Bab 8

by Ritasilvia 15:24,Aug 09,2023
"Safira, ngak nyangka ya kamu mau bekerja diposisi yang sangat bagus. Aku sengaja merekomendasikan mu mengingat latar belakang pendidikan mu yang sangat cocok dengan posisi ini.”  ucap Vita ikut bahagia.
 
“Vita, kamu begitu baik. Terimakasih ya.” Mereka berpelukan.
 
Masuk hari ketiga bekerja, Safira sudah mulai lembut. Yang membuat nya merasa sedih, karena sampai dirumah Safira akan mendapati kedua anak-anaknya sudah tertidur pulas dengan gaya posisi tidur mereka masing-masing.
 
"Maafkan Mama nak, semenjak bekerja Mama hampir tidak mempunyai waktu untuk bermain dan bercanda dengan kalian lagi." Safira membelai sayang satu persatu anak nya dan mendarat ciuman hangat untuk mereka.
 
Pagi-pagi Safira sudah terbangun, diliriknya kedua anaknya menempel semua. Devan disisi kirinya tengah memeluk Safira, sedangkan sibungsu Davina, pantat bocah imut itu menghimpit kepalanya Safira dengan hanya memakai Pampers. perlahan Safira bangkit sambil membetulkan posisi tidur anak-anak nya.
 
Segera dia mandi, menyiapkan sarapan lalu bersiap kembali untuk bekerja.
 
"Bu, Safira berangkat dulu. titip anak-anak ya." ucap Safira seraya mengusap air mata yang menetes.
 
"Kamu Kenapa nangis nak?"
 
"Safira sedih, pulang kerja mereka masih tidur, saat berangkat pun masih sama."
 
"Besok kan hari Minggu, jadi kamu bisa mencurahkan seluruh waktu mu untuk mereka." bujuk bi Darti memberikan semangat. sehingga Safira kembali tersenyum dan bersemangat.
 
Minggu paginya, setelah sholat subuh. Safira sengaja kembali tidur dan memeluk Davina sibungsu, dan tak lupa mencium Devan disebelahnya.
 
"Hole....hole...ada mama ada Mama" ucap mereka kegirangan, karena saat membuka mata mereka melihat sang Mama, yang sudah beberapa hari ini mereka rindukan.
 
"Iya sayang, hari ini Mama libur, jadi seharian ini Mama akan habiskan bermain bersama kalian, atau kita jalan-jalan keluar. gimana ?"
 
"Mau ma, tapi beli mainan pedang besar ya," ucap Devan antusias.
 
"Adek mau rumah-rumah boneka, boleh ya ma." ucap Davina.
 
"Boleh sayang," memeluk ketiga anaknya.

Safira fokus dengan pekerjaannya, hingga suara kepala divisi mengagetkan nya.
 
 Dengan suara lantang dia meminta semua karyawan yang berada di ruangan itu tanpa terkecuali bersiap menuju ruangan rapat dadakan, dan persiapkan laporan pekerjaan masing-masing, karena pimpinan besar Perusahaan ini akan datang dan meninjau langsung pekerjaan mereka selama beberapa Minggu ini.
 
Ucapan kepala bagian itu membuat para karyawan kalang kabut untuk memperbaiki laporan hasil pekerjaan mereka masing-masing. bahkan tidak ada yang memperdulikan keberadaan Shafira. yang ingin sekali ikut berpartisipasi membantu pekerjaan mereka.
 
"Ayo semua berdiri, presiden direktur perusahaan telah sampai" teriak Bu Gea.
 
Semua berdiri menunggu Presdir itu lewat. tak terkecuali Gea yang terlihat sangat sibuk memperbaiki riasanya. sambil sesekali memperbaiki pakaian nya.
 
"Selamat datang Presdir...,,"
 
"Selamat siang Presdir...,," terdengar sapaan para karyawan yang menunduk hormat.
 
Safira menundukkan kepalanya, meskipun dia sangat penasaran dengan sosok Presdir tersebut.
 
“Kenapa perasaan ku tiba-tiba tidak enak seperti ini, dan aroma parfum ini?” Safira ingat kembali pada aroma parfum laki-laki malam itu yang sama persis dengan aroma parfum sang presdir.
 
Setelah memastikan jika sang presdir sudah berlalu, Safira baru berani mengangkat kepalanya.
 
"Kalau kalian sudah siap dengan laporan masing-masing, segera menuju ke Ruangan Audit," ucap Gea dan menyerahkan setumpuk file pada Safira  untuk dibawa keruangan Audit.
 
Tubuh mungil Safira kewalahan membawa nya, ditambah sepatu hak tinggi yang dipakai nya, membuat Safira hilang keseimbangan dan.....,
 
"Bruuuaggkk k....
 
"Bruuuaggkk....
 
Safira jatuh dikuti file yang menimpa kepala nya. dan sebagian rambut menutupi wajahnya. penampilan Safira yang kacau, membuat orang-orang disana tertawa lepas kearahnya.
 
Aldebaran dikuti Rey keluar dari ruangan nya.
 
"Ada apa ini kenapa ada keributan.?" tanya Rey.
 
Aldebaran menatap Safira yang tertunduk.
 
"Siapa dia?" tanya Al.
 
Gea maju dan menjelaskan kan pada Aldebaran, dengan tingkah genit dan dibuat-buat.
 
“  Dia itu,  pengganti sekretaris Sena, tapi karena masih baru jadi kami tim divisi ini masih mengajari cara kerja yang baik padanya, tuan.” Ucap Gea.
 
Sementara Safira berdiri dan mencoba mengumpulkan berkas yang berserakan tadi, sambil berdoa dalam hati semoga presdir mau memaafkan kesalahan tidak disengaja ini.
 
Sekilas Aldebaran dapat menangkap wajah Safira yang masih menundukkan kepalanya. Sambil melangkah menuju ruangan rapat. Yang melibatkan seluruh bagian divisi.
 
"Apa-apaan ini, kenapa ada lagi kesalahan didokumentasi kalian. kerja kalian  seolah-olah tidak berguna, mengecek dan memastikan setiap pekerjaan kalian saja tidak ada yang becus, sehingga tidak akan terjadi miss."
 
Aldebaran melemparkan didokumentasi didepan wajah supervisor dan leader yang menjadi amukan kemarahan nya. sementara Safira dan teman satu tim nya tidak ada yang berani mengangkat wajahnya nya.
 
Mereka semua menunduk, karena itulah satu-satunya nya jalan yang mereka pikir aman untuk saat ini. semua tidak menyangka kedatangan Presdir dan asisten pribadi nya Rey datang secara tiba-tiba. karena setahu mereka audit akan diadakan siang nanti. dan sekarang baru jam sembilan pagi.
 
"Apa kalian pikir missproduck itu tidak berbahaya bagi konsumen kita, selain menjatuhkan nama perusahaan, kita juga bisa mengalami kerugian." terdengar suara Aldebaran yang dingin dan keras.
 
Safira belum mengetahui, wajah dari laki-laki yang masih marah yang duduk didepan nya. dia langsung menunduk begitu temannya membisikkan jika Presdir datang bersama seorang asisten.
 
 Kesalahan ini karena selama ini mereka bekerja terlalu santai mengingat jarang sekali diadakan Audit, mengingat Al lebih suka diluar negri untuk mengurus perusahaan nya yang lain.
 
Namun sekarang dia kembali dan menetap memimpin perusahaan ini sehingga membuat semuanya kalang kabut sehingga pekerjaan mereka banyak kesalahan.
 


 
 
 

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

33