Bab 4 A Little About Cala's Love Story
by Hannadhif
15:21,Jan 14,2021
Cala mematikan alarm yang sejak tadi berdering. Ia meliha layar ponselnya, waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi. Hari ini adalah hari pertamanya masuk kuliah di semester enam. Akan banyak tugas, penelitian, praktikum, dan ujian yang harus dihadapi di semester ini. Meskipun demikian, Cala selalu bisa mempertahankan nilai akademik dengan baik. Ia selalu bersemangat menjalankan perkuliahan karena Cala yakin hal itu bisa membantunya untuk mencapai karier yang gemilang. Terdengar suara ketukan pintu, siapa lagi kalau bukan Lilly. Seperti seorang ibu pada umumnya, Lilly bertugas untuk membangunkan Cala dan Brenda agar tidak telat berangkat kuliah. Ia bahkan menyiapkan sarapan untuk Cala dan Brenda. “Sudah bangun, Lilly.” Jawabnya setengah sadar. “Kau belum sungguh-sungguh sadar, Cala. Cepat ke kamarku atau kau akan kehabisan nasi goreng special karena Brenda sudah bangun sejak tiga puluh menit yang lalu.” Jelasnya, kemudian kembali menuju kamarnya. Cala mengerutkan keningnya, Brenda bangun lebih awal? Brenda menyantap nasi sebagai menu sarapan? Itu adalah hal yang jarang sekali dilakukannya. Cala bangkit dari tempat tidur dan langsung menuju kamar mandi untuk sekedar mencuci muka dan menyikat gigi. Jadwal kuliahnya hari ini dimulai pukul sebelas siang. Tapi ia akan berangkat lebih awal karena harus menyiapkan materi di perpustakaan. Ya, dua minggu yang lalu, Cala mendapat kabar dari salah satu dosen bahwa ia diterima menjadi asistennya. Salah satu tugas asisten dosen adalah menggantikan saat mereka berhalangan hadir dan tidak bisa mengajar. Dan hari ini, Cala akan menggantikan Bapak Rio—beliau berhalangan hadir karena harus mengisi seminar di luar kota—untuk mengajar mata kuliah pengantar ilmu manajemen bagi mahasiswa semester dua. Percaya atau tidak, menjadi asisten dosen juga salah satu impiannya. Cala yakin bahwa menjadi asisten dosen dapat mengembangkan kemampuan dan kompetensi yang akan berguna bagi kariernya di masa depan. Selain itu, tentu saja Cala akan mendapat gaji yang bisa digunakan untuk membeli buku-buku kuliah. Orangtua Cala bukannya tak memberi uang, hanya saja ia ingin memiliki banyak koleksi buku agar bisa dijadikan referensi ketika belajar.
Tanpa mengetuk, Cala langsung membuka pintu kamar Lilly. Benar apa yang Lilly katakan, di sana sudah ada Brenda yang sedang menyantap nasi goreng sambil menonton drama Korea kesukaannya. “Sebelum kau bertanya, aku akan memberitahumu bahwa dalam waktu dekat aku sedang tidak memiliki jadwal pemotretan. Jadi, aku bisa makan normal selama beberapa hari.” Ucap Brenda sambil menghentikan tayangan drama korea yang sedang ia tonton. Cala mengambil gelas di lemari kecil milik Lilly dan membuat teh hangat. Seperti kebiasaan seorang ibu, Lilly langsung menyiapkan sepiring nasi goreng untuknya. “Kenapa tidak libur pemotretan saja untuk semester ini?” tanyaku pada Brenda. Kini Brenda meletakkan piringnya di atas bantal, ya, sejak tadi ia makan di atas kasur milik Lilly. “Apa kau gila?!” Cala memutar kedua bola matanya dan beralih pada Brenda, “Kau yang gila. Sekarang aku tanya, berapa nilai akademikmu pada semester lalu?” Cala bertanya dengan nada menyelidik. Sementara Lilly fokus merapikan baju yang baru saja disetrika, ia terlihat tidak peduli dengan percakapan Cala dan Brenda. Sudah terlalu sering bagi Lilly melihat kedua sahabatnya bertengkar karena perbedaan pendapat. “Mengapa harus membahas nilai akademik sementara aku tak peduli dengan hal itu?” Ucapnya santai. “Nilai akademikmu terus menurun, Brenda.” Cala mulai tak tahan dengan sikap santainya. “Aku tak perlu nilai akademik yang tinggi untuk menjadi seorang artis papan atas.” Lilly tahu, Cala dan Brenda sering kali bertengkar hebat jika berbicara tentang mimpi dan cita-cita. Dia langsung mengambil alih pembicaraan. “Cala, hari ini kau mulai menjadi asisten dosen, bukan?” tanyanya. Cala tidak menjawab tapi tersenyum lebar. Brenda membelalakkan matanya, “Kau diterima?” Cala mengangguk penuh semangat. Matanya berbinar-binar membayangkan hari ini ia akan menjalankan pekerjaan pertamanya. “Tentu, hari ini aku mulai mengajar di kelas pengantar ilmu management pukul tiga sore. Bapak Rio ada tugas ke luar kota.” Brenda dan Lilly memberi ucapan selamat padanya, mereka ikut bahagia melihat Cala bisa melakukan sesuatu yang disukai. “Pokoknya gaji pertama nanti harus bayarin kita makan-makan, ya!” Ucap Brenda tanpa basa-basi. “Itu sudah pasti.” Cala memang pernah berjanji pada Brenda dan Lilly bahwa ia akan menggunakan gaji pertamanya sebagai asisten dosen untuk makan-makan bersama mereka. “Kau tidak ingin mengajak Reino?” tanya Lilly. Mendengar pertanyaan itu, Brenda langsung melotot pada Lilly. “Untuk apa mengajak mantan pacar makan bersama? Tak ada gunanya.” Seperti biasa, Brenda selalu to the point. “Aku bertanya pada Cala, bukan kau. Lagi pula, memangnya kau mantan pacar Reino?” Jawab Lilly, ia kini beralih pada Cala. Seolah menunggu kalimat apa yang akan sahabatnya katakan. Cala memasang wajah polos, pura-pura tidak mendengar pertanyaan tadi. “Kau benar-benar sudah hilang kontak dengannya?” tanya Lilly tak percaya. Kali ini giliran Brenda yang tak perduli dengan pembicaraan Cala dan Lilly. Ia kembali tidur di atas kasur milik Lilly sambil bermain media sosial.
Reino yang Lilly maksud adalah orang yang sama dengan Reino si ketua panitia pada masa orientasi mahasiswa baru. Setelah kejadian lipstick dan mascara kala itu, rupanya Reino mulai tertarik dengan kepribadian Cala. Ia kagum padanya karena berani mengungkapkan kebenaran. Sebulan setelah kejadian itu, Reino menghubungi Cala melalui direct message Instagram. Cala masih ingat sekali pesan pertama yang Reino kirimkan padanya. “Hai, wanita pemberani.” Semakin lama hubungan mereka semakin dekat. Mereka selalu berkirim pesan dan berbicara di balik ponsel hingga larut malam. Hingga akhirnya Cala resmi berpacaran dengan Reino pada awal semester kedua, sementara Reino sudah memasuki semester tujuh. Di awal pacaran, hubungan mereka baik-baik saja selama enam bulan pertama. Walau tak setiap hari bersama, tapi Cala dan Reino selalu meluangkan waktu—setidaknya seminggu dua kali—untuk bertemu. Sesekali mereka menonton bioskop, berkunjung ke mall, makan malam di rumah makan pinggir jalan, atau sering kali Reino menemaninya belajar di perpustakaan kampus. Yang membuat Cala jatuh cinta pada Reino adalah karena dia memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas. Reino adalah partner diskusi yang menyenangkan. Ia selalu terbuka untuk membicarakan berbagai hal yang bahkan terasa asing baginya. Reino juga mudah bergaul, setiap Cala sedang bersamanya, pasti ada saja seseorang yang mengenali dan menyapanya. Selain itu, tentu saja Reino adalah pria yang berpenampilan menarik. Tubuhnya tegap dan tinggi, ia tampak manis dengan kulit sawo matangnya. Alisnya yang tebal dan garis rahang yang tegas membuatnya terlihat sangat maskulin. Cala benar-benar menyukai semua yang ada dalam dirinya. Masalah bermunculan ketika mereka berdua sudah mulai sibuk dengan urusan masing-masing. Pada semester tiga, Cala menjabat sebagai wakil ketua himpunan mahasiswa manajemen, sedangkan Reino mulai fokus dengan tugas akhirnya. Merela tidak punya waktu untuk bertemu, berkirim pesan dan telponan pun sudah jarang. Nyatanya, kunci dari suatu hubungan adalah komunikasi. Jika komunikasi tidak berjalan dengan baik, maka akan berdampak pada hubungan yang dibina. Sering terjadi kesalahpahaman antara Cala dan Reino, mulai dari masalah sepele hingga masalah serius. Akhirnya, mereka terpaksa harus mengakhiri hubungan setelah sembilan bulan bersama. Setelah itu, Cala dan Reino sempat tidak saling menghubungi selama beberapa bulan. Bahkan Cala tidak datang di hari kelulusan Reino. Lilly menasihati Cala agar setidaknya memberi ucapan selamat pada Reino, iapun melakukannya. Dan Reino hanya membalas pesan Cala dengan kalimat, “Terima kasih, Cala!” Tidak lama kemudian, Cala melihat postingan foto Reino di Instagram sedang bersama seorang wanita. Wanita itu terlihat sedang memegang buket buga bersama Reino yang sedang mengenakan baju toga di sampingnya. Waktu itu Brenda berkata, “Reino sudah menemukan penggantimu?” tanyanya tak percaya sambil melihat foto yang diunggah Reino. Cala hanya diam saja, karena ia sendiri tidak tahu siapa wanita itu. “Jangan berburuk sangka, siapa tahu itu hanya temannya.” Ucap Lilly yang selalu berpikiran positif. Brenda memutar bola matanya, “Apapun itu, kau tak perlu khawatir, Cala, karena wanita ini tidak lebih cantik darimu.” Seperti itulah Brenda, hal yang pertama kali dia lihat dari seseorang adalah fisiknya. Brenda berkata bahwa hal seperti itu sudah biasa terjadi di dunia entertainment. “Saat kau cantik dan tampan, maka semua orang akan baik padamu.” Jelasnya kala itu.
Tapi ternyata dugaan Brenda salah, wanita itu adalah sepupu Reino yang selama ini berkuliah di Jerman, namanya Sissy. Sissy bisa datang di hari kelulusan Reino karena saat itu ia sedang pulang ke Indonesia untuk berlibur. Bagaimana Cala bisa tahu? Sebab setahun setelah mereka berpisah, Reino kembali menghubunginya. Reino memberi kabar bahwa saat ini ia sudah bekerja di salah satu perusahaan logistic asal Korea Selatan yang ada di Indonesia. Dengan kepribadian dan kemampuan yang Reino miliki Cala yakin kalau tak sulit baginya untuk bekerja di perusahaan besar. Pada semester lima, ia kembali dekat dengannya. Mereka seperti dua orang yang baru pertama bertemu dan mulai jatuh cinta lagi. Karena sebelumnya Cala lebih mendengarkan Brenda yang berkata bahwa Sissy adalah pacar baru Reino, maka kali itu ia lebih mendengarkan perkataan Lilly. Lilly yakin seratus persen kalau Reino masih mencintainya dan ingin kembali menjalin hubungan dengannya. Cala pun percaya dengan kata-kata Lilly, lagi pula ia sangat menikmatinya saat itu. Dirinya bahagia karena bisa kembali dekat dengan Reino, hal itu membuatnya lebih semangat belajar, hasilnya, ia mendapat nilai sempurna di beberapa mata kuliah dalam ujian tengah semester. Namun sayangnya hal itu tidak berjalan lama. Reino mendekati Cala selama lima bulan, setelah itu ia menghilang, pergi entah kemana. “Benar, kan? Reino hanya ingin mempermainkanmu. Andai saja sejak awal kau mau mengikuti prinsipku, tidak ada kesempatan kedua bagi mantan pacar, pasti tidak akan berakhir seperti ini.” Sementara Lilly hanya memeluk dan menenangkannya. Tapi kalian tidak perlu khawatir, Cala adalah tipe wanita yang tidak akan pernah dibuat rapuh oleh cinta. Ia tidak ingin dikendalikan oleh seorang pria. Maka sebab itu Cala memutuskan untuk berhenti memikirkan Reino dan kembali fokus pada masa depannya.
Tanpa mengetuk, Cala langsung membuka pintu kamar Lilly. Benar apa yang Lilly katakan, di sana sudah ada Brenda yang sedang menyantap nasi goreng sambil menonton drama Korea kesukaannya. “Sebelum kau bertanya, aku akan memberitahumu bahwa dalam waktu dekat aku sedang tidak memiliki jadwal pemotretan. Jadi, aku bisa makan normal selama beberapa hari.” Ucap Brenda sambil menghentikan tayangan drama korea yang sedang ia tonton. Cala mengambil gelas di lemari kecil milik Lilly dan membuat teh hangat. Seperti kebiasaan seorang ibu, Lilly langsung menyiapkan sepiring nasi goreng untuknya. “Kenapa tidak libur pemotretan saja untuk semester ini?” tanyaku pada Brenda. Kini Brenda meletakkan piringnya di atas bantal, ya, sejak tadi ia makan di atas kasur milik Lilly. “Apa kau gila?!” Cala memutar kedua bola matanya dan beralih pada Brenda, “Kau yang gila. Sekarang aku tanya, berapa nilai akademikmu pada semester lalu?” Cala bertanya dengan nada menyelidik. Sementara Lilly fokus merapikan baju yang baru saja disetrika, ia terlihat tidak peduli dengan percakapan Cala dan Brenda. Sudah terlalu sering bagi Lilly melihat kedua sahabatnya bertengkar karena perbedaan pendapat. “Mengapa harus membahas nilai akademik sementara aku tak peduli dengan hal itu?” Ucapnya santai. “Nilai akademikmu terus menurun, Brenda.” Cala mulai tak tahan dengan sikap santainya. “Aku tak perlu nilai akademik yang tinggi untuk menjadi seorang artis papan atas.” Lilly tahu, Cala dan Brenda sering kali bertengkar hebat jika berbicara tentang mimpi dan cita-cita. Dia langsung mengambil alih pembicaraan. “Cala, hari ini kau mulai menjadi asisten dosen, bukan?” tanyanya. Cala tidak menjawab tapi tersenyum lebar. Brenda membelalakkan matanya, “Kau diterima?” Cala mengangguk penuh semangat. Matanya berbinar-binar membayangkan hari ini ia akan menjalankan pekerjaan pertamanya. “Tentu, hari ini aku mulai mengajar di kelas pengantar ilmu management pukul tiga sore. Bapak Rio ada tugas ke luar kota.” Brenda dan Lilly memberi ucapan selamat padanya, mereka ikut bahagia melihat Cala bisa melakukan sesuatu yang disukai. “Pokoknya gaji pertama nanti harus bayarin kita makan-makan, ya!” Ucap Brenda tanpa basa-basi. “Itu sudah pasti.” Cala memang pernah berjanji pada Brenda dan Lilly bahwa ia akan menggunakan gaji pertamanya sebagai asisten dosen untuk makan-makan bersama mereka. “Kau tidak ingin mengajak Reino?” tanya Lilly. Mendengar pertanyaan itu, Brenda langsung melotot pada Lilly. “Untuk apa mengajak mantan pacar makan bersama? Tak ada gunanya.” Seperti biasa, Brenda selalu to the point. “Aku bertanya pada Cala, bukan kau. Lagi pula, memangnya kau mantan pacar Reino?” Jawab Lilly, ia kini beralih pada Cala. Seolah menunggu kalimat apa yang akan sahabatnya katakan. Cala memasang wajah polos, pura-pura tidak mendengar pertanyaan tadi. “Kau benar-benar sudah hilang kontak dengannya?” tanya Lilly tak percaya. Kali ini giliran Brenda yang tak perduli dengan pembicaraan Cala dan Lilly. Ia kembali tidur di atas kasur milik Lilly sambil bermain media sosial.
Reino yang Lilly maksud adalah orang yang sama dengan Reino si ketua panitia pada masa orientasi mahasiswa baru. Setelah kejadian lipstick dan mascara kala itu, rupanya Reino mulai tertarik dengan kepribadian Cala. Ia kagum padanya karena berani mengungkapkan kebenaran. Sebulan setelah kejadian itu, Reino menghubungi Cala melalui direct message Instagram. Cala masih ingat sekali pesan pertama yang Reino kirimkan padanya. “Hai, wanita pemberani.” Semakin lama hubungan mereka semakin dekat. Mereka selalu berkirim pesan dan berbicara di balik ponsel hingga larut malam. Hingga akhirnya Cala resmi berpacaran dengan Reino pada awal semester kedua, sementara Reino sudah memasuki semester tujuh. Di awal pacaran, hubungan mereka baik-baik saja selama enam bulan pertama. Walau tak setiap hari bersama, tapi Cala dan Reino selalu meluangkan waktu—setidaknya seminggu dua kali—untuk bertemu. Sesekali mereka menonton bioskop, berkunjung ke mall, makan malam di rumah makan pinggir jalan, atau sering kali Reino menemaninya belajar di perpustakaan kampus. Yang membuat Cala jatuh cinta pada Reino adalah karena dia memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas. Reino adalah partner diskusi yang menyenangkan. Ia selalu terbuka untuk membicarakan berbagai hal yang bahkan terasa asing baginya. Reino juga mudah bergaul, setiap Cala sedang bersamanya, pasti ada saja seseorang yang mengenali dan menyapanya. Selain itu, tentu saja Reino adalah pria yang berpenampilan menarik. Tubuhnya tegap dan tinggi, ia tampak manis dengan kulit sawo matangnya. Alisnya yang tebal dan garis rahang yang tegas membuatnya terlihat sangat maskulin. Cala benar-benar menyukai semua yang ada dalam dirinya. Masalah bermunculan ketika mereka berdua sudah mulai sibuk dengan urusan masing-masing. Pada semester tiga, Cala menjabat sebagai wakil ketua himpunan mahasiswa manajemen, sedangkan Reino mulai fokus dengan tugas akhirnya. Merela tidak punya waktu untuk bertemu, berkirim pesan dan telponan pun sudah jarang. Nyatanya, kunci dari suatu hubungan adalah komunikasi. Jika komunikasi tidak berjalan dengan baik, maka akan berdampak pada hubungan yang dibina. Sering terjadi kesalahpahaman antara Cala dan Reino, mulai dari masalah sepele hingga masalah serius. Akhirnya, mereka terpaksa harus mengakhiri hubungan setelah sembilan bulan bersama. Setelah itu, Cala dan Reino sempat tidak saling menghubungi selama beberapa bulan. Bahkan Cala tidak datang di hari kelulusan Reino. Lilly menasihati Cala agar setidaknya memberi ucapan selamat pada Reino, iapun melakukannya. Dan Reino hanya membalas pesan Cala dengan kalimat, “Terima kasih, Cala!” Tidak lama kemudian, Cala melihat postingan foto Reino di Instagram sedang bersama seorang wanita. Wanita itu terlihat sedang memegang buket buga bersama Reino yang sedang mengenakan baju toga di sampingnya. Waktu itu Brenda berkata, “Reino sudah menemukan penggantimu?” tanyanya tak percaya sambil melihat foto yang diunggah Reino. Cala hanya diam saja, karena ia sendiri tidak tahu siapa wanita itu. “Jangan berburuk sangka, siapa tahu itu hanya temannya.” Ucap Lilly yang selalu berpikiran positif. Brenda memutar bola matanya, “Apapun itu, kau tak perlu khawatir, Cala, karena wanita ini tidak lebih cantik darimu.” Seperti itulah Brenda, hal yang pertama kali dia lihat dari seseorang adalah fisiknya. Brenda berkata bahwa hal seperti itu sudah biasa terjadi di dunia entertainment. “Saat kau cantik dan tampan, maka semua orang akan baik padamu.” Jelasnya kala itu.
Tapi ternyata dugaan Brenda salah, wanita itu adalah sepupu Reino yang selama ini berkuliah di Jerman, namanya Sissy. Sissy bisa datang di hari kelulusan Reino karena saat itu ia sedang pulang ke Indonesia untuk berlibur. Bagaimana Cala bisa tahu? Sebab setahun setelah mereka berpisah, Reino kembali menghubunginya. Reino memberi kabar bahwa saat ini ia sudah bekerja di salah satu perusahaan logistic asal Korea Selatan yang ada di Indonesia. Dengan kepribadian dan kemampuan yang Reino miliki Cala yakin kalau tak sulit baginya untuk bekerja di perusahaan besar. Pada semester lima, ia kembali dekat dengannya. Mereka seperti dua orang yang baru pertama bertemu dan mulai jatuh cinta lagi. Karena sebelumnya Cala lebih mendengarkan Brenda yang berkata bahwa Sissy adalah pacar baru Reino, maka kali itu ia lebih mendengarkan perkataan Lilly. Lilly yakin seratus persen kalau Reino masih mencintainya dan ingin kembali menjalin hubungan dengannya. Cala pun percaya dengan kata-kata Lilly, lagi pula ia sangat menikmatinya saat itu. Dirinya bahagia karena bisa kembali dekat dengan Reino, hal itu membuatnya lebih semangat belajar, hasilnya, ia mendapat nilai sempurna di beberapa mata kuliah dalam ujian tengah semester. Namun sayangnya hal itu tidak berjalan lama. Reino mendekati Cala selama lima bulan, setelah itu ia menghilang, pergi entah kemana. “Benar, kan? Reino hanya ingin mempermainkanmu. Andai saja sejak awal kau mau mengikuti prinsipku, tidak ada kesempatan kedua bagi mantan pacar, pasti tidak akan berakhir seperti ini.” Sementara Lilly hanya memeluk dan menenangkannya. Tapi kalian tidak perlu khawatir, Cala adalah tipe wanita yang tidak akan pernah dibuat rapuh oleh cinta. Ia tidak ingin dikendalikan oleh seorang pria. Maka sebab itu Cala memutuskan untuk berhenti memikirkan Reino dan kembali fokus pada masa depannya.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved