Bab 9

by Ritasilvia 15:26,Aug 09,2023
Tidak satupun yang berani menatap kearah Aldebaran, yang sedang duduk sambil menyilakan kaki. dan menautkan kedua jemarinya, Safira perlahan mengangkat wajahnya mencoba mencuri pandang, dia penasaran dengan sosok Presdir yang sering di agung- agungkan teman-temannya.
 
"Aaapa aku tidak slah lihat? ya Tuhan..., presdirku  yang mempunyai kuasa dan pengaruh itu adalah laki-laki yang telah memerkosa dan menganggap sebagai wanita bayarannya.  Laki-laki bresengsek yang pernah meniduri ku dulu. tidak...tidak mungkin. Tidak mungkin aku hanya salah lihat... dan kebetulan mirip saja.” Gumam Safira meyakinkan dirinya.
 
Saat sudut mata elang Aldebaran melirik kearah nya, Safira langsung kembali menunduk. dia sangat ketakutan. Bayangan buruk kejadian malam itu kembali berputar-putar di memori ingatan nya.
 
"Ya Tuhan selamat kan aku, semoga saja dia bukan laki-laki yang sama. " Safira meremas-remas jemarinya, sedangkan kedua kakinya seakan tidak mampu lagi menopang tubuhnya.
 
Langkah kaki terdengar meninggalkan ruangan, setelah memastikan jika Aldebaran dan asisten nya sudah menjauh. Safira baru berani mengangkat wajahnya dan menarik nafas lega, padahal sebelumnya Safira mersa sesak seakan kehabisan oksigen.
 
"Alhamdulillah," ucap mereka serempak.
 
"Safira, diantara kita. cuma wajah kamu yang terlihat paling pucat dan masih  ketakutan." ucap Nita Sahabat yang kebetulan bertemu saat Audit besar ini.
 
"Iya, karena ini pertama aku bertemu dengan Presdir yang ternyata sangat galak dan menakutkan." bisik Safira sambil bersiap untuk pulang.
 
"Seperti nya Dia juga tidak mengenaliku, jadi mereka bukanlah orang yang sama, syukurlah paling tidak aku masih bisa bekerja diperusahaan besar ini. tapi aku harus memikirkan kemungkinan buruk. bagaimana jika dia laki-laki yang sama, dan hanya pura-pura dan menyelidiki  ku. tidak aku tidak ingin kehilangan kedua buah hatiku. jika dia mengandalkan kekuatan dan kekuasaan nya merebut kedua anak-anaknya... Aaaagghhh aku pusing mengingat kemungkinan buruk itu." Ucap Safira frustasi.
 
Diruanganya, Al masih terlihat gusar terlihat sekali dia tengah berfikir keras. Walaupun dia sempat marah-marah dalam rapat besar, tapi pikirkan nya tidak fokus setelah melihat sosok yang akan menjadi sekretaris nya nanti.
 
Aldebaran mengusap kasar wajahnya, bayangan beberapa tahun silam kembali melintas. meskipun akhir-akhir ini dia sudah mampu mengubur kejadian malam itu, namun sekarang semua kembali lagi.
 
 Asisten Rey langsung Menuju ruangan kerja Al. untuk menyampaikan hasil laporan rapat dan keputusan yang akan mereka ambil untuk kedepannya, namun belum sempat dia mengucapkan kata-kata nya. mulut Rey seakan terkunci saat melihat suasana hati bos-nya yang kembali memburuk.
 
Rey tidak berani menanyakan, dia lebih memilih mengambilkan sebotol air mineral dan memberikan nya pada Aldebaran.
 
"Rey bagaimana pendapat mu tentang karyawan baru itu? Aku merasa dia adalah wanita yang sama bercinta dengan ku beberapa tahun silam." ucap Aldebaran.
 
"Semula saya juga berfikir seperti itu, tapi setelah diperhatikan secara seksama aku juga bingung, apa kita harus menyelidiki nya bos?."
 
“Sebaiknya kita tunda dulu, aku takut malah dia menghilang kembali. Sebaiknya kita fokus menyelesaikan permasalahan perusahaan ini dulu. Setelah gadis itu merasa nyaman bekerja disini. Itu akan mempermudah kita untuk mencari tahu kebenarannya.” Ucap Aldebaran.
 
Rey mengikuti langkah kaki al yang panjang menuju lift khusus Presdir, namun dugaannya meleset. Al  lebih memilih berjalan dan mamasuki lift khusus karyawan melintasi ruangan Safira, yang bertepatan memasuki lift yang sama dengan Aldebaran.

Safira dan Vita tertawa ceria ingin memasuki lift, mereka tidak menyadari jika sepasang mata terus memperhatikan mereka, terutama Safira. wanita itu langsung terlonjak kaget begitu mengetahui jika ada Presdir dan asisten nya disana.
 
Safira dan Vita langsung menunduk hormat, kearah Al. kedua terlihat kikuk dan salah tingkah, dengan perlahan Safira menggeser posisi tempat nya berdiri agar menjauh dari Al yang membuat kepalanya kembali pusing setiap mencium aroma parfum dari tubuh Aldebaran..
 
Rey memperhatikan tingkah Al, dia sudah lama berkerja dan mengabdi pada keluarga Al, dan sudah hafal semua dengan sifat dan tabiat Al. dan kali ini Rey sudah dapat memastikan jika Aldebaran terlihat sangat fokus memperhatikan wanita yang bernama Safira dengan sefut Mata elangnya, yang tertulis dari beadnamanya.
 
"Ya Tuhan selamat kan aku, sepertinya dia terus memperhatikan kami. sebaiknya aku harus bersikap biasa-biasa saja agar tidak menimbulkan kecurigaan. karena aku yakin jika saat ini dia tengah ragu atau tidak  mengenali ku."  Safira mencoba seolah-olah tidak terjadi sesuatu, bahkan dia sengaja pura-pura mengajak Vita ngobrol. namun tingkahnya yang seperti itu tambah menarik perhatian Aldebaran.
 
"Ting.." pintu lift terbuka, Safira langsung menarik tangan Vita untuk segera kabur keluar, saat tatapan matanya dan Aldebaran bertemu.
 
Bab 20
Safira langsung pulang kerumah. meskipun semula Vita sudah berusaha keras membujuk nya untuk sekedar Menikmati malam, cuci mata kepusat perbelanjaan terbesar yang berlokasi tidak terlalu jauh dari perusahaan tempat mereka bekerja. bagi Safira berkumpul dengan kedua sikembar buah hatinya adalah kebahagiaan yang tidak ternilai. meskipun saat ini keduanya sudah tertidur pulas saat Safira sampai dirumah.
 
"Muuuacch, muuuacch,muuuacch." ciuman hangat mendarat di pipi kedua anak kembarnya, setelah puas menatap dan mencium ketiganya secara bergantian. Safira merebahkan tubuhnya disamping anak-anaknya.
 
"Mama," terdengar suara disusulung Devan, yang pindah posisi memeluk tubuh mamanya.
 
"Eh, jagoan Mama kebangun gara-gara ciuman mama ya?" membalas pelukan Devan dan mengusap-usap pelan punggungnya agar kembali tidur.
 
"Mama jangan lama-lama pulang kerja, kami kagen dekat  mama terus." ucap bocah itu yang membuat hati Safira tersa nyeri.
 
"Maafkan Mama nak, kita harus begini agar bisa bertahan hidup. dan bisa menyekolahkan kalian berdua nanti nya. karena sampai kapan pun Mama tidak ingin kehilangan kalian. kalian  adalah sumber kekuatan untuk Mama. capek dan letih Mama bekerja hilang ketika melihat kalian." air mata Safira tiba-tiba menetes melihat anak-anak nya yang butuh kasih sayang, harus ditinggalkan dirumah seharian.
 
Tangis Safira semakin deras, ketika teringat kata-kata Davina yang berusaha menahan kantuk nya agar bisa menyambut Mama saat pulang, karena dia merindukan Mama yang pulang malam dan berangkat pagi sebelum mereka terbangun.
 
Bayangan pertemuan nya dengan Aldebaran kembali melintas dipikiran Safira, dia terus berdoa dalam hati semoga itu semua hanya kebetulan, dan Aldebaran sang presdir  tidak mungkin laki-laki pada malam itu.
 
"Aku harus merahasiakan tentang status ku dan kedua anak-anakku, pada siapapun itu." ucap Safira yang akirnya ikut tertidur bersama kedua anak-anak nya.
 
 
Bab 20 Mulai bekerja sebagai Sekretaris
 
“Mama, aku mau kembang gula.” Rengek Davina ketika mereka baru sampai ditempat arena bermain anak-anak.
 


Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

33