Bab 11

by Ritasilvia 16:06,Aug 09,2023
Tidak jauh dari meja tempat mereka makan, seorang wanita paruh baya terus memperhatikan tingkah Safira dan anak-anak nya. entah kenapa bathin wanita itu merasa tersentuh saat melihat kedua bocah lucu itu.
 
"Nyonya Qanita, kelihatan nya anda sangat tertarik sekali melihat kedua bocah itu." ucap  asisten pribadi dari wanita pemilik restoran itu.
 
"Iya, tatapan dan raut wajah mereka sama persis dengan Aldebaran." ucap nya terlihat antusias.
 
 Helena yang semula tidak begitu memperhatikan ketiga bocah itu, jadi penasaran dan mulai mengikuti arah pandang Nyonya besarnya.
 
"Ya Allah, mereka benar-benar mirip. kenapa bisa begitu ya. lagian tidak mungkin mereka anak-anak nya tuan muda Aldebaran, karena wanita itu terlihat sederhana dan dari masyarakat biasa saja."  gumam Helena.
 
"Nyonya benar, mereka sangat mirip Tuan muda." jawab Helena.
 
"Kita harus menyelidiki wanita yang seperti mamanya, atau jika dia berkenan. kita bisa mengadopsi anak-anak nya yang mampu mencuri perhatianku, bahkan aku merasa mempunyai suatu ikatan yang kuat dengan ketiga bocah itu" Qanita menatap lekad pada Safira yang tengah membagikan makanan pada masing-masing anaknya.
 
"Mengadopsi nya?" Helena mengulangi perkataan Qanita, mengingat wanita itu tidak pernah sebegitu antusias dan menyukai anak-anak sampai berniat mengadopsi.
 
"Ya, aku sangat kesepian dirumah, karena hanya banyak pelayan yang menemaniku. sementara putra satu-satuku Al lebih memilih sibuk dengan dunia bisnis dan lebih sering tinggal diapartement nya. entah kapan dia akan menikah dan memberikan ku cucu yang mengalir darahnya" raut wajah  tiba-tiba berubah muram dan sedih.
 
Qanita kembali tersadar, dan kembali kecewa begitu melihat meja yang diduduki Safira dan anak-anak nya sudah terlihat kosong.
 
"Kemana dia?"
 
Helena mengangkat bahunya, karena dia juga tidak memperhatikan Safira yang sudah pergi.
 
 
Kedatangan Marina***
 
Semenjak ketahuan selingkuh oleh sang kekasih Aldebaran, Marina sangat terpukul dan menyesali perbuatannya.
 
Berulang kali dia mencoba untuk mendapatkan maaf dari Al, yang selalu mengabaikannya dan usaha Marina akan berakhir sia-sia belaka. Karena Al benar-benar sudah menutup pintu hatinya untuk gadis yang merupakan teman kecil sekaligus kekasih yang pernah begitu dicintai Al.
 
Berkat bantuan Oma dan Mami Qanita, Marina berhasil masuk dan bekerja di perusahan Al, mengingat Oma dan Qanita yang tidak mengetahui penyebab berakhir nya hubungan Al dan gadis yang sudah lama dekat dengan keluarga mereka.
 
Bahkan Qanita sengaja mendatangkan kembali Marina, berharap mantan kekasih anaknya itu, mampu mencairkan hati Al yang beku dan dingin terhadap wanita.
 
“Selamat pagi sayang.” Sapa Marina begitu memasuki ruang kerja Al.
 
“Kamu? Untuk apa kamu datang kekantor ku?” Ucap Al cuek.
 
“Sayang, mungkin sudah ribuan kali aku minta maaf padamu. Kamu hanya salah paham aku dan Rama tidak pernah berselingkuh.” Ucap Marina kembali berusaha untuk mendapatkan hati Al.
 
“Terserah, yang jelas aku tidak akan pernah tertarik lagi padamu.” Ucap Al cuek.
 
“Al please, beri aku kesempatan kedua.” Mengatur kedua tangan nya.
 
“Tidak Marina, sekarang tolong pergi dari kantorku dan Jangan pernah kembali lagi.” Ucap Al emosi.
 
“Al, aku kesini dikirim Oma dan Mami Qanita, mereka mengizinkan aku bekerja di perusahan ini, jadi kamu tidak bisa mengusir apalagi memecatku.” Ucap Marina penuh kemenangan.
 
“Dasar wanita bermuka dua, kamu memanfaatkan situasi dan kelemahan ku.” Bentak Al.
 
“Sayang, aku melakukansmua ini demi memperbaiki hubungan kita kembali.” Bujuk Marina.
 
“Aku tidak menginginkan mu lagi Marina.”
 
“Tapi Oma dan Mami Qanita masih menyayangi dan menginginkan aku.” Ucap Marina.

