Bab 5 Menikah 1
by Edy official
14:54,Jun 23,2021
Plakkk…
Sebuah tamparan keras berhasil mendarat di pipi putih Vino,
hingga membuat pipinya merah seperti tomat dalam seketika.
Rahang yang mengeras dan sorot mata begitu tajam dibekukan
oleh Kakek Azman, tidak tau sudah berapa kali Kakek tua itu merapatkan giginya.
Rasanya ia begitu malu kepada dirinya sendiri atas apa yang
ia lihat barusan. Cucu yang selama ini ia sayangi dan menuruti apapun
permintaanya telah memberikan kado ulang tahun terburuk yang tidak pernah ia
bayangkan sebelumnya.
Vino meredupkan pandangannya, tangannya sudah mengepalkan kasar, seumur hidupnya ini pertama kalinya bagi dia menerima sebuah tamparan.
Apalagi yang melayangkan tamparan kepadanya adalah sang Kakek. Laki-laki yang selama ini dia sayangi melebihi dirinya sendiri.
Walaupun Vino terkenal akan kenakalan dan keras kepalanya, tapi tidak satupun perkataan Kakek Azman yang bantah oleh Vino. Dia selalu menuruti apapun perintah ataupun permintaan dari sang Kakek.
Setelah semenjak kehilangan sosok sang ayah bagi Vino, laki-laki yang selalu berada di sisinya telah pergi meninggalkan dunia ini, Vino begitu manja dengan sang Kakek.
Bagi Vino sekarang hanya sang Kakek lah satu-satunya laki-laki yang paling ia sayangi selai nyonya Erie.
Akibat suara tamparan itu remang-remang Wulan membukakan
kedua kelopak matanya secara bersamaan, pandangan matanya langsung tertuju ke
atas langit-langit kamar yang terasa kabur di matanya.
Rasanya kepalanya berdenyut hebat, untuk sesaat wulan
mendesis lalu pandangan seketika teralih saat ia rasa telinganya mendengar sesuatu dari arah samping.
“Apa begini caramu menghargai seorang wanita.” tutur Kakek Azman dengan
tatapan tidak bisa di artikan lagi, sekilas mata abu-abunya menatap kearah
Wulan yang sudah mematung di tempat tidak bisa berkata-kata lagi.
“Tuan Besar.”
Wulan menepuk pipinya dengan sedikit kasar, dia masih belum
percaya apa yang ia lihat sekarang. Bagaiman bisa tiba-tiba bangun sudah
melihat tiga orang besar sekaligus, dia berpikir kalau ini adalah mimpi.
Tangannya yang mungil segera ia tekankan agar bisa mengusurkan sedikit tubuhnya
kearah samping.
“Ini bukan mimpi, kau tidak perlu memukul dirimu sendiri.”
Ucap laki-laki yang berdiri di samping kakek Azman yang tak lain adalah Tuan
Radit. Dia seolah-olah tau apa yang dipikirkan Wulan.
Bukan mimpi, jadi ini
benar-benar nyata.
Kedua bibir Wulan bergetar hebat.
“Kakek, dia yang menjebak ku. Dia pasti segaja masuk ke dalam
kamarku menyamar sebagai Bella, dasar wanita murahaaannnn” ucap Vino sembari menunjuk
kearah Wulan. Tangannya yang kekar hendak ia gerakkan untuk menyeret Wulan dari
ranjang.
Namun, suara Kakek Azman berhasil menghentikan niatnya.
“Vino!” tangan Kakek Azman menggantung di udara siap ia
layangkan untuk kedua kalinya.
“Papa” suara nyonya Erie dari ambang pintu yang hampir
bersamaan dengan kedatangan Bella.
Kedua wanita itu terkejut bukan main saat melihat apa yang terjadi.
“Papa. Apa yang Papa lakukan? Kenapa Papa ingin menampar
Vino?” tanya nyonya Erie sembari mempercepat langkahnya mendekati mereka
bertiga yang di ikuti oleh Bella di belakangnya.
