Bab 11 Terpana

by Edy official 15:00,Jun 23,2021
"Selamat pagi, semuanya," seru Vino tiba-tiba datang, dengan santainya dia datang dan langsung duduk di bangku yang biasa ia duduki tanpa memperhatikan semua orang sudah menatap kearahnya.

"Sayang kamu sudah pulang. Ayo nak makan dari tadi kami sudah menunggumu," tutur nyonya Erie tersenyum menyeringai. Mengambil nasi dan lauk untuk Vino tanpa memperhatikan Wulan di sampingnya.

"Vino, kakek ingin berbicara denganmu!" ucap Kakek Azman.

"I-Iya, Kakek mau bicara apa?" tanya Vino sekilas matanya yang biru menatap kearah Wulan, nyonya Erie dan juga Dira secara bergiliran setelah itu kembali berada pandang dengan Kakek Azman.

"Dimana kamu semalam?" tanya Kakek Azman to the poin dengan nada mendesak dan sorot matanya membulat terfokus kepada Vino.

"Ehm. Semalam Vino tidur di apartemen." jawab Vino berbohong.

Vino tau betul apa yang akan dia dapatkan jika saja dia berkata kalau dia semalam tidur di apartemennya Bella.

"Mulai saat ini juga semua fasilitas kamu Kakek alihkan kepada istrimu, Wulan. Dia sepenuhnya yang akan berkuasa mengenai hidupmu sekarang." tukas Kakek Azman.

"Apa? Tidak, tidak bisa! Vino tidak mau kek." bantah Vino cepat "Sudah cukup Vino menikahinya dan sekarang Kakek mengalihkan fasilitas Vino. Vino tidak akan pernah mau kek. Sampai kapanpun Vino tidak akan pernah mengakuinya sebagai istri Vino." sambung Vino lagi sembari menatap tajam kearah Wulan. kedua tangannya sudah di genggaman erat serasa sudah sangat ingin ia layangkan.

Namun Vino sebisa mungkin menahan emosinya, ini bukan waktu yang tepat mencari ribut dengan Wulan.

Berat bagi Vino menerima kenyataan ini apalagi sampai Wulan mengambil alih kekuasaannya. Bisa-bisa Vino ditertawakan oleh teman-temannya karena tunduk kepada sang istri. Wajah Vino sudah membiru menahan amarah.

"Yun?" panggil Kakek Azman.

"Iya tuan." sahut Bu Yun cepat karena memang posisi Bu Yun kala itu masih berada di ruang makan.

"Sesuai yang aku katakan, alihkan semua fasilitas Vino kepada istrinya." tegas Kakek Azman sudah tekat dengan apa yang berada dalam hatinya.

"Papa!" ucap nyonya Erie merasa tak habis pikir.

"Maaf tuan besar. Wulan minta maaf, Wulan tidak bisa menerima itu semua tuan--" tutur Wulan mencoba bersuara tapi belum sempat Wulan menghabiskan kata-katanya Kakek Azman terlebih dahulu memotong perkataan Wulan.

"Siapa tuan yang kamu maksud! Aku bukan tuan-mu, tapi aku adalah Kakek mu. Satu hal yang harus kamu tau Wulan. Aku paling tidak suka jika perkataan ku di bantah apalagi di sahut. Jadi terimalah apa yang sudah aku putuskan. Jika Vino masih tetap menolak apa yang sudah aku putuskan. Maka hari ini juga dia bisa bangkat kaki, dia tidak berhak untuk tinggal di rumahku lagi memakai fasilitas ku." potong Kakek Azman penuh ketegasan membuat semua orang terdiam tidak bisa berkutik lagi.

***

Di kamar Vino.

Dengan tergesa-gesa Vino menarik Wulan, membawa istrinya itu kedalam kamarnya sembari mencengkram erat pergelangan tangan Wulan.

Tidak peduli sudah berapa kali sudah Wulan merintis kesakitan.

"Apa kau yang mengadu kepada Kakek, kalau semalam aku tidak tidur di mansion Hah," tutur Vino penuh emosi.

"Aaauuu .... Tolong lepaskan tanganku dulu." pekik Wulan berusaha keras melepaskan cengkraman tangan Vino.

