Bab 4

by Ritasilvia 15:16,Aug 09,2023
Pulang kuliah, Safira dan Vita langsung menuju sebuah kafe, berdasarkan informasi teman-temannya sedang membutuhkan karyawan wanita.
 
Suasana di kafe mewah ini terlihat ramai pengunjung, mungkin karena sudah masuk jam makan siang, Safira dan Vita mengayunkan langkah pelan mengapa ramah salah seorang pelayan kafe dan menanyakan tentang tujuan kedua gadis cantik itu datang.
 
“Mbak cantik mau pesan apa?”
 
“Maaf mas kami berdua kesini untuk melamar pekerjaan, karena salah seorang teman kami memberi tahukan jika kafe ini sedang membutuhkan karyawan wanita.”
 
“Iya betul sekali mbak.” Jawabnya tersenyum ramah.
 
“Mari saya antarkan mbak menemui manager kafe ini.” Ucap nya.
 
“Terimakasih mas.”
Playan cafe itu mengantarkan mereka berdua menuju lantai dua ruangan Manager kafe. Safira menghirup nafas dalam-dalam mencoba mengurangi rasa gugup nya. lalu mengetuk pintu perlahan. terdengar sahutan seorang pria dari ruangan itu.
 
"Masuk" sambil sibuk membolak-balik laporan pendapatan kafe bulan ini.
 
"Selamat Pagi pak" sapa Safira diikuti Vita begitu sampai di dalam, dan berdiri didepan meja kebesaran sang manager kafe itu, yang terlihat cuek dan angkuh.
 
"Pagi silahkan duduk" terus sibuk tidak mengalihkan perhatian dari laporan nya
 
Safira dan Vita duduk dengan sopan sambil menyiapkan diri dengan pertanyaan yang akan diajukan manager ini nanti, termasuk mempertajam pendengaran nya, agar tidak salah dengar dan jawab.
 
"Mana CV mu Kalian" ujar Manager
 
Mereka mengangkat dan meletakkan surat lamarannya diatas meja "Ini bapak surat lamaran kerja sekalian CV kami"
 
Menutup laporan nya dan membaca CV Safira dan Vita bergantian.
 
 " Kalian berdua masih kuliah?" ujar Manager kafe sambil memperbaiki letak kacamatanya.
 
"Iya pak  tapi kami berdua akan bekerja profesional, dalam membagi waktu.” Ucap Safira.
 
"Baiklah kaluan berdua saya terima di kafe ini, dan mulai bekerja hari ini juga" ucap manager sambil memencet tombol. dan tidak lama seorang pelayan wanita datang
 
"Kalian silakan berkenalan dulu," sambil kembali melanjutkan memeriksa laporan
 
“Baik pak.”
 
Safira berdiri sambil mengulurkan tangan.
 
 " Perkenalkan nama ku Safira"  sambil tersenyum manis.
 
“Aku Vita.” Ucap Vita.
 
"Aku Rani" balasnya.
 
"Rani kamu berikan kedua gadis ini pakaian kerja dan tunjukkan lokernya, sekalian kamu ajari dan bantu dia mengenai pekerjaan nya" ucap Manager
 
"Baik pak"  Rani mengajak Safira berjalan menuju loker dan memberi pakaian kerja khusus.
 
"Apa kak Rani sudah lama bekerja di sini ? tanya Vita
 
"Sudah tiga tahun demi membiayai berobat ibu"  berjalan kembali menuju Ruangan kafe.
 
"Kita harus siap, sebelum kafe ramai pengunjung  dan  menata gelas-gelas ini dan menyusun rapi" ajak Rani
 
Hari pertama bekerja, Safira dan Rani benar-benar menikmati pekerjaan mereka. sebulan berlalu, Safira mulai merasakan  perubahan-perubahan aneh dirinya, dia mulai sering lemas dan mudah lelah.
 
 “Wuuuaaakkk....wuuuakk,” Safira berlari menuju Westafel, seakan ingin memuntahkan isi perutnya.
 
“Fira kamu kenapa?” tanya Vita cemas, mengingat Safira banyak berubah semenjak pulang dari liburan panjang mereka.
 
“Ntahlah, aku sangat pusing dan mual-mual teus.” Ucap Safira kembali meringkuk tidur.
 
 “Kamu istrahat saja, biar nanti aku ngomong sama manager kafe jika kamu izin sakit.” Ucap Vita.
 
“Aku yakin dia bakal marah, karena dalam Minggu ini aku sudah tiga kali izin Ngak masuk kerja.” Ucap Safira dengan wajah pucat.
 
“Habis mau gimana lagi Fira, kondisi mu lemah begini. “ Ucap Vita tidak tega melihat Safira yang memaksakan dirinya.
 
Pandangan Safira tiba-tiba berputar, rasa pusing yang teramat sangat membuat nya langsung ambruk seketika.
 
“Safira banguuuun,” Ucap Vita panik, dibantu ibu pemilik kontrakan mereka membawa Safira kerumah sakit.
 
“Bagaimana kondisi sahabat saya dok?” Ucap Vita cemas.
 
“Mana suaminya?” Ucap dokter.
 
“Safira belum menikah Dok.” Ucap Vita ragu-ragu, karena merasa tidak enak mengutarakan aib sahabatnya.
 
“Kenapa bisa, sekarang gadis itu tengah hamil muda, masuk bulan ke dua.” Terang dokter.
 
“Apa dokter, hamil?”   Ucap Vita meyakinkan pendengaran nya. Yang ditanggapi anggukan mantap oleh dokter paruh baya tersebut.
 
“Ya Tuhan, haruskah aku menambah dosa lagi dengan membuang janin yang belum terbentuk sempurna ini? Sanggupkah aku menghadapi cemoohan masyarakat dan reaksi kedua orang tua ku nanti,” air mata Safira membanjiri kedua pipinya.
 
“Tidak mungkin aku meminta pertanggungjawaban laki-laki brengsek itu, aku yakin dia tidak akan mau bertanggung jawab. mengingat dia hanya mengganggap ku  sebagai wanita bayaran.”
 
Safira mengusap air mata nya, dia masih syok begitu mengetahui jika tengah hamil anak dari laki-laki yang tidak dikenalinya sama sekali.
 
“Safira, kamu kamu yang sabar ya menghadapi keadaan dan cobaan Ini.” Bujuk Vita.
 
“Iya Vita, aku akan merawat dan membesarkan bayiku, aku tidak ingin menambah dosa dengan menyingkirkan nyawa tidak berdosa ini.” Safira mengusap lembut perutnya yang masih terlihat datar.
 
“Kamu tenang saja Safira, aku akan membantumu.” Ucap Vita membujuk sahabatnya.
 
“Thanks ya Vita.”
 
“Mulai besok kamu tidak perlu bekerja, fokus saja dengan skripsi dan kehamilan mu.” Ucap Vita.
 
“Terus bagaimana dengan biaya hidupku dan bayi diperut ini nantinya Vit?”
 
“ Kamu tidak perlu khawatir Fira, aku kabur dari Rumah tidak dengan tangan kosong. Aku sudah memindahkan semua isi tabungan dan uang bulanan ku, ke tabugan pribadi. Sehingga kedua orang tua ku tidak bisa untuk memblokir nya.” Ucap Vita.
 
“Benar juga, aku baru ingat beberapa ATM dan kartu ku masih tersimpan dalam tas. Semoga kedua orang tuaku juga belum Memlokir.” Ucap Safira kembali bersemangat.
 
Siangnya, ditemani Vita sahabatnya. Safira memindahkan seluruh isi tabungan nya kerekening baru.
 
“Uang ini cukup untuk kebutuhan sampai aku melahirkan” gumam Safira.
 
 “Sebaiknya kita pindah ketempat yang lebih layak dan aman.” Ajak Vita.



 
 

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

33