“Itu karena mereka tidak mengetahui kebusukan dan kelicikan mu, karena aku sengaja menutupi semua ini dari mereka.” Ucap Al.
 
“Demi mereka, terimalah aku kembali Al.”
 
“Marina Cepat pergi sebelum kesabaran ku habis.” Ucap Al meninggikan nada suaranya.
 
“Okey Al, tapi kamu harus ingat....jika Oma tersayangmu mengetahui masalah hubungan kita, aku dapat membayangkan rasa kecewanya, termasuk penyakit Jantung nya yang bisa kumat. Kamu pikir kan lah hal itu Al.” Marina tersenyum meninggalkan ruangan kerja Al.
 
Al ambruk di kursi kebesarannya, dia selama ini  memang menutupi masalah hubungannya dengan Marina mengingat penyakit Oma, yang  sangat menyayangi  gadis yang sangat pintar mencari muka dihadapan sang Oma yang sudah tua, Al tidak ingin di sisa-sisa umur Omanya harus terluka dengan masalah ini.
 
Marina menghempaskan pintu ruangan kerja Al, membuat Safira yang duduk dikursi kerjanya terlonjak kaget.
 
Marina menghampiri Safira, dengan tatapan tajam dan rasa tidak sukanya saat melihat kecantikan sekretaris baru Aldebaran.
 
“Hey kamu, tolong jaga sikap dan jangan sok kecantikan dihadapan calon suamiku Al.” Bentak Marina.
 
“I...iya, saya mengerti Bu.” Balas Safira.
 
"Makanya masih  baru bekerja  sudah belagu, mentang - mentang merasa cantik, kamu pikir Presdir akan tertarik melihat mu" bisik Sinta tersenyum meremehkan, yang merupakan asisten Marina.
 
"Iya mbak. Saya mengerti" ucap Safira
 
"Sudahlah bawakan file dan berkas yang bertumpuk ini keruangan kerja baru ku" perintah Marina
 
"Semua mbak ?”  Safira mengerutkan keningnya bingung, mengingat itu bukan pekerjaannya yang menjabat sekretaris presdir.
 
Marina mengerutkan keningnya melihat banyak sekali kertas dan file yang harus dia bawa keruangan  itu.
 
"Mmmhhh ya kenapa, apa kamu keberatan. sebagai sekretaris calon suamiku,  sudah tugasmu untuk membantu meringankan pekerjaan ku selaku calon istrinya Al.” Ucap Marina bangga.
 
“Jadi wanita ini calon istrinya Al.” Gumam Safira.
 
Marina tersenyum sinis berlalu menuju ke ruangan kerjanya yang baru,  meninggalkan Safira yang masih menyusun tumpukan itu.
 
Sementara diruangan kerja Aldebaran  senyum- senyum sendiri. suasana hatinya yang semula sangat memburuk langsung berubah membaik, ketika teringat Safira sekretaris nya.
 
"Cantik kamu tidak akan bisa menghindar dari ku, meskipun kamu punya banyak cara, tapi aku selalu berhasil menjadi pemenangnya. sekarang kamu sudah masuk ke dalam perangkap ku, mulai saat ini kamu tidak akan bisa lepas lagi dari jeratan ku nantinya" sambil senyum sendiri Aldebaran memutar kursinya.
 
Asisten Rey memijid pelipisnya, melihat tingkah aneh bosnya yang dari hari ke hari itu bertambah parah.
 
"Bos maaf sebelumnya jika saya lancang, tapi harap jaga sikap bos karena, sebentar lagi rapat besar akan dimulai" bisik Rey.
 
"Itu tugas mu selaku Asisten, karena sekarang aku ingin melihat kinerja mu dan para karyawan yang lain sambil duduk manis di sini"
 
Aldebaran melirik kesamping melihat Safira yang kewalahan membawa beberapa berkas, Aldebaran tersenyum jahil saat Safira melewati pintu ruangan nya, Aldebaran berdiri dan membuka pintu tiba-tiba sehingga Safira kaget dan langsung kehilangan keseimbangan membuat tumpukan itu berserakan dan dengan sigap Aldebaran merengkuh tubuh Safira dan refleks membawa kepelukanya.
 
Semua mata  diruangan itu tertuju dan melotot seakan tidak percaya dengan penglihatan mereka masing-masing, seorang sekretaris dan presdirnya, sedang mengadakan adegan romantis dihadapan mereka.
 
Marina yang menyaksikan adegan itu, langsung mengepalkan tangannya geram, tanpa disadari nya air mata membasahi kedua pipinya.
 
"Dasar cewek ganjen, dia pasti sengaja ingin menggodanya Al.  dengan mudah nya kamu berhasil mendapatkan pelukan hangat calon suamiku, kamu seolah-olah begitu menikmati, sesuatu yang begitu aku impikan selama ini, awas kamu jalang" Ucap Marina yang sudah terbakar api cemburu.
 

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

33