Kedua manik-manik matanya menatap
tiga orang laki-laki yang sangat ia sayangi secara bergantian. Hingga tatapannya
berhenti saat melihat tubuh putra keduanya tidak mengunakan baju sehelai pun
menutupi bidang dada bugarnya.
“Mama” Vino sontak merubah kan ekspresi wajahnya menatap
memohon kearah nyonya Erie agar membelanya.
“Kau.” Kedua mata Bella berkerut dalam, hingga sampai
terlihat jelas goresan hitam di matanya. Begitupun juga dengan nyonya Erie yang sekarang ikut
menatap kearah Wulan dengan tatapan terkejut.
“Bukankah kau pelayan baru. Bagaimana bisa kau berada di
kamar putraku.” ucap nyonya Erie dengan nada meninggi, apalagi melihat Wulan masih berada di atas ranjang Vino hal itu sungguh membuat nyonya Erie sangat marah.
“A-aku tidak tau nyonya.” sahut Wulan yang langsung mencoba mengigat-ingat
apa yang sudah terjadi dengan dirinya, kenapa dia tiba-tiba berada di kamar
Vino. Padahal setahunya ia sudah keluar dari kamar ini.
“Wanita jalang beraninya kau ingin merebut Vino dariku” tangan
bela Bella sudah gatal dengan kasar menarik rambut Wulan hingga membuat Wulan tergusur
ke lantai.
Plakkk…..
Nyonya Erie ikut menimpalinya, menampar Wulan dengan sekuat
tenaganya.
“Aaaahhhhh …..” pekik Wulan menahan rasa sakit akibat tamparan yang diberikan oleh nyonya Erie.
“Cukup.” bentak Kakek Azman. “Ini sungguh keterlaluan.
Bagaimana bisa kalian berbuat kasar didepan ku.”
“Tapi Pah, wanita ini-“
“Aku tidak inggin mendengar apapun lagi. Vino kali ini sudah
melewati bata. Kelakuannya sungguh memalukan, bagaimana bisa di ingin melecehkan seorang gadis, dan bahkan gadis itu tidak sadarkan diri.” tukas Kakek Azman merasa tak habis pikir.
"Ini tidak seperti apa yang Kakek lihat, a-aku tidak melakukan apa-apa dia pasti--," ucap Vino membela diri namun ucapannya terpotong karena sudah di sahut cepat oleh Kakek Azman.
"Apa kamu pikir aku buta, aku tidak bisa melihat apa yang telah kamu lakukan kepada pelayanan itu, Hem. Walaupun umurku sudah hampir seratus tahun tapi mataku masih terlihat jelas apa yang aku lihat tadi"
"Pah--"
"Tidak ada pembelaan. Vino harus menembus dosanya hanya dengan satu cara yaitu menikah dengan wanita itu. Maka hari ini juga aku putuskan, Vino akan menikah dengannya." tegas Kakek Azman dengan nada penuh penekanan.
“Kakek.” Vino menggeleng-geleng kan kepalanya merasa tak
percaya.
"Apa? Papa bilang apa, Papa ingin menikahkan Vino, cucu Papa sendiri dengan pelayanan ini," tunjuk nyonya Erie merasa tak percaya apa yang ia dengar.
“Tidak Pah, Vino tidak akan menikah dengan wanita kampung
seperti dia.” protes nyonya Erie tidak bisa membayangkan kalau dia akan
memiliki menantu yang tidak sederajat dengannya.
"Iya, Kek. Vino sampai kapanpun Vino enggak mau menikah apalagi dengan wanita yang tidak sederajat dengan kita. Lagi pula Vino belum apa-apain dia, Vino pikir dia itu adalah Bella Kek, kekasih Vino." bantah Vino ini benar-benar perintah sangat buruk baginya, menikah sama pelayan, yang benar saja. Angga dan Dimas pasti akan menertawakannya sampah seumur hidup.
"Lalu, kalau di Bella, kau juga akan melakukan hal yang sama?" tanya Kakek Azman sekilas matanya yang tajam menatap kearah Bella.
