Bab 6 Pertanyaan
by Sisy
10:05,Jun 15,2021
Priska Lin hanya mengerutkan alisnya, menundukkan kepala berucap dengan pelan: “Tidak membicarakan apa-apa, hanya berbincang santai saja.”
“Hehe.”
Lucas Hua hanya tertawa dingin sejenak, dan tidak mengatakan apapun lagi, hanya melihat Priska Lin yang sedang memakan sarapannya.
Ditatap olehnya, membuatnya tidak memiliki nafsu makan sedikit pun, setelah beberapa lama kemudian Kakak Zhang masih belum kembali, dia langsung meletakkan mangkok yang ada di tangannya, dan berucap dengan sedikit kaku: “Aku sudah kenyang, aku kembali ke kamar dulu.”
“Kenapa buru-buru, duduklah.”
Lucas Hua menatapnya dengan dingin, nama bicaranya penuh dengan perintah, membuat Priska Lin terpaksa duduk kembali.
Dia baru menyadari, jika tatapan Lucas Hua saat menatapnya, ternyata terdapat sedikit permusuhan.
Lucas Hua menggelapkan wajahnya, bertanya dengan dingin: “Kemarin kamu bertelepon dengan Patricia, sebenarnya apa yang kalian bicarakan?”
Priska Lin tidak menjawab, namun pria itu kembali berucap, “Priska, aku sungguh tidak menyangka, ternyata kamu orang seperti ini? Patricia baru saja diselamatkan, kondisinya masih belum pulih, tapi kamu menyakitinya seperti ini, sebenarnya apa kamu masih memiliki hati nurani?”
Seketika Priska Lin tercengang, bukankah Priska Lin yang disakiti, sikap Patricia Lin yang memaksanya dengan arogan saat di telepon, bisa tersakiti?
Dia tidak bisa menahan dirinya untuk tersenyum dingin, seketika membuat Lucas Hua kesal!
Lucas Hua langsung mencengkram lengannya, kekuatannya sangat besar, seperti ingin mematahkan tulangnya, dia mengerutkan alisnya kesakitan, namun Lucas Hua tidak perduli sama sekali, dan memperingatkan dengan dingin: “Sebaiknya kamu menurutlah sedikit, jika berani melakukan hal licik lagi, kupastikan kamu akan menyesal seumur hidup!”
Priska Lin kesakitan hingga ingin meneteskan air matanya, dia menatap langsung pada Lucas Hua: “Aku bahkan tidak tahu apa yang kamu bicarakan sebenarnya......”
“Hmph!” Lucas Hua langsung menghempaskannya dengan kuat.
Bangku yang didudukinya bergerak, membuat suara gesek dengan lantai yang memekakkan telinga, Priska Lin ditarik olehnya hingga berdiri, tersandung sejenak, seketika kakinya jatuh membentur lantai, dan mengenai lututnya.
“Sshh——” dia kesakitan hingga menarik napas dalam.
Lucas Hua tidak menunjukkan raut apapun, bangkit berdiri dan pergi begitu saja, bahkan tanpa kembali ke kamarnya.
Kakak Zhang yang mendengar suara debuman, langsung berjalan keluar dari dapur, awalnya dia ingin memberikan kesempatan untuk nyonya muda dan tuan muda berduaan, namun siapa sangka......
“Nyonya muda, apa kamu baik-baik saja?”
Kakak Zhang memapah Priska Lin, merasa sedikit prihatin, tubuh Priska Lin yang lembut, entah betapa sakitnya yang dia rasakan.
Air mata menggenang di pelupuk matanya, Priska Lin memaksakan senyumannya padanya: “Kakak Zhang, aku baik-baik saja.”
Kembali ke kamar, dia menggulung celananya untuk memeriksa, lututnya telah memar, bengkak dan memerah. Kakak Zhang membawakan kotak obat, setelah Priska Lin berterima kasih pada Kakak Zhang, dia bersikeras untuk mengobati kakinya sendiri.
Baru saja selesai mengoleskan obat, sebuah nomor asing terlihat muncul di layar ponselnya.
Priska Lin mengangkat telepon itu dengan bingung, namun terdengar sebuah suara yang familiar:
“Priska, apa masih ingat denganku?”
“Jenni?” Priska Lin tercengang, seketika suasana hatinya yang suram menjadi cerah, lututnya yang terluka bahkan tidak begitu sakit lagi.