"Jawab pertanyaanku!" bentak Vino membuat Wulan seketika tersentak karena terkejut.

"Aku tidak tau, bukan aku yang mengadu kepada Kakekmu," tutur Wulan.

"Bukan kamu, kamu bilang. Terus kalau buka kamu siapa lagi, hem. Saat aku meninggalkan rumah ini hanya kamu yang tau! jadi siapa lagi yang mengadu kalau kamu!" dengan kasar Vino mendorong kuat tubuh Wulan kearah ranjang.

"Apa sekarang kamu sudah puas hahhhh .... Kau sudah berhasil menjadi menantu di rumah ini dan sekarang kamu juga sudah berhasil mengambil alih kekuasaan ku. Cahhh .... Wanita licik," ucap Vino perlahan-lahan berjalan mendekati Wulan. Menindih mencengkram erat kedua tangan Wulan.

"Apa yang kamu lakukan, menjauh dariku." teriak Wulan.

"Menjauh hahahaha ..... Aku ini suamimu jadi aku berhak sepenuhnya atas tubuhmu ini. Aku ingin lihat seberapa bagusnya tubuhmu ini Hem. Hingga kau sangat berambisi menjadi istriku."

Krekkkk .....

hanya sekali tarikan baju dress yang digunakan Wulan sobek seketika.

"Hikkk kumohon pergi jangan sentuh aku." terik Wulan sekuat tenaganya. Matanya juga mulai berkaca-kaca memohon ampun kepada Vino.

"Teriak-lah, teriak-lah sekeras yang kau bisa hahahaha .... Apa kau pikir mereka akan mendengarmu. Hahaha .... Aku beritahu satu hal, kamarku ini kedap suara sampai kapanpun tidak akan ada orang yang bisa mendengarmu berteriak hahaha ...."

Krekkkk .... Vino kembali merobek dress Wulan. Hingga membuat baju dress itu sepenuhnya terlepas dari tubuh molek Wulan.

Kini tidak ada satu kain pun yang menutupi tubuh Wulan kecuali bra dan celana dalam yang masih menyatu di tubuhnya. Tidak peduli seberapa kerasnya Wulan memberontak mencoba melawan Vino pada akhirnya dialah yang kalah karena kekuatan Vino tidak setara dengan kekuatannya Wulan.

"Hikkk .... Lepaskan aku, ku mohon hikkkkkk ...." Rintisan air mata terus saja Wulan tumpahkan tidak peduli sudah berapa basah pipinya.

Glukkkk

Vino menelan salivanya kasar, matanya tak berkedip melihat kemolekan tubuh istrinya itu, putih bersih bagaikan bengkoang. Untuk sesaat Vino terdiam, dia begitu terpana melihat indahnya tubuh sang istri. Ini pertama kalinya Vino merasa puas sekaligus senang melihat tubuh seorang wanita.

Putih, mulus, wangi apalagi dua gunung kembar terisi sepenuhnya. Vino kehabisan kata-kata kecuali sempurna. Rasanya ia sudah tidak sabar ingin menjelajah disana di seluruh area yang menggoda itu.

Secara perlahan-lahan tangan Vino mulai menjelajah diikuti nafsunya yang memburu tak menentu. Vino tidak peduli sekarang siapa Wulan, pembantu atau istrinya yang terpenting sekarang adalah menikmati apa yang sudah ada di depan mata. Rasa ketidak sabaran membuat tubuh Vino semakin bergejolak meminta lebih dari sekedar sentuhan. Dengan rakusnya Vino memberikan tanda kepemilikannya di sekitar are leher Wulan. Sudah puas di sana Vino menurunkan kecupannya ia hendak menyatukan bibirnya dengan bibir seksi Wulan, namun di saat hampir mengenai, Wulan telah berhasil menarik lututnya dari tindihan Vino.

Segera menghantamkan lutut itu, hingga tanpa di lihat Wulan menghantam tepat sasaran, ya itu area pinggang Vino. Mengenai sesuatu yang sadari tadi sudah mengeras di sana.

Brukkk .....

"Aaagggrrr ...." Seketika itu juga Vino merintis kesakitan.

Bersambung .......

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

75