seperti itu kepada anak kesayangan Mama hem, katakan sama Mama, biar Mama yang akan memberikan dia pelajaran sekarang juga," tutur Nyonya Erie.

"Siapa lagi kalau bukan menantu kesayangan Mama." tukas Dira dengan nada menyindir.

"Menantu, maksud kamu Wulan. Pelayan yang tidak tau diri itu." timpal nyonya Erie.

"Mama tau, dia begitu sombong kepadaku tadi. Bahkan dia tidak mau menjawab pertanyaanku. Cihhhh .... Entah racun apa yang dia gunakan kepada kakek hingga sampai menerima dia menikah dengan kak Vino."

"Mama juga tidak tau. Mama sangat menyesal karena telah membiarkannya masuk kedalam mansion kita."

"Mama sih, kurang tegas. Coba aja kalau aku ada di sini saat pernikahan kak Vino pasti aku akan menghentikan pernikahan itu."

"Kamu yakin dengan ucapan mu itu! Apa kamu belum mengenal Kakek mu! Perkataannya tidak bisa di bantah! Mama sudah berusaha menyelamatkan Vino tapi Kakek malah mengancam." Desih nyonya Erie menjatuhkan tubuhnya di atas sofa sembari memijit kepalanya terasa pusing.

"Aaagggrrr .... Kepala Mama rasanya ingin pecah memikirkannya. Kalau sampai teman Mama tau Vino menikah dengan pembantu mau taruh di mana wajah Mama ini." sambung nyonya Erie.

"Dira juga malu mah. Teman-teman Dira pasti akan mengejek Dira kalau sampai mereka tau ini. Dira pasti akan di bully abis-abisan," gerutu Dira juga ikut duduk bersebelahan dengan Mamanya.

"Kamu enggak jadi ke luar negeri?" tanya nyonya Erie setelah beberapa saat terjadi keheningan. Dan dia pun tersadar tentang keberangkatan Dira yang berencana akan keluar negeri.

"Tidak jadi. Aku membatalkan penerbangan," jawab Dira cepat.

"Kenapa?"

"Ya, karena aku marah mah saat kak Bella mengabariku kalau kak Vino di paksa menikah dengan seorang pembantu. Jadi aku langsung pulang setelah mendengar itu."

"Mama tidak habis pikir dengan Kakek kamu. Bisa-bisanya dia menikahkan cucunya sendiri dengan seorang pembantu. Itu sangat tidak masuk akal, Mama hampir gila memikirkannya."

"kita harus berusaha menyingkirkan wanita itu secepatnya. Harus!"

"Hem, Mama setuju."

***

Di lain sisi, sebuah mobil sport berwarna biru tua terlihat mengebut dijalan raya. Dengan lincahnya mobil sport itu menyelip dari banyaknya mobil di depan. Hingga hanya dalam hitungan menit mobil sport tersebut tiba di salah satu apartemen ternama di ibukota.

Apartemen yang memiliki dua lantai itu terlihat mewah dan megah apalagi menggunakan dekorasi modern. Pemilik apartemen yang menyadari kalau dia telah kedatangan tamu pun segera membukakan pintu apartemennya.

Sebuah senyuman manis langsung saja tersungging begitu saja di area sudut bibir merah yang sudah di taburi lipstik berwarna. Bibirnya yang manja mulai mengalun merdu mengeluarkan suara keterkejutan.

"Vino," ucap sang pemilik apartemen yang tak lain dan tak bukan adalah Bella sendiri. Sang kekasih yang sudah beberapa bulan ini menjadi sorotan duniawi di mata Vino Azman holding.

"Kau datang kemari!" sambung Bella lagi menghamburkan pelukannya memeluk Vino erat. "Aku pikir kamu tidak akan mau menemui ku lagi setelah kamu menikah sekarang!" timpal Bella memasang mimik sesedih mungkin berusaha mendapatkan simpati dari Vino.

"Kau sungguh berpikir kalau aku akan menganggapnya istriku?" sahut Vino dingin.

"Tidak, karena aku sangat yakin mana mungkin seorang Vino Azman holding kerpicu dengan seorang gadis pelayan," jawab Bella penuh percaya diri.

"Apa kau tidak takut jika suatu hari nanti aku jatuh cinta kepadanya?" tanya Vino lagi.

"Tidak, dia tidak sederajat denganku dan dia juga jauh kalah level, bagaimana bisa dia menarik perhatian kamu sayang. Karena aku sangat tau bagaimana seleramu."

"Pintar, aku semakin menyukaimu," tutur Vino tersenyum licik lalu dengan lincahnya dia menyatukan bibirnya dengan bibir Bella hingga sampai membuat keduanya terbuai akan perbuatan masing-masing.

Tangan nakal Vino sudah malai menjelajah di tempat yang tidak seharusnya, begitu juga dengan Bella yang gak mau kalah, mulai menelusuri area pinggang Vino.

Untuk kesekian kalinya Vino memuaskan hasrat Bella, begitu juga dengan Bella untuk kesekian kalinya ia membuat Vino terbuai akan permainan yang di mainkannya.

"Ahhhhh ..... Oh, Vino. Ahhhhh ...." Suara desahan Bella terdengar menggema keseluruh penjuru kamar. Saat meresahkan kenikmatan yang tidak tara, apalagi ketika ia sudah mencapai puncaknya terlebih dahulu.

Kekuatan panas yang dilakukan Vino sungguh benar-benar membuat Bella melayang di udara mereka nikmati yang tidak tara, apalagi Vino begitu perkasa dalam melakukan adegan panasnya.

"Aaahhh ...." tangan Bella mulai menjambak rambut Vino membenamkan wajah kekasihnya itu diarea gunung kembar miliknya.

"Aaagggrrr ....." suara Vino yang akhirnya mencapai puncaknya untuk kelima kalinya. mengeluarkan seluruh benihnya diarea perut Bella tak terkecuali.

Ya, karena sekejam-kejamnya Vino, dia masih memiliki pendirian. Kalau dia tidak akan sembarang membuang benihnya kepada perempuan tidak jelas. Termasuk Bella, bagi Vino Bella hanyalah sebagai pemuasan nafsu semata saja.

"Hahhhh ..... Aku sangat menyukaimu." bisik Vino di telinga Bella lalu menjatuhkan tubuhnya di samping wanita itu.

Bersambung .....

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

75