Jenni Ye adalah teman kuliahnya, mereka berdua selalu bersama seperti prangko. Sayangnya saat kuliah mereka belum selesai, Jenni Ye pergi keluar negeri, dan karena ini kedua orang itu putus kontak.
“Apa merindukanku?” Jenni Ye tertawa lepas di seberang telepon.
“Kamu ini main pergi begitu saja, sekarang kenapa kembali?” Priska Lin menyalahkannya, namun wajahnya penuh dengan senyuman.
“Aku tidak merelakanmu!” Jenni Ye tertawa, lalu membicarkaan tentang apa yang dia pelajari di luar negeri, walaupun kedua orang itu tidak berhubungan selama dua tahun lebih, namun perbincangan mereka sangat hangat, membuat waktu berlalu dengan sangat cepat.
Jenni Ye bahkan memiliki kekasih di luar negeri, namun kali ini dia tidak membicarakannya, Priska Lin juga tidak menanyakannya, saat akan menutup sambungan telepon, Jenni Ye mengajak Priska Lin untuk bertemu.
“Aku sudah berpisah dengannya.”
Nada bicara Jenni Ye terdengar sedikit sendu, “Sebenarnya sekarang suasana hatiku tidak begitu baik.”
Priska Lin tersenyum pahit, sebenarnya suasana hatinya juga tidak baik, namun kebetulan, dia bisa menghilangkannya dengan bertemu dengan Jenni Ye dan membicarakan tentang masa lalu.
Setelah menentukan tempat janjian, dia langsung keluar dengan terburu-buru.
Jenni Ye masih sama seperti dua tahun yang lalu, hanya saja terlihat sedikit lebih cantik, dengan eyeliner yang indah, rambut bergelombang, dan riasan yang membuatnya terlihat mempesona.
Jika dibandingkan, Priska Lin terlihat sangat sederhana, rambut sebahu yang lurus, gaun yang menunjukkan lekuk pinggangnya dan stoking kulit, membungkus tubuhnya dengan erat, dia juga tidak merias wajahnya, saat berdiri bersama Jenni Ye, dia terlihat seperti adiknya yang masih mahasiswi.
Setelah Priska Lin bertemu dengan Jenni Ye, Jenni Ye mengatakan ingin membawanya ke tempat yang menyenangkan.
Siapa sangka ternyata dia membawa Priska Lin ke sebuah bar!
“Hehe.”
Lucas Hua hanya tertawa dingin sejenak, dan tidak mengatakan apapun lagi, hanya melihat Priska Lin yang sedang memakan sarapannya.
Ditatap olehnya, membuatnya tidak memiliki nafsu makan sedikit pun, setelah beberapa lama kemudian Kakak Zhang masih belum kembali, dia langsung meletakkan mangkok yang ada di tangannya, dan berucap dengan sedikit kaku: “Aku sudah kenyang, aku kembali ke kamar dulu.”
“Kenapa buru-buru, duduklah.”
Lucas Hua menatapnya dengan dingin, nama bicaranya penuh dengan perintah, membuat Priska Lin terpaksa duduk kembali.
Dia baru menyadari, jika tatapan Lucas Hua saat menatapnya, ternyata terdapat sedikit permusuhan.
Lucas Hua menggelapkan wajahnya, bertanya dengan dingin: “Kemarin kamu bertelepon dengan Patricia, sebenarnya apa yang kalian bicarakan?”
Priska Lin tidak menjawab, namun pria itu kembali berucap, “Priska, aku sungguh tidak menyangka, ternyata kamu orang seperti ini? Patricia baru saja diselamatkan, kondisinya masih belum pulih, tapi kamu menyakitinya seperti ini, sebenarnya apa kamu masih memiliki hati nurani?”
Seketika Priska Lin tercengang, bukankah Priska Lin yang disakiti, sikap Patricia Lin yang memaksanya dengan arogan saat di telepon, bisa tersakiti?
Dia tidak bisa menahan dirinya untuk tersenyum dingin, seketika membuat Lucas Hua kesal!
Lucas Hua langsung mencengkram lengannya, kekuatannya sangat besar, seperti ingin mematahkan tulangnya, dia mengerutkan alisnya kesakitan, namun Lucas Hua tidak perduli sama sekali, dan memperingatkan dengan dingin: “Sebaiknya kamu menurutlah sedikit, jika berani melakukan hal licik lagi, kupastikan kamu akan menyesal seumur hidup!”
Priska Lin kesakitan hingga ingin meneteskan air matanya, dia menatap langsung pada Lucas Hua: “Aku bahkan tidak tahu apa yang kamu bicarakan sebenarnya......”
“Hmph!” Lucas Hua langsung menghempaskannya dengan kuat.
Bangku yang didudukinya bergerak, membuat suara gesek dengan lantai yang memekakkan telinga, Priska Lin ditarik olehnya hingga berdiri, tersandung sejenak, seketika kakinya jatuh membentur lantai, dan mengenai lututnya.
“Sshh——” dia kesakitan hingga menarik napas dalam.
Lucas Hua tidak menunjukkan raut apapun, bangkit berdiri dan pergi begitu saja, bahkan tanpa kembali ke kamarnya.
Kakak Zhang yang mendengar suara debuman, langsung berjalan keluar dari dapur, awalnya dia ingin memberikan kesempatan untuk nyonya muda dan tuan muda berduaan, namun siapa sangka......
“Nyonya muda, apa kamu baik-baik saja?”
Kakak Zhang memapah Priska Lin, merasa sedikit prihatin, tubuh Priska Lin yang lembut, entah betapa sakitnya yang dia rasakan.
Air mata menggenang di pelupuk matanya, Priska Lin memaksakan senyumannya padanya: “Kakak Zhang, aku baik-baik saja.”
Kembali ke kamar, dia menggulung celananya untuk memeriksa, lututnya telah memar, bengkak dan memerah. Kakak Zhang membawakan kotak obat, setelah Priska Lin berterima kasih pada Kakak Zhang, dia bersikeras untuk mengobati kakinya sendiri.
Baru saja selesai mengoleskan obat, sebuah nomor asing terlihat muncul di layar ponselnya.
Priska Lin mengangkat telepon itu dengan bingung, namun terdengar sebuah suara yang familiar:
“Priska, apa masih ingat denganku?”
“Jenni?” Priska Lin tercengang, seketika suasana hatinya yang suram menjadi cerah, lututnya yang terluka bahkan tidak begitu sakit lagi.
Jenni Ye adalah teman kuliahnya, mereka berdua selalu bersama seperti prangko. Sayangnya saat kuliah mereka belum selesai, Jenni Ye pergi keluar negeri, dan karena ini kedua orang itu putus kontak.
“Apa merindukanku?” Jenni Ye tertawa lepas di seberang telepon.
“Kamu ini main pergi begitu saja, sekarang kenapa kembali?” Priska Lin menyalahkannya, namun wajahnya penuh dengan senyuman.
“Aku tidak merelakanmu!” Jenni Ye tertawa, lalu membicarkaan tentang apa yang dia pelajari di luar negeri, walaupun kedua orang itu tidak berhubungan selama dua tahun lebih, namun perbincangan mereka sangat hangat, membuat waktu berlalu dengan sangat cepat.
Jenni Ye bahkan memiliki kekasih di luar negeri, namun kali ini dia tidak membicarakannya, Priska Lin juga tidak menanyakannya, saat akan menutup sambungan telepon, Jenni Ye mengajak Priska Lin untuk bertemu.
“Aku sudah berpisah dengannya.”
Nada bicara Jenni Ye terdengar sedikit sendu, “Sebenarnya sekarang suasana hatiku tidak begitu baik.”
Priska Lin tersenyum pahit, sebenarnya suasana hatinya juga tidak baik, namun kebetulan, dia bisa menghilangkannya dengan bertemu dengan Jenni Ye dan membicarakan tentang masa lalu.
Setelah menentukan tempat janjian, dia langsung keluar dengan terburu-buru.
Jenni Ye masih sama seperti dua tahun yang lalu, hanya saja terlihat sedikit lebih cantik, dengan eyeliner yang indah, rambut bergelombang, dan riasan yang membuatnya terlihat mempesona.
Jika dibandingkan, Priska Lin terlihat sangat sederhana, rambut sebahu yang lurus, gaun yang menunjukkan lekuk pinggangnya dan stoking kulit, membungkus tubuhnya dengan erat, dia juga tidak merias wajahnya, saat berdiri bersama Jenni Ye, dia terlihat seperti adiknya yang masih mahasiswi.
Setelah Priska Lin bertemu dengan Jenni Ye, Jenni Ye mengatakan ingin membawanya ke tempat yang menyenangkan.
Siapa sangka ternyata dia membawa Priska Lin ke sebuah bar!
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved