Bab 7
by Ritasilvia
15:22,Aug 09,2023
“Besok, Syakira mulai mencari kerja, apakah bibi bersedia menjaga anak-anak Syakira, nanti aku juga akan membayar gaji bibi, sehingga bibi tidak pelagi bekerja sebagai buruh cuci.” Ucap Syakira.
“Baiklah nak, bibi juga ikhlas membantu mu,” balas bi Darti.
Paginya, Safira mulai bersiap dengan stelan pakaian yang sangat cocok dengan kulitnya yang putih besar. Ciuman hangat mendarat dikedua pipi gembul Devan dan Davina, ciuman hangat Syakira membangun kan Putri bungsu nya itu, dia mengerjapkan berkali-kali Mata nya menatap heran sang Mama yang sudah terlihat sangat cantik dan rapi.
“Mama mau pergi cemna?” ucap bibir mungil yang masih cadal itu.
Syakira meletakkan jari telunjuknya dibibir Putri nya.
“Ssssttt....., Davina sayang hari ini Mama mau cari kerja buat beli mainan baru dan susu formula, Jadi Davina ngak boleh rewel ya sama bibi Darti!” bujuk Shakira
“Mainan balu ma,” pancaran mata bocah imut itu berbinar-binar bahagia.
“Ya sayang, doain Mama ya nak. biar dapat diterima bekerja.” Mencium dan memeluk tubuh mungil yang sedang memegang dot susu rasa coklat kesukaan nya.
“Bay sayang,” melambaikan tangan pada Davina yang menatap kepergian sang mama, sebenarnya gadis kecil itu masih pengen tidur dipelukan Mama di pagi hari yang dingin.
Perlahan tangannya yang masih terlihat imut dan kecil terangkat keatas, membalas lambaian tangan Mama.
“Dada....dada... Mama, love Yuo.” Memberikan kiss bay.
“Davina cucu nenek yang pintar, janga sedih ya. semoga aja Mama dapat kerja,” bi Darti mengajak Davina kembali masuk kekamarnya.
“Kasihan Mama ya Bi,” Ucap mulut kecilnya.
“Iya Sayang.” Jawab bi Darti mengajak gadis kecil itu untuk mandi pagi yang dilanjutkan dengan nasi goreng spesial masakannya. Yang selalu membuat sikembar ketagihan dan makan banyak.
Shakira memasukkan lamaran ke beberapa perusahaan, Namun nasib baik belum berpihak pada gadis cantik itu. Sesekali dia menyeka keringat yang membasahi wajah dan tubuh mungilnya.
“Aku harus sabar dan terus berusaha.” gumam Shakira berjalan kearah penjual surat kabar di kaki lima.
Setelah membeli surat kabar, Shakira kembali pulang tanpa ada hasil yang diperoleh nya. Shakira memasang senyum terbaiknya begitu langkah kakinya sampai didepan pintu masuk Rumah kontrakan kecil mereka.
“Mama....Mama, Mama pulang.” teriak kedua anak kembar berlari memeluk Shakira.
“Anak- anakku sayang.” Mencium pipi keduanya penuh kasih sayang.
“Mama susu adek habis.” Ucap mulut kecil Davina sambil memperlihatkan kaleng susu formula yang sudah kosong.
“Aku juga mau mainan robot-robot balu ma.” Terdengar suara cadal Devan.
“Iya sayang, ini susunya udah Mama belikan. Tapi untuk mainan barunya jika sudah Mama dapat kerja ya.” Membujuk Devan, sambil menahan kesedihannya.
“ Shakira, bibi pamit pulang dulu ya nak.” Ucap bi Darti.
“Iya bi, terimakasih sudah menjaga anak-anak dengan baik.” Ucap Shakira.
Malamnya, seperti biasa Shakira tidur diapit dia sikembar yang tidur begitu pulsanya. Sedangkan si bungsu Davina walaupun matanya terpejam, tapi bibir mungilnya masih menganut ujung botol susu formula kesukaan nya.
Udara yang dingin, membuat Shakira kembali meringkuk dalam balutan selimut tebal, kedua tangannya memeluk sikembar yang masih tidur pulas.
“Anak-anakku yang lucu.” Mencium Devan yang tidur sambil mengejutkan jari jempol nya. Begitu juga Davina tidur sesuka hati sehingga kaki kecilnya menendang buah dada Shakira.
Pagi ini begitu cerah, sinar matahari menerobos masuk melalui celah-celah jendela kamar. Membuat tidur nyenyak Davina terganggu karena terpaan sinar matahari langsung mengenai wajah cantiknya.
Perlahan gadis kecil itu mengeliat dan mengerjakan matanya beberapa kali. Sambil menoleh dan mencari-cari sosok sang Mama Safira.
“Mama.....Mama,”
Davina memangil-mangil dengan suara yang lengkung, pergi kedapur dan ruangan tamu namun sosok mamanya Safira belum juga ditemukan.
“Mama...Mama.” teriak Davina kembali, air matanya sudah hampir tumpah.
Safira yang tengah menjemur pakaian, segera masuk dan menghampiri putrinya.
“Putri kecil Mama sudah bangun ya.” Mencium kedua pipi Davina yang imut dan gembul.
“Sekarang kita mandi ya, biar segar.” Bujuk Safira.
“Okey mama.” Balas Davina yang ceria kembali.
Selesai memandikan Davina, disusul Devan yang ikutan bangun. Setelah kedua anaknya rapi dan bersih. Safira mulai menyiapkan susu dan sarapan kedua anak-anak nya.
Deringan suaran panggilan masuk dari ponsel Safira, menghentikan aktivitas rutin ya, segera dia mengangkat panggilan dari sahabatnya Vita.
“ Alhamdulillah," teriak Safira dengan wajah bahagia sambil tersenyum senang. ketika Vita mengabarkan jika tempat dia bekerja mau menerima Safira untuk bekerja di sana.
“Besok adalah jadwal intervnyaa, usahakan untuk kamu datang tepat waktu.” Ucap Vita.
“Baik Vit, terimakasih karena kamu sudah banyak membantu ku selama ini Vita.” Tutir Safira.
“Safira, kamu sudah seperti saudara bagiku, jadi kamu tidak perlu merasa sungkan terhadap ku mengerti.” Ucap vita disela-sela candaannya.
Safira sangat bahagia, karena bakal diterima bekerja di salah satu perusahaan besar itu. meskipun posisi yang dikatakan Vita cukup menantang. Yaitu menjadi sekretaris sang CEO.
Namun Safira tidak mempermasalahkan hal itu, yang terpenting baginya saat ini mendapatkan pekerjaan. Dan mulai bekerja sebaik mungkin agar tidak mendapatkan masalah.
"Aku harus bekerja keras, demi kedua buah hatiku yang lucu-lucu. semoga hasil kerja kerasku ini mereka berdua tidak kekurangan susu dan makanan mereka."
Besoknya, keberuntungan seakan berpihak pada ibu muda dua anak itu. Safira lulus interview dan sudah mulai bekerja, meskipun itu juga berkat campur tangan Vita. Yang mempunyai hubungan dekat dengan kepala divisi.
"Untuk sementara ini, karena kamu masih dalam tahap training selama tiga bulan, maka kamu harus menunjukkan kemampuan dan kerja kerasmu sehingga tidak ada kesalahan.” ucap kepala divisi yang mengantarkan Safira pada ruangan yang akan menjadi tempat nya bekerja.
"Safira, apa kamu sudah mengerti dengan cara kerja dari posisi mu sekarang ini,?" terdengar suara lantang dan tegas dari senior nya.
"Mengerti mbak," ucap Safira sedikit gugup.
Diawal pekerjaan barunya itu, Safira sedikit tertekan. selain pekerjaan nya harus menuntut dia untuk sangat teliti, dan juga harus siap dengan segala perintah dari CEO. Yang merupakan atasannya langsung.
“Aku sangat penasaran, dengan wajah CEO yang begitu dipuji dan dikatakan sangat dingin dan tegas. oleh orang-orang di line ini, aku harus hati-hati agar aku bisa bekerja lama di perusahaan bonafit ini.” gumam Safira karena sudah setengah hari bekerja dia juga belum bertemu dengan sosok CEO tampan itu.
"Break," terdapat kata-kata itu, dibawah lampu yang menyala merah. yang merupakan tanda untuk para karyawan perusahaan untuk istirahat, makan dan sholat. selama satu setengah jam, Safira tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dia dan Vita bertemu sambil menikmati makan siang mereka. Mengingat posisi dan lantai ruangan mereka yang berbeda.
“Baiklah nak, bibi juga ikhlas membantu mu,” balas bi Darti.
Paginya, Safira mulai bersiap dengan stelan pakaian yang sangat cocok dengan kulitnya yang putih besar. Ciuman hangat mendarat dikedua pipi gembul Devan dan Davina, ciuman hangat Syakira membangun kan Putri bungsu nya itu, dia mengerjapkan berkali-kali Mata nya menatap heran sang Mama yang sudah terlihat sangat cantik dan rapi.
“Mama mau pergi cemna?” ucap bibir mungil yang masih cadal itu.
Syakira meletakkan jari telunjuknya dibibir Putri nya.
“Ssssttt....., Davina sayang hari ini Mama mau cari kerja buat beli mainan baru dan susu formula, Jadi Davina ngak boleh rewel ya sama bibi Darti!” bujuk Shakira
“Mainan balu ma,” pancaran mata bocah imut itu berbinar-binar bahagia.
“Ya sayang, doain Mama ya nak. biar dapat diterima bekerja.” Mencium dan memeluk tubuh mungil yang sedang memegang dot susu rasa coklat kesukaan nya.
“Bay sayang,” melambaikan tangan pada Davina yang menatap kepergian sang mama, sebenarnya gadis kecil itu masih pengen tidur dipelukan Mama di pagi hari yang dingin.
Perlahan tangannya yang masih terlihat imut dan kecil terangkat keatas, membalas lambaian tangan Mama.
“Dada....dada... Mama, love Yuo.” Memberikan kiss bay.
“Davina cucu nenek yang pintar, janga sedih ya. semoga aja Mama dapat kerja,” bi Darti mengajak Davina kembali masuk kekamarnya.
“Kasihan Mama ya Bi,” Ucap mulut kecilnya.
“Iya Sayang.” Jawab bi Darti mengajak gadis kecil itu untuk mandi pagi yang dilanjutkan dengan nasi goreng spesial masakannya. Yang selalu membuat sikembar ketagihan dan makan banyak.
Shakira memasukkan lamaran ke beberapa perusahaan, Namun nasib baik belum berpihak pada gadis cantik itu. Sesekali dia menyeka keringat yang membasahi wajah dan tubuh mungilnya.
“Aku harus sabar dan terus berusaha.” gumam Shakira berjalan kearah penjual surat kabar di kaki lima.
Setelah membeli surat kabar, Shakira kembali pulang tanpa ada hasil yang diperoleh nya. Shakira memasang senyum terbaiknya begitu langkah kakinya sampai didepan pintu masuk Rumah kontrakan kecil mereka.
“Mama....Mama, Mama pulang.” teriak kedua anak kembar berlari memeluk Shakira.
“Anak- anakku sayang.” Mencium pipi keduanya penuh kasih sayang.
“Mama susu adek habis.” Ucap mulut kecil Davina sambil memperlihatkan kaleng susu formula yang sudah kosong.
“Aku juga mau mainan robot-robot balu ma.” Terdengar suara cadal Devan.
“Iya sayang, ini susunya udah Mama belikan. Tapi untuk mainan barunya jika sudah Mama dapat kerja ya.” Membujuk Devan, sambil menahan kesedihannya.
“ Shakira, bibi pamit pulang dulu ya nak.” Ucap bi Darti.
“Iya bi, terimakasih sudah menjaga anak-anak dengan baik.” Ucap Shakira.
Malamnya, seperti biasa Shakira tidur diapit dia sikembar yang tidur begitu pulsanya. Sedangkan si bungsu Davina walaupun matanya terpejam, tapi bibir mungilnya masih menganut ujung botol susu formula kesukaan nya.
Udara yang dingin, membuat Shakira kembali meringkuk dalam balutan selimut tebal, kedua tangannya memeluk sikembar yang masih tidur pulas.
“Anak-anakku yang lucu.” Mencium Devan yang tidur sambil mengejutkan jari jempol nya. Begitu juga Davina tidur sesuka hati sehingga kaki kecilnya menendang buah dada Shakira.
Pagi ini begitu cerah, sinar matahari menerobos masuk melalui celah-celah jendela kamar. Membuat tidur nyenyak Davina terganggu karena terpaan sinar matahari langsung mengenai wajah cantiknya.
Perlahan gadis kecil itu mengeliat dan mengerjakan matanya beberapa kali. Sambil menoleh dan mencari-cari sosok sang Mama Safira.
“Mama.....Mama,”
Davina memangil-mangil dengan suara yang lengkung, pergi kedapur dan ruangan tamu namun sosok mamanya Safira belum juga ditemukan.
“Mama...Mama.” teriak Davina kembali, air matanya sudah hampir tumpah.
Safira yang tengah menjemur pakaian, segera masuk dan menghampiri putrinya.
“Putri kecil Mama sudah bangun ya.” Mencium kedua pipi Davina yang imut dan gembul.
“Sekarang kita mandi ya, biar segar.” Bujuk Safira.
“Okey mama.” Balas Davina yang ceria kembali.
Selesai memandikan Davina, disusul Devan yang ikutan bangun. Setelah kedua anaknya rapi dan bersih. Safira mulai menyiapkan susu dan sarapan kedua anak-anak nya.
Deringan suaran panggilan masuk dari ponsel Safira, menghentikan aktivitas rutin ya, segera dia mengangkat panggilan dari sahabatnya Vita.
“ Alhamdulillah," teriak Safira dengan wajah bahagia sambil tersenyum senang. ketika Vita mengabarkan jika tempat dia bekerja mau menerima Safira untuk bekerja di sana.
“Besok adalah jadwal intervnyaa, usahakan untuk kamu datang tepat waktu.” Ucap Vita.
“Baik Vit, terimakasih karena kamu sudah banyak membantu ku selama ini Vita.” Tutir Safira.
“Safira, kamu sudah seperti saudara bagiku, jadi kamu tidak perlu merasa sungkan terhadap ku mengerti.” Ucap vita disela-sela candaannya.
Safira sangat bahagia, karena bakal diterima bekerja di salah satu perusahaan besar itu. meskipun posisi yang dikatakan Vita cukup menantang. Yaitu menjadi sekretaris sang CEO.
Namun Safira tidak mempermasalahkan hal itu, yang terpenting baginya saat ini mendapatkan pekerjaan. Dan mulai bekerja sebaik mungkin agar tidak mendapatkan masalah.
"Aku harus bekerja keras, demi kedua buah hatiku yang lucu-lucu. semoga hasil kerja kerasku ini mereka berdua tidak kekurangan susu dan makanan mereka."
Besoknya, keberuntungan seakan berpihak pada ibu muda dua anak itu. Safira lulus interview dan sudah mulai bekerja, meskipun itu juga berkat campur tangan Vita. Yang mempunyai hubungan dekat dengan kepala divisi.
"Untuk sementara ini, karena kamu masih dalam tahap training selama tiga bulan, maka kamu harus menunjukkan kemampuan dan kerja kerasmu sehingga tidak ada kesalahan.” ucap kepala divisi yang mengantarkan Safira pada ruangan yang akan menjadi tempat nya bekerja.
"Safira, apa kamu sudah mengerti dengan cara kerja dari posisi mu sekarang ini,?" terdengar suara lantang dan tegas dari senior nya.
"Mengerti mbak," ucap Safira sedikit gugup.
Diawal pekerjaan barunya itu, Safira sedikit tertekan. selain pekerjaan nya harus menuntut dia untuk sangat teliti, dan juga harus siap dengan segala perintah dari CEO. Yang merupakan atasannya langsung.
“Aku sangat penasaran, dengan wajah CEO yang begitu dipuji dan dikatakan sangat dingin dan tegas. oleh orang-orang di line ini, aku harus hati-hati agar aku bisa bekerja lama di perusahaan bonafit ini.” gumam Safira karena sudah setengah hari bekerja dia juga belum bertemu dengan sosok CEO tampan itu.
"Break," terdapat kata-kata itu, dibawah lampu yang menyala merah. yang merupakan tanda untuk para karyawan perusahaan untuk istirahat, makan dan sholat. selama satu setengah jam, Safira tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, dia dan Vita bertemu sambil menikmati makan siang mereka. Mengingat posisi dan lantai ruangan mereka yang berbeda.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved