Bab 1

by Ritasilvia 19:27,Aug 07,2023
“Ini benar-benar gila, masa kedua orang tua ku ingin menjodohkan aku dengan laki-laki tua itu?” Ucap Safira meremas rambutnya kesal.
“Kamu yakin jika laki-laki itu yang akan dijodohkan dengan mu?”
Vita menggelengkan kepalanya, tidak yakin dengan apa yang diucapkan Safira.
“Yakin banget, semalam aku sudah menyelidiki sendiri kerumah si tua Bangka itu, dan istrinya