"V-Vino. Aaagggrrr." laki-laki berwajah Eropa itu menjambak rambutnya kasar, alasan apalagi yang harus ia berikan. Mengatakan yang sebenarnya kalau dia dan Bella sudah sering melakukan hubungan intim. Cih itu sama sekali tidak mungkin, Vino pasti akan buruk di mata Kakek.
“Aku tidak akan menarik kata-kataku, keputusan ku sudah
bulat. Hari ini anak laki-laki mu sudah menghancurkan kehormatan keluargaku
yang susah payah aku bangun. Kalau dia tetap bersikeras menolak menikah dengan gadis itu maka mulai saat ini juga, Aku akan mencoret namanya dari daftar keluarga dan dia tidak akan mendapatkan warisan ku sepeserpun. Dia juga tidak berhak tinggal di rumah ini lagi karena aku sudah memutuskan hubungan dengannya."
"Pah--" jantung nyonya Erie bagaikan di sambar petir hancur lebur ketika mendengar perkataan ayah mertuanya.
"Tidak ada satu orangpun yang boleh menampung atau memberikan uang sepeser pun untuk Vino, kalau ada dari kalian yang melakukannya maka kalian juga akan bernasib sama seperti dia. Perkataan ku ini berlaku juga untukmu, Erie,"
"Radit??” panggil Kakek Azman.
“Iya, Kek.” Radit yang berada di samping segera menyahut.
“Siapkan pernikahan adikmu sekarang juga,” perintah Kakek
Azman. “Panggil kepala Yun untuk merias penggantinya dan jangan biarkan masalah
ini terdengar oleh orang lain” sambung Kakek Azman lalu setelah itu pergi meninggalkan
semua orang.
Keheningan pun terjadi di persekian detik, semua orang masih shock mendengar apa yang di katakan Kakek Azman barusan.
Terutama bagi Wulan. Wanita yang terduduk tak berdaya di lantai. Dia tidak tau apa yang harus ia lakukan sekarang, semua ini seperti mimpi buruk baginya.
“Vino, maaf. Aku merasa menyesal telah membiarkan Kakek masuk
kamar mu, seharusnya aku tidak melakukan itu dan kau bisa bebas bermesraan
dengan pelayan itu.” tutur Radit dengan nada meledek, mengisyaratkan kalau dia
talah menang.
“ Jadi, Ini semua pasti rencana mu, kau sengaja menjebak ku agar
kau bisa mendapatkan Bella. Ckkk aku tidak menyangka kau berani melakukan hal
se-keji ini.” Vino sudah mencengkram kuat
kerah baju Radit.
"Kau benar-benar licik." sambung Vino lagi.
Sorot matanya membunuh menatap kearah sang kakak. Tatapan
mereka saling bertemu beradu, menajam antara satu sama lain.
“Apa kau tau, kau tidak pantas bersama Bella. Kau tidak bisa
memuaskannya” bisik Radit begitu mengalun di telinga Vino, membuat laki-laki
berwajah korea itu semakin mengeratkan tarikannya.
“Aku pasti akan membalasmu” tutu Vino dengan rahang yang
begitu keras dan hembusan nafas begitu kasar.
“Aku akan menunggu waktu itu” Radit tersenyum sinis di ujung
bibirnya namun tak berlangsung lama senyuman itu memudar dengan sendirinya.
“Kepala Yun” panggil Radit setelah sesaat ia menghempaskan cengkraman tangan Vino yang memegang kerah bajunya.
Bu Yun yaang yang memang sudah berdiri diluar bersamaan dengan pelayanan lainnya pun menunduk, tak berani menatap dan juga tak berani masuk.
Hingga setelah mendengar panggilan barulah wanita paruh baya itu memberikan diri untuk melangkah masuk.
Sementara para tamu undangan yang masih tersisa menunggu di ruang tamu. Tidak satupun dari mereka diizinkan melihat apa yang sudah terjadi.
Para bodyguard yang mengunakan pakain serba hitam itu berdiri mematung. Menjaga keamanan mansion. Apapu yang terjadi hari ini tidak boleh bocor kepada siapapun.
Bersambung....
Sebuah tamparan keras berhasil mendarat di pipi putih Vino,
hingga membuat pipinya merah seperti tomat dalam seketika.
Rahang yang mengeras dan sorot mata begitu tajam dibekukan
oleh Kakek Azman, tidak tau sudah berapa kali Kakek tua itu merapatkan giginya.
Rasanya ia begitu malu kepada dirinya sendiri atas apa yang
ia lihat barusan. Cucu yang selama ini ia sayangi dan menuruti apapun
permintaanya telah memberikan kado ulang tahun terburuk yang tidak pernah ia
bayangkan sebelumnya.
Vino meredupkan pandangannya, tangannya sudah mengepalkan kasar, seumur hidupnya ini pertama kalinya bagi dia menerima sebuah tamparan.
Apalagi yang melayangkan tamparan kepadanya adalah sang Kakek. Laki-laki yang selama ini dia sayangi melebihi dirinya sendiri.
Walaupun Vino terkenal akan kenakalan dan keras kepalanya, tapi tidak satupun perkataan Kakek Azman yang bantah oleh Vino. Dia selalu menuruti apapun perintah ataupun permintaan dari sang Kakek.
Setelah semenjak kehilangan sosok sang ayah bagi Vino, laki-laki yang selalu berada di sisinya telah pergi meninggalkan dunia ini, Vino begitu manja dengan sang Kakek.
Bagi Vino sekarang hanya sang Kakek lah satu-satunya laki-laki yang paling ia sayangi selai nyonya Erie.
Akibat suara tamparan itu remang-remang Wulan membukakan
kedua kelopak matanya secara bersamaan, pandangan matanya langsung tertuju ke
atas langit-langit kamar yang terasa kabur di matanya.
Rasanya kepalanya berdenyut hebat, untuk sesaat wulan
mendesis lalu pandangan seketika teralih saat ia rasa telinganya mendengar sesuatu dari arah samping.
“Apa begini caramu menghargai seorang wanita.” tutur Kakek Azman dengan
tatapan tidak bisa di artikan lagi, sekilas mata abu-abunya menatap kearah
Wulan yang sudah mematung di tempat tidak bisa berkata-kata lagi.
“Tuan Besar.”
Wulan menepuk pipinya dengan sedikit kasar, dia masih belum
percaya apa yang ia lihat sekarang. Bagaiman bisa tiba-tiba bangun sudah
melihat tiga orang besar sekaligus, dia berpikir kalau ini adalah mimpi.
Tangannya yang mungil segera ia tekankan agar bisa mengusurkan sedikit tubuhnya
kearah samping.
“Ini bukan mimpi, kau tidak perlu memukul dirimu sendiri.”
Ucap laki-laki yang berdiri di samping kakek Azman yang tak lain adalah Tuan
Radit. Dia seolah-olah tau apa yang dipikirkan Wulan.
Bukan mimpi, jadi ini
benar-benar nyata.
Kedua bibir Wulan bergetar hebat.
“Kakek, dia yang menjebak ku. Dia pasti segaja masuk ke dalam
kamarku menyamar sebagai Bella, dasar wanita murahaaannnn” ucap Vino sembari menunjuk
kearah Wulan. Tangannya yang kekar hendak ia gerakkan untuk menyeret Wulan dari
ranjang.
Namun, suara Kakek Azman berhasil menghentikan niatnya.
“Vino!” tangan Kakek Azman menggantung di udara siap ia
layangkan untuk kedua kalinya.
“Papa” suara nyonya Erie dari ambang pintu yang hampir
bersamaan dengan kedatangan Bella.
Kedua wanita itu terkejut bukan main saat melihat apa yang terjadi.
“Papa. Apa yang Papa lakukan? Kenapa Papa ingin menampar
Vino?” tanya nyonya Erie sembari mempercepat langkahnya mendekati mereka
bertiga yang di ikuti oleh Bella di belakangnya.
Kedua manik-manik matanya menatap
tiga orang laki-laki yang sangat ia sayangi secara bergantian. Hingga tatapannya
berhenti saat melihat tubuh putra keduanya tidak mengunakan baju sehelai pun
menutupi bidang dada bugarnya.
“Mama” Vino sontak merubah kan ekspresi wajahnya menatap
memohon kearah nyonya Erie agar membelanya.
“Kau.” Kedua mata Bella berkerut dalam, hingga sampai
terlihat jelas goresan hitam di matanya. Begitupun juga dengan nyonya Erie yang sekarang ikut
menatap kearah Wulan dengan tatapan terkejut.
“Bukankah kau pelayan baru. Bagaimana bisa kau berada di
kamar putraku.” ucap nyonya Erie dengan nada meninggi, apalagi melihat Wulan masih berada di atas ranjang Vino hal itu sungguh membuat nyonya Erie sangat marah.
“A-aku tidak tau nyonya.” sahut Wulan yang langsung mencoba mengigat-ingat
apa yang sudah terjadi dengan dirinya, kenapa dia tiba-tiba berada di kamar
Vino. Padahal setahunya ia sudah keluar dari kamar ini.
“Wanita jalang beraninya kau ingin merebut Vino dariku” tangan
bela Bella sudah gatal dengan kasar menarik rambut Wulan hingga membuat Wulan tergusur
ke lantai.
Plakkk…..
Nyonya Erie ikut menimpalinya, menampar Wulan dengan sekuat
tenaganya.
“Aaaahhhhh …..” pekik Wulan menahan rasa sakit akibat tamparan yang diberikan oleh nyonya Erie.
“Cukup.” bentak Kakek Azman. “Ini sungguh keterlaluan.
Bagaimana bisa kalian berbuat kasar didepan ku.”
“Tapi Pah, wanita ini-“
“Aku tidak inggin mendengar apapun lagi. Vino kali ini sudah
melewati bata. Kelakuannya sungguh memalukan, bagaimana bisa di ingin melecehkan seorang gadis, dan bahkan gadis itu tidak sadarkan diri.” tukas Kakek Azman merasa tak habis pikir.
"Ini tidak seperti apa yang Kakek lihat, a-aku tidak melakukan apa-apa dia pasti--," ucap Vino membela diri namun ucapannya terpotong karena sudah di sahut cepat oleh Kakek Azman.
"Apa kamu pikir aku buta, aku tidak bisa melihat apa yang telah kamu lakukan kepada pelayanan itu, Hem. Walaupun umurku sudah hampir seratus tahun tapi mataku masih terlihat jelas apa yang aku lihat tadi"
"Pah--"
"Tidak ada pembelaan. Vino harus menembus dosanya hanya dengan satu cara yaitu menikah dengan wanita itu. Maka hari ini juga aku putuskan, Vino akan menikah dengannya." tegas Kakek Azman dengan nada penuh penekanan.
“Kakek.” Vino menggeleng-geleng kan kepalanya merasa tak
percaya.
"Apa? Papa bilang apa, Papa ingin menikahkan Vino, cucu Papa sendiri dengan pelayanan ini," tunjuk nyonya Erie merasa tak percaya apa yang ia dengar.
“Tidak Pah, Vino tidak akan menikah dengan wanita kampung
seperti dia.” protes nyonya Erie tidak bisa membayangkan kalau dia akan
memiliki menantu yang tidak sederajat dengannya.
"Iya, Kek. Vino sampai kapanpun Vino enggak mau menikah apalagi dengan wanita yang tidak sederajat dengan kita. Lagi pula Vino belum apa-apain dia, Vino pikir dia itu adalah Bella Kek, kekasih Vino." bantah Vino ini benar-benar perintah sangat buruk baginya, menikah sama pelayan, yang benar saja. Angga dan Dimas pasti akan menertawakannya sampah seumur hidup.
"Lalu, kalau di Bella, kau juga akan melakukan hal yang sama?" tanya Kakek Azman sekilas matanya yang tajam menatap kearah Bella.
"V-Vino. Aaagggrrr." laki-laki berwajah Eropa itu menjambak rambutnya kasar, alasan apalagi yang harus ia berikan. Mengatakan yang sebenarnya kalau dia dan Bella sudah sering melakukan hubungan intim. Cih itu sama sekali tidak mungkin, Vino pasti akan buruk di mata Kakek.
“Aku tidak akan menarik kata-kataku, keputusan ku sudah
bulat. Hari ini anak laki-laki mu sudah menghancurkan kehormatan keluargaku
yang susah payah aku bangun. Kalau dia tetap bersikeras menolak menikah dengan gadis itu maka mulai saat ini juga, Aku akan mencoret namanya dari daftar keluarga dan dia tidak akan mendapatkan warisan ku sepeserpun. Dia juga tidak berhak tinggal di rumah ini lagi karena aku sudah memutuskan hubungan dengannya."
"Pah--" jantung nyonya Erie bagaikan di sambar petir hancur lebur ketika mendengar perkataan ayah mertuanya.
"Tidak ada satu orangpun yang boleh menampung atau memberikan uang sepeser pun untuk Vino, kalau ada dari kalian yang melakukannya maka kalian juga akan bernasib sama seperti dia. Perkataan ku ini berlaku juga untukmu, Erie,"
"Radit??” panggil Kakek Azman.
“Iya, Kek.” Radit yang berada di samping segera menyahut.
“Siapkan pernikahan adikmu sekarang juga,” perintah Kakek
Azman. “Panggil kepala Yun untuk merias penggantinya dan jangan biarkan masalah
ini terdengar oleh orang lain” sambung Kakek Azman lalu setelah itu pergi meninggalkan
semua orang.
Keheningan pun terjadi di persekian detik, semua orang masih shock mendengar apa yang di katakan Kakek Azman barusan.
Terutama bagi Wulan. Wanita yang terduduk tak berdaya di lantai. Dia tidak tau apa yang harus ia lakukan sekarang, semua ini seperti mimpi buruk baginya.
“Vino, maaf. Aku merasa menyesal telah membiarkan Kakek masuk
kamar mu, seharusnya aku tidak melakukan itu dan kau bisa bebas bermesraan
dengan pelayan itu.” tutur Radit dengan nada meledek, mengisyaratkan kalau dia
talah menang.
“ Jadi, Ini semua pasti rencana mu, kau sengaja menjebak ku agar
kau bisa mendapatkan Bella. Ckkk aku tidak menyangka kau berani melakukan hal
se-keji ini.” Vino sudah mencengkram kuat
kerah baju Radit.
"Kau benar-benar licik." sambung Vino lagi.
Sorot matanya membunuh menatap kearah sang kakak. Tatapan
mereka saling bertemu beradu, menajam antara satu sama lain.
“Apa kau tau, kau tidak pantas bersama Bella. Kau tidak bisa
memuaskannya” bisik Radit begitu mengalun di telinga Vino, membuat laki-laki
berwajah korea itu semakin mengeratkan tarikannya.
“Aku pasti akan membalasmu” tutu Vino dengan rahang yang
begitu keras dan hembusan nafas begitu kasar.
“Aku akan menunggu waktu itu” Radit tersenyum sinis di ujung
bibirnya namun tak berlangsung lama senyuman itu memudar dengan sendirinya.
“Kepala Yun” panggil Radit setelah sesaat ia menghempaskan cengkraman tangan Vino yang memegang kerah bajunya.
Bu Yun yaang yang memang sudah berdiri diluar bersamaan dengan pelayanan lainnya pun menunduk, tak berani menatap dan juga tak berani masuk.
Hingga setelah mendengar panggilan barulah wanita paruh baya itu memberikan diri untuk melangkah masuk.
Sementara para tamu undangan yang masih tersisa menunggu di ruang tamu. Tidak satupun dari mereka diizinkan melihat apa yang sudah terjadi.
Para bodyguard yang mengunakan pakain serba hitam itu berdiri mematung. Menjaga keamanan mansion. Apapu yang terjadi hari ini tidak boleh bocor kepada siapapun.
Bersambung....
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved