Bab 12

by Ritasilvia 16:07,Aug 09,2023
Safira melepaskan pelukan Aldebaran " Ma...ma.. maaf Presdir saya tidak sengaja" dan segera memungut berkas yang berserakan di lantai.
 
"Ooo tidak apa-apa, kamu masih karyawan baru disini, tapi kamu sudah dua kali melakukan kesalahan. semua yang di sini tahu bahwa aku sangat disiplin dan tidak mudah memberikan tolerans kepada siapapun yang berbuat salah, jadi selepas rapat nanti temui aku kembali  diruangan kerjaku ini" goda Al.
 
"Baik Presdir" ucap Safira menunduk hormat.
 
“Berkas apa yang kamu bawa sebanyak itu?” menunjuk file-file yang masih berserakan.
 
“Ini perintah dari calon istri mu Tuan.” Balas Safira.
 
“Apa, calon istriku.” Balas al yang tiba-tiba menatap tajam kearah Marina.
 
“Kamu itu sekretaris ku, jadi jangan pernah kerjakan tugas, tanpa instruksi dariku.” Ucap Al.
 
“Baik presdir.”
 
 
 
Selama rapat berlangsung Aldebaran lebih sering melirik wajah Safira, dari pada pokok permasalahan yang tengah mereka bahas, Aldebaran sengaja menyerahkan sepenuhnya kepada Safira untuk menerangkan presentasi di depan.
 
Safira langsung menunduk saat pandangan mata mereka saling bertemu, namun dia kembali mencoba untuk bersikap profesional.
 
"Duh...,, Presdir arogan dan mesum itu, selalu menatap ke arah ku bagaimana ini, aku takut akan hukuman yang akan diberikan nya nanti. lagian aku juga tidak meneliti struktur perusahaan ini terlebih dahulu. Semoga hadil presentasi ku ini tidak mengecewakan." Gumam Safira.
 
“Aku harus bersiap untuk segera pulang, sebelum lelaki mesum Aldebaran itu menemui ku, semoga kedua anak-anak ku belum tidur saat aku sampai dirumah." berjalan menuju meja kerja nya untuk mengambil tas.
 
Baru beberapa langkah Safira berjalan meninggalkan ruangan itu, sebuah tangan besar menarik tangan Safira.untuk memasuki sebuah ruangan besar dan terlihat mewah
 
"Aaahhk..." Safira mencoba untuk berteriak namun mulut sudah dibekap tangan itu, sekuat tenaga dia memberontak namun usaha nya selalu gagal karena kalah dengan tenaga lelaki yang berbadan tegap ini.
 
"Diamlah sayang..,, nikmati saja hukuman mu ini"  bisik lelaki yang ternyata sang presdir Aldebaran.
 
"Tuan  tolong lepaskan..,, kamu menyakiti ku" teriak Safira.
 
"Bagaimana mungkin aku menyakiti mu sayang..." langsung mencium bibir Safira kembali, dengan deru nafas yang menggebu dan perasaan cinta yang terasa begitu dalam dan indah yang dirasakan Aldebaran.
 
Semenjak dia dan Rey berhasil mengungkap jika Safira adalah gadis yang pernah ditiduri nya, namun Al dan Rey  tidak mengetahui dan mengungkap jika Safira sudah melahirkan bayi kembar nya setelah percintaan mereka malam itu.
 
Ciuman Aldebaran terus berlanjut ke lehernya Safira, Safira seperti terhipnotis dan  terhanyut dalam cumbuan Aldebaran, hingga dia tidak menyadari perbuatannya, tangan Al akan melepaskan kancing pakaian Safira berusaha untuk menahan, sehingga tangan Aldebaran terpaksa berhenti disana.
 
Safira tersadar saat dering ponsel tanda panggilan masuk, segera dia mendorong tubuh Aldebaran dan langsung mengangkat panggilan tersebut.
 
"Hallo sayang..."
 
"Mama kenapa belum pulang?” terdengar suara lembut Davina dan Devan.
 
“Iya sayang, ini juga  sekarang langsung pulang" menyimpan ponsel, dan bersiap untuk pulang.
 
"Tunggu sayang aku belum puas melepaskan rindu ku " bujuk Aldebaran
 
"Tuan, tidak seharusnya kita seperti ini. Kita ini adalah bawahan dan atasan. Aku minta anda dan saya bisa bersikap dan bekerja secara profesional.” Ucap Safira.
 
"Jangan bohongi perasaan mu cantik, aku tahu kamu juga mencintai ku dan menikmati setiap sentuhan ku.” Ucap Al.
 
Safira tidak menghiraukan albkagi, dia langsung pulang karena kedua bocah imut dan menggemaskan nya lebih penting dari segalanya.

“Mama....Mama.....” memeluk Safira.
 
“Kesayangan Mama,” mencium bergantian kedua anaknya.
 
 “Kaluan berdua sudah makan?”
 
“Sydah ma, tapi kami pengen minum susu buatan Mama.” Ucap nya.
 
“Okey sayang, Mama buatkan dulu ya.” Jawab Safira berjalan kedapur, tidak berapa lama dia kembali dengan dia gelas susu hangat.
 
 
Pagi ini Safira,  melangkah masuk ke perusahan dengan ragu, rasanya begitu malas untuk bertemu dengan Presdir Aldebaran itu lagi. mengingat kejadian kemarin malam membuat muka Safira kembali bersemu merah.
 
Andai saja Safira bisa mengajukan pengunduran diri. akan dilakukan nya namun mengingat itu akan sia-sia belaka, Aldebaran punya seribu cara untuk menjebak Safira untuk selalu berada didekat nya.
 
Baru beberapa saat Safira menduduki kursi kerjanya, Marina dengan langkah angkuh mendekat
 
"Hey sekretaris jalang, yang sok kecantikan, tolong jaga sikap mu dan jangan mencoba untuk mengganggu calon suamiku lagi, jika kamu tidak ingin mendapatkan masalah dengan ku" Bentak  Marina.
 
“Satu lagi, kerjakan data-data ini.” Bentak Marina.
 
"Maaf bu, tapi saya tidak bisa karena ini perintah tuan Al, yang menunjukkan untuk bekerja sesuai perintah nya saja.” Balas Safira.
 
"Dasar tidak becus,, apa yang kamu bisa... selain menggoda Presdir perusahaan ini dengan tampang sok cantik mu itu" bentak Marina.
 
"Aku tidak mau tahu pokoknya kamu harus bisa menyelesaikan sebelum siang nanti, karena itu akan dipresentasikan di ruang Meeting nanti siang" Marina  tersenyum sinis meninggalkan Safira yang masih melongo dan bingung harus berbuat apa
 
"Rasain kamu, aku akan mempermalukan mu nanti dihadapan semua orang" gumam Marina.
 
"Bagaimana ini" menyala kan laptop sambil terus berfikir
 
Aldebaran yang baru datang berjalan agak pelan menuju ruangan kerja nya, melirik Safira sekilas kemudian tersenyum
 
"Sekretaris cantik ku, buat kan aku kopi spesial, dan antarkan langsung keruangan kerja ku" perintah Aldebaran
 
Safira langsung terlonjak kaget dan berdiri dari duduknya "Saya... Pak" menunjuk dirinya sendiri, karena diruangan kerja tempat Safira banyak karyawan yang lain, lagian konsentrasi Safira sedikit terganggu setelah berdebat dengan Marina, yang meminta nya untuk menjauhi Al.
 
"Memangnya kamu tidak memperhatikan dan mendengar ucapan ku barusan, diruangan ini hanya kamu satu satunya sekretaris ku"
 
Aldebaran menunjukkan sikap angkuh nya sebagai Presdir, membuat yang lain bergidik ngeri dan sok sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing
 
"Baik akan saya buat kan segera" berjalan cepat menuju pantry, tidak memperdulikan tatapan penasaran dan aneh karyawan yang lain
 
Sinta asisten Marina langsung berlari menuju ruangan kerja sang atasan.
 
"Nona Marina, seperti nya sekretaris presdir itu punya maksud terselubung, dan  berusaha untuk tebar pesona sengaja menarik perhatian tuan Al.” Ucap Sinnta mencoba memanas-manasi.
 
"Maksudmu  bagaimana ...??”
 
"Tahu sendiri kan selama ini Presdir  hanya minum kopi khusus racikan koki ternama, dan tidak pernah menyuruh karyawan untuk menyiapkan" ujar Sinta
 
"Teruszz"
 
Marina mengerutkan keningnya, menunggu ucapan Sinta selanjutnya.
 
"Presdir meminta sekretaris nya itu untuk menyiapkan kopi, dan mengantarkan ke ruangannya" bisik Sinta.
 
"Itukan termasuk bagian tugasnya selaku sekretaris" Ucap Marina, meskipun dia sudah terbakar api cemburu.
 
"Aku tidak boleh kalah dari anak itu, kamu tahu sendiri kan dikantor ini akulah wanita yang paling cantik dan menarik, dan juga kekasih Al. aku yakin sekali jalang  itu pasti menggunakan cara licik untuk mendekati calon suamiku"
 
Marina berjalan cepat meninggalkan ruangan menuju pantry, yang diikuti oleh Sinta dibelakangnya.
 
"Hey pelet apa yang kamu campur dengan kopi itu" hardik Marina berdiri di belakang Safira yang sedang mengaduk kopi
 
"Aku tidak mencampur dengan apapun, cuma gula dan bubuk Kopi, kemudian dituangkan air panas" ucap Safira.
 
"Minggir kamu, " mendorong Safira untuk meninggalkan pantry
 
"Baik Bu"  Safira berlalu pergi.
 
Marina memperbaiki sedikit penampilan nya, ini kesempatan ku untuk berusaha kembali menarik perhatian Al.
 
"Bagaimana Sinta apa penampilan ku sudah Okey" Marina  berbicara pada asistennya yang mengulum senyum.
 
"Cantik sekali Nona" puji Sinta
 
Dengan langkah penuh percaya diri Marina membawa kopi buatan Safira menuju ruangan kerja Presdir, Marina sudah merencanakan akan merayu Aldebaran dengan tubuh indahnya nanti didalam, karena dia yakin sekali Safira melakukan hal itu, sehingga Aldebaran begitu tertarik dengan nya.
 
 

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

33