Bab 3 Simple Woman: Lilly
by Hannadhif
14:51,Jan 14,2021
Tidak seperti pertemuannya dengan Brenda yang penuh drama, Cala bertemu dengan Lilly secara sederhana. Siang itu, Lilly bersama ibunya sedang berjalan di lingkungan kos, mereka ingin mencari kos untuk Lilly. Perempuan bertubuh mungil itu dengan ramahnya menghampiri Cala yang sedang duduk di teras kos. Dia bertanya mengenai ketersediaan kamar kosong. Cala kemudian membawa Lilly untuk bertemu dengan Mang Ujang. Mang Ujang berkata bahwa ada satu kamar yang batal disewa oleh mahasiwa. Lilly beruntung karena saat itu hampir semua kos sudah terisi penuh oleh mahasiswa baru. Dia pun langsung menempati kamar nomor 23 yang letaknya tak jauh dari kamar Cala.
Sejak pertama kali melihat Lilly, Cala langsung tahu bahwa dia adalah wanita yang lembut, sabar, penyayang, dan memiliki hati yang tulus. Salah satu ciri khas Lilly adalah rambutnya selalu diikat satu, ia selalu tidak percaya diri untuk tampil beda. Ya, itulah kekurangan Lilly. Selalu merasa rendah diri. Padahal, Lilly memiliki kecantikan tersendiri. Hidung dan bibir yang kecil membuatnya terlihat cantik natural. Lilly tak mengenakan make up lengkap seperti Brenda. Saat pergi ke kampus, ia hanya mengenakan bedak dan lipbalm. Gaya berbusananya juga tak pernah macam-macam, Lilly lebih nyaman mengenakan celana bahan dan blouse tanpa motif.
Secara sosial ekonomi, Lilly tak lebih baik dari Cala. Ibunya merupakan seorang pegawai negeri sipil daerah, sementara ayahnya sudah meninggal ketika ia berusia genap sembilan tahun. Hingga saat ini Ibunya belum menikah lagi. Sebenarnya sulit bagi Lilly untuk meninggalkan ibunya seorang diri, tapi bagaimanapun juga mau tidak mau ia harus tinggal di kos-kosan agar akses ke kampus menjadi lebih mudah. Tidak seperti Cala yang tinggal di kota dan Brenda yang tinggal di ibukota, Lilly dan ibunya tinggal di sebuah desa. Tapi jangan bayangkan desa tertinggal dan terbelakang seperti di film-film. Desa tempat Lilly tinggal dapat dikatakan sebagai salah satu desa paling modern di Indonesia. Sudah banyak masyarakatnya yang melanjutkan kuliah di luar kota. Desa itu bahkan sering dijadikan sebagai contoh terbaik dalam menjalankan beberapa program pemerintah. Lilly memiliki rasa percaya diri yang rendah karena tumbuh tanpa peran seorang ayah. Selama sebelas tahun, ia hanya hidup bersama ibunya. Ya, Lilly adalah anak tunggal yang tidak memiliki kakak dan adik. Impian dan cita-citanya sederhana, ia ingin menjadi ibu rumah tangga dengan keluarga kecil yang terdiri dari seorang suami dan empat orang anak. Lilly ingin rumah keluarga kecilnya dipenuhi suara tawa anak-anak dan kehangatan, tidak seperti rumahnya yang sekarang, selalu membuatnya merasa kesepian.
Cala sangat terkejut ketika tahu bahwa impian Lilly hanya ingin menjadi seorang ibu rumah tangga. Lilly menerornya dengan sejuta pertanyaan, untuk apa susah-susah kuliah jika pada akhirnya hanya menjadi ibu rumah tangga? Apa tidak merasa sia-sia dengan gelar yang didapat? Apa kau tidak ingin menghasilkan uang sendiri? Kau akan menghabiskan waktu selama dua puluh empat jam di rumah untuk mengurus suami dan anak-anakmu? Apa tidak bosan? Dan pertanyaan lainnya. Saat itu Lilly hanya tersenyum, seolah ia sudah sering mendapat pertanyaan seperti itu. Ada satu perkataan Lilly yang berhasil menghantam jantung Cala, "Jika aku selalu mendukung impian dan cita-citamu, tidak ada salahnya kan kalau kamu juga menghargai impian dan cita-citaku?" Kata-kata itu langsung menyadarkannya bahwa ternyata selama ini dirinya belum open minded.
Jika Cala dan Brenda sering kali bertengkar karena perbedaan pola pikir dan sudut pandang, tidak dengan Cala dan Lilly. Selama menjalin persahabatan, Lilly selalu menghindari pertengkaran. Itulah mengapa ia seringkali mengalah. Banyak orang yang memanfaatkan kebaikannya, seperti meminta Lilly untuk mengerjakan semua tugas kelompok, meminjam uang tanpa pernah menggantinya, atau bahkan meminta Lilly untuk melakukan sesuatu yang tidak ia suka. Dan jika seperti itu, Cala dan Brenda akan berdiri paling depan untuk membelanya. Itu karena Lilly tidak pernah bisa untuk berkata "tidak" pada orang yang meminta bantuannya. Karena tak tahan dengan sikapnya yang terlalu baik, Cala dan Brenda pernah mengajarkannya untuk marah dan menolak permintaan orang lain. Mereka bahkan memintanya untuk belajar kata-kata kasar seperti "Brengsek!" "Dasar pembohong" "Kau sungguh seperti parasite" dan lainnya. Hal itu bermula ketika Lilly dimanfaatkan oleh beberapa teman sekelasnya, mereka semua meminta Lilly untuk mengerjakan tugas kelompok yang begitu banyak hingga Lilly jatuh sakit dan tidak bisa hadir untuk presentasi tugas tersebut. Pada akhirnya Lilly tidak mendapat nilai karena absen dalam presentasi tersebut, sementara teman-temannya mendapat nilai tinggi meski mereka tidak mengerjakan apapun.
Kalimat "Setiap orang pasti memiliki kelebihan masing-masing" itu benar adanya. Salah satu kelebihan Cala adalah giat belajar dan pekerja keras, oleh karena itu ia memiliki otak yang cerdas dan selalu mendapat semua yang diinginkan. Sedangkan Brenda, kelebihannya adalah memiliki fisik yang sempurna dan orangtua yang kaya raya. Maka Lilly, karena ketulusan hatinya ia dipertemukan dengan seorang laki-laki yang juga memiliki hati yang tulus. Di antara mereka bertiga, Lilly adalah satu-satunya yang memiliki kisah cinta terhangat. Semua orang selalu iri dengan kisah cinta Lilly dan Andre. Andre, laki-laki sederhana yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan wanita sederhana bernama Lilly. Hingga saat ini keduanya sudah menjalin hubungan selama dua setengah tahun. Andre adalah teman sekelas Lilly. Kedekatan mereka berawal saat keduanya berada dalam satu kelompok belajar. Andre jatuh cinta dengan kelembutan hati Lilly, sementara Lilly jatuh cinta dengan kesopanan yang Andre miliki. Di pertengahan semester pertama, Andre menyatakan perasaan pada Lilly, tentu saja Lilly menerima pernyataan cintanya. Mereka berdua adalah pasangan terlugu yang ada di muka bumi. Bayangkan saja, mereka baru berciuman setelah satu tahun bersama. Alasannya sederhana, Andre tidak mau melakukannya tanpa izin Lilly, sementara Lilly masih ragu untuk mengizinkan Andre menyentuh bibirnya. Cala bahkan cukup terkejut ketika tahu bahwa itu adalah ciuman pertama mereka. Bukankah di masa sekarang semua orang sudah pernah berciuman saat mereka berada di Sekolah Menengah Atas? Karena Cala pun demikian. Cala pernah berciuman dengan cinta pertamanya. Tapi tentu saja ia tidak senekad Brenda yang sudah berkali-kali berhubungan seksual dengan para mantannya.
Selain iri dengan kisah cinta Lilly, Cala juga iri dengan kemampuan memasaknya. Lilly adalah koki terbaik yang ia kenal selama masa kuliah. Setiap malam, Lilly selalu masak menu-menu special untuk Cala dan Brenda. Ia juga selalu membawa bekal makan siang untuk Andre. Brenda bahkan sering gagal diet karena tidak bisa menolak makanan yang dibuat oleh Lilly. Setiap hari, Lilly selalu mengasah kemampuan masaknya dengan berlatih berbagai menu baru. Lilly berkata itu adalah salah satu usaha untuk menggapai mimpinya, ya, menjadi ibu rumah tangga yang pintar masak. Pemikiran Lilly memang selalu sesederhana itu. Tapi Brenda bilang bukan pemikiran Lilly yang sederhana, melainkan pemikiran Cala yang terlalu rumit dan sulit untuk dipahami. Terlepas dari perbedaan itu, ia selalu bersyukur memiliki sahabat seperti Lilly. Wanita yang selalu ada di samping sahabatnya baik dalam suka maupun duka. Lilly akan melakukan apapun untuk membantu sahabatnya yang sedang kesulitan. Cala yang awalnya selalu percaya diri akan kemampuannya dan tidak membutuhkan bantuan orang lain, nyatanya seringkali dibantu oleh wanita sederhana seperti Lilly.
Sejak pertama kali melihat Lilly, Cala langsung tahu bahwa dia adalah wanita yang lembut, sabar, penyayang, dan memiliki hati yang tulus. Salah satu ciri khas Lilly adalah rambutnya selalu diikat satu, ia selalu tidak percaya diri untuk tampil beda. Ya, itulah kekurangan Lilly. Selalu merasa rendah diri. Padahal, Lilly memiliki kecantikan tersendiri. Hidung dan bibir yang kecil membuatnya terlihat cantik natural. Lilly tak mengenakan make up lengkap seperti Brenda. Saat pergi ke kampus, ia hanya mengenakan bedak dan lipbalm. Gaya berbusananya juga tak pernah macam-macam, Lilly lebih nyaman mengenakan celana bahan dan blouse tanpa motif.
Secara sosial ekonomi, Lilly tak lebih baik dari Cala. Ibunya merupakan seorang pegawai negeri sipil daerah, sementara ayahnya sudah meninggal ketika ia berusia genap sembilan tahun. Hingga saat ini Ibunya belum menikah lagi. Sebenarnya sulit bagi Lilly untuk meninggalkan ibunya seorang diri, tapi bagaimanapun juga mau tidak mau ia harus tinggal di kos-kosan agar akses ke kampus menjadi lebih mudah. Tidak seperti Cala yang tinggal di kota dan Brenda yang tinggal di ibukota, Lilly dan ibunya tinggal di sebuah desa. Tapi jangan bayangkan desa tertinggal dan terbelakang seperti di film-film. Desa tempat Lilly tinggal dapat dikatakan sebagai salah satu desa paling modern di Indonesia. Sudah banyak masyarakatnya yang melanjutkan kuliah di luar kota. Desa itu bahkan sering dijadikan sebagai contoh terbaik dalam menjalankan beberapa program pemerintah. Lilly memiliki rasa percaya diri yang rendah karena tumbuh tanpa peran seorang ayah. Selama sebelas tahun, ia hanya hidup bersama ibunya. Ya, Lilly adalah anak tunggal yang tidak memiliki kakak dan adik. Impian dan cita-citanya sederhana, ia ingin menjadi ibu rumah tangga dengan keluarga kecil yang terdiri dari seorang suami dan empat orang anak. Lilly ingin rumah keluarga kecilnya dipenuhi suara tawa anak-anak dan kehangatan, tidak seperti rumahnya yang sekarang, selalu membuatnya merasa kesepian.
Cala sangat terkejut ketika tahu bahwa impian Lilly hanya ingin menjadi seorang ibu rumah tangga. Lilly menerornya dengan sejuta pertanyaan, untuk apa susah-susah kuliah jika pada akhirnya hanya menjadi ibu rumah tangga? Apa tidak merasa sia-sia dengan gelar yang didapat? Apa kau tidak ingin menghasilkan uang sendiri? Kau akan menghabiskan waktu selama dua puluh empat jam di rumah untuk mengurus suami dan anak-anakmu? Apa tidak bosan? Dan pertanyaan lainnya. Saat itu Lilly hanya tersenyum, seolah ia sudah sering mendapat pertanyaan seperti itu. Ada satu perkataan Lilly yang berhasil menghantam jantung Cala, "Jika aku selalu mendukung impian dan cita-citamu, tidak ada salahnya kan kalau kamu juga menghargai impian dan cita-citaku?" Kata-kata itu langsung menyadarkannya bahwa ternyata selama ini dirinya belum open minded.
Jika Cala dan Brenda sering kali bertengkar karena perbedaan pola pikir dan sudut pandang, tidak dengan Cala dan Lilly. Selama menjalin persahabatan, Lilly selalu menghindari pertengkaran. Itulah mengapa ia seringkali mengalah. Banyak orang yang memanfaatkan kebaikannya, seperti meminta Lilly untuk mengerjakan semua tugas kelompok, meminjam uang tanpa pernah menggantinya, atau bahkan meminta Lilly untuk melakukan sesuatu yang tidak ia suka. Dan jika seperti itu, Cala dan Brenda akan berdiri paling depan untuk membelanya. Itu karena Lilly tidak pernah bisa untuk berkata "tidak" pada orang yang meminta bantuannya. Karena tak tahan dengan sikapnya yang terlalu baik, Cala dan Brenda pernah mengajarkannya untuk marah dan menolak permintaan orang lain. Mereka bahkan memintanya untuk belajar kata-kata kasar seperti "Brengsek!" "Dasar pembohong" "Kau sungguh seperti parasite" dan lainnya. Hal itu bermula ketika Lilly dimanfaatkan oleh beberapa teman sekelasnya, mereka semua meminta Lilly untuk mengerjakan tugas kelompok yang begitu banyak hingga Lilly jatuh sakit dan tidak bisa hadir untuk presentasi tugas tersebut. Pada akhirnya Lilly tidak mendapat nilai karena absen dalam presentasi tersebut, sementara teman-temannya mendapat nilai tinggi meski mereka tidak mengerjakan apapun.
Kalimat "Setiap orang pasti memiliki kelebihan masing-masing" itu benar adanya. Salah satu kelebihan Cala adalah giat belajar dan pekerja keras, oleh karena itu ia memiliki otak yang cerdas dan selalu mendapat semua yang diinginkan. Sedangkan Brenda, kelebihannya adalah memiliki fisik yang sempurna dan orangtua yang kaya raya. Maka Lilly, karena ketulusan hatinya ia dipertemukan dengan seorang laki-laki yang juga memiliki hati yang tulus. Di antara mereka bertiga, Lilly adalah satu-satunya yang memiliki kisah cinta terhangat. Semua orang selalu iri dengan kisah cinta Lilly dan Andre. Andre, laki-laki sederhana yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan wanita sederhana bernama Lilly. Hingga saat ini keduanya sudah menjalin hubungan selama dua setengah tahun. Andre adalah teman sekelas Lilly. Kedekatan mereka berawal saat keduanya berada dalam satu kelompok belajar. Andre jatuh cinta dengan kelembutan hati Lilly, sementara Lilly jatuh cinta dengan kesopanan yang Andre miliki. Di pertengahan semester pertama, Andre menyatakan perasaan pada Lilly, tentu saja Lilly menerima pernyataan cintanya. Mereka berdua adalah pasangan terlugu yang ada di muka bumi. Bayangkan saja, mereka baru berciuman setelah satu tahun bersama. Alasannya sederhana, Andre tidak mau melakukannya tanpa izin Lilly, sementara Lilly masih ragu untuk mengizinkan Andre menyentuh bibirnya. Cala bahkan cukup terkejut ketika tahu bahwa itu adalah ciuman pertama mereka. Bukankah di masa sekarang semua orang sudah pernah berciuman saat mereka berada di Sekolah Menengah Atas? Karena Cala pun demikian. Cala pernah berciuman dengan cinta pertamanya. Tapi tentu saja ia tidak senekad Brenda yang sudah berkali-kali berhubungan seksual dengan para mantannya.
Selain iri dengan kisah cinta Lilly, Cala juga iri dengan kemampuan memasaknya. Lilly adalah koki terbaik yang ia kenal selama masa kuliah. Setiap malam, Lilly selalu masak menu-menu special untuk Cala dan Brenda. Ia juga selalu membawa bekal makan siang untuk Andre. Brenda bahkan sering gagal diet karena tidak bisa menolak makanan yang dibuat oleh Lilly. Setiap hari, Lilly selalu mengasah kemampuan masaknya dengan berlatih berbagai menu baru. Lilly berkata itu adalah salah satu usaha untuk menggapai mimpinya, ya, menjadi ibu rumah tangga yang pintar masak. Pemikiran Lilly memang selalu sesederhana itu. Tapi Brenda bilang bukan pemikiran Lilly yang sederhana, melainkan pemikiran Cala yang terlalu rumit dan sulit untuk dipahami. Terlepas dari perbedaan itu, ia selalu bersyukur memiliki sahabat seperti Lilly. Wanita yang selalu ada di samping sahabatnya baik dalam suka maupun duka. Lilly akan melakukan apapun untuk membantu sahabatnya yang sedang kesulitan. Cala yang awalnya selalu percaya diri akan kemampuannya dan tidak membutuhkan bantuan orang lain, nyatanya seringkali dibantu oleh wanita sederhana seperti Lilly.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved