Bab 5

by Ritasilvia 15:17,Aug 09,2023
“Akirnya..., aku menghirup udara segar tanah kelahiran mami.”
 
Gumam Al tersenyum bahagia menginjak kan kakinya kembali di tanah kelahiran sang  mami yaitu Indonesia.
 
"Selamat datang Tuan muda," ucap sopir keluarga menunduk hormat menyambut kedatangan Al.
 
"Mmmhhh"balasnya singkat, sambil berjalan angkuh masuk ke dalam mobil. yang sudah terlebih dahulu  dibuka pintu nya. Al duduk di jok belakang sendirian, sementara asisten Rey duduk didepan bersama sopir.
 
Tengah asyik menikmati alunan musik,  berselancar dengan benda pipinya,  tiba-tiba mobil langsung rem mendadak membuat Aldebaran hampir jatuh ke jok depan mobil.
 
"Bisa nyetir nggak sih ?" memarahi sopir tanpa tahu kejadian sesungguhnya.
 
"Maaf Tuan muda, mobil kita seperti menabrak tubuh seseorang" pak sopir berbicara dengan suara bergetar. Langsung turun diikuti asisten Rey.
 
Terlihat perdebatan antara asisten Rey dan orang-orang yang berkerumun di depan mobilnya, sehingga mau tidak mau Al akhirnya ikut turun. Penasaran dengan apa yang terjadi diluar mobil mewahnya.
 
Aldebaran tiba-tiba mengerutkan kan kedua alis tebal nya, dia terlihat masih bingung melihat kejadian didepan mobilnya. apa lagi sekarang kerumunan orang mulai bertambah banyak.
 
"Ada apa ini ?"
 
Ucap Al, ketika melihat seorang gadis yang tidak sadar kan diri, tergeletak di jalan tepat didepan mobilnya.
 
"Dasar orang Kaya, sudah nabrak orang masih aja nanya kenapa," ucap seorang ibu-ibu yang memandang Aldebaran dengan tatapan tajam.
 
"Cepat bawa kerumah sakit" perintah Aldebaran karena merasa ngeri juga jika kerumunan itu mengamuk pada dirinya.
 
Beberapa orang mengangkat tubuh mungil yang wajahnya tidak terlihat sama sekali, karena tertutup oleh rambut panjang nya.  Mereka menidurkan gadis itu di jok belakang mobil, sementara Aldebaran pindah duduk ke depan, sebelah pak sopir. Asisten Rey terpaksa  dibelakang menggantikan posisi duduk Al semula.
 
“Hari pertama pulang, sudah ada kejadian sial seperti ini.” Umpat Al kesal lalu mengusap kasar wajah tampan nya.
 
Setelah mengantar gadis itu dan mengurus biaya administrasi nya, Aldebaran kembali untuk pulang dan menyerahkan semua urusan selanjutnya mengenai gadis itu pada sang sopir.
 
"Bentuk tubuh nya lumayan cantik, tapi penampilan nya sedikit kampungan dan bukan tipe seleraku"
 
Gumam Aldebaran yang hanya melirik sekilas, kemudian pergi melanjutkan perjalanan menuju Rumah.
 
"Selamat datang anak  kesayangan Mami" sambil  merentangkan tangannya memeluk Aldebaran.
 
Aldebaran  menyambut pelukan maminya, sambil mengedarkan pandangannya ke setiap sudut dan sisi  Rumah besar, seperti istana ini. namun hanya di tempati oleh Mami yang ditemani banyak pelayan dan petugas keamanan. sementara sang Oma juga begitu, dia  lebih suka menetap tinggal di di negara Inggris tanah kelahiran Papi.
 
"Mami sangat senang sekali Kamu mau menemani dan tinggal di rumah besar ini, Mami benar-benar kesepian Al" ucap Mami mengelus punggung anak satu-satunya.
 
“Iya mi, meskipun berat juga meninggalkan Oma.” Balas Al.
 
“Mami yakin, lambat laun pasti Oma mau diajak tinggal bareng kita disini.” Bujuk mami Qanita.
 
“Oma mengatakan dan mengancam, jika dia bersedia pindah dan tinggal bareng kita, jika Al sudah mampu memberikannya seorang cicit untuk menemani hari-hari tuanya.” Balas Al.
 
Terbersit rasa kasihan terhadap ucapan Oma dan juga maminya, namun Aldebaran tidak bisa menyalahkan keadaan, Oma bersi keras tidak mau tinggal bersama di Indonesia, meninggalkan rumah yang begitu banyak menyimpan kenangan bersama sang suami tercinta, yang dimakamkan khusus di taman belakang Rumah, dan juga ayah Al.  hal itulah menjadi alasan utama Oma tidak ingin pergi kemana pun.
 
“Al pulang kesini, selain merindukan Mami juga ingin mengembangkan Perusahaan induk yang telah terbengkalai semenjak kepergian Papi." berjalan menuju ke ruangan keluarga.

Sementara Safira gadis cantik, penampilan sederhana dengan tubuh tinggi semampai. Perlahan dia menyeka keringat, yang keluar dari kulit putih mulusnya, semenjak hamil dia mudah sekali capek dan sering pusing. Sehingga Safira berhenti bekerja di kafe, namun Safira terus memaksakan dirinya untuk  untuk pergi kuliah  yang sebentar lagi selesai.
 
"Vita aku pulang duluan ya, kepalaku pusing banget." Safira pamit duluan dia ingin segera istirahat.
 
"Yakin bisa pulang sendiri, aku antar ya" tawar Vita  khawatir.
 
"Nggak usah aku nggak papa kok, kamu kan harus kerja setelah ini."  berjalan meninggalkan Vita yang masih menatap punggungnya.
 
Safira berjalan menuju halte sambi terus mengumpulkan konsentrasi nya, karena merasa pandangannya semakin samar.
 
"Kenapa rasanya bertambah pusing?" gumam Safira mengelus pelipisnya.
 
Tiba-tiba Safira terperanjat kaget saat melihat sebuah mobil mewah keluaran terbaru melaju dengan kecepatan tinggi dari arah yang berlawanan. seseorang mendorong tubuh nya hingga jatuh ketepi aspal dan kepalanya membentur pembatas jalan. hingga Safira hilang kesadarannya.
 
Perlahan gadis itu membuka matanya, melihat sekeliling Ruangan yang serba putih.
 
"Dimana aku ?" ucap Safira pelan.
 
Seorang yang berpakaian putih dan diikuti dua wanita yang berpakaian sama tersenyum kearah nya. Safira mengingat kejadian tadi siang.
 
“Ya Tuhan, bagaimana dengan bayiku.” Gumam nya mengelus perutnya pelan, dengan perasaan yang sangat kwartir.
 
"Syukurlah kamu telah siuman, sebenarnya luka mu tidak terlalu parah, namun karena kondisi fisik mu yang lemah sehingga mudah sekali pingsan" ucap dokter tersenyum ramah.
 
"Terima kasih dokter,  ini kesalahan dan keteledor saya yang berjalan agak ketengah" ucap Safira sambil menundukkan kepalanya.
 
“Berarti bayiku tidak kenapa-napa,” gumam Safira menarik nafas lega.
 
Seorang pria masuk keruangan itu dan memperkenalkan dirinya sebagai perwakilan dari pemilik mobil yang hampir menabrak nya, mereka pun mengambil keputusan untuk berdamai, dan  mengantarkan Safira sampai pulang ke rumahnya.
 
"Terima kasih mas Rey " ucap Safira  melambaikan tangan melihat mobil itu berlalu dari halaman rumahnya, Safira melangkah masuk menuju kamar dan langsung istirahat.
 
Rey masih memutar otak dan berusaha untuk mengingat-ingat wajah Safira.
 
“Apa dia gadis yang pernah ditiduri oleh tuan Al dulu, tapi....tidak ... tidak mungkin. Dia sama sekali tidak mengenaliku dan penampilan mereka juga terlibat berbeda.” Asisten Rey mencoba meyakinkan dirinya yang masih ragu.
 
Sorenya saat pulang kerja, Vita menatap heran sahabat Safira.
 
"Fira kamu kenapa?, dan jidat mu terlihat memar dan sedikit bengkak?"  Memeriksa kondisi tubuh Safira dengan punggung telapak tangannya.
 
"Ngak kok Vit, tadi aku  kurang hati-hati jalannya sehingga terjadi kecelakaan kecil.”  Balas Safira dengan masih terlentang tidur.
 
“Astaga Fira, trus bagaimana dengan kondisi bayiku sekarang.?” Ucap Vita meninggikan nada suara nya.
 
“Syukurlah, ternyata  bayiku sangat kuat. Sehingga dia tidak kenapa-napa.” Balas Safira tersenyum senang.
 
 
"Kamu sudah minum obat?”  Vita masih terlihat khawatir.
 
"Sudah Vita."
 
"Istrahat lah,"  Vita  membantu menyelimuti tubuh sahabat nya  yang sudah dianggap seperti saudara perempuannya sendiri.
 
Aldebaran merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa lelah, hari ini pekerjaannya begitu menumpuk. sehingga terpaksa dia harus lembur,  sekilas Al melirik gelas kopinya yang telah kosong, sementara sekretarisnya Sena telah telah pulang setengah jam yang lalu.
 
Aldebaran merebahkan tubuh yang terasa  lelah, disandarkan kursi kebesarannya. Pikiran Al kembali melayang pada gadis yang tidur dengannya malam itu.
“Aaaaaagggh, kenapa wajahnya terlihat samar. Sehingga mempersulit ku untuk mengingat-ingat wajahnya kembali.” Batin Al.
 
Lama Al melamun, hingga dia kembali melanjutkan pekerjaan, sambil melirik foto kedua orang tuanya yang terdapat di tengah-tengah ruangan kerja yang mewah ini.
 
 
 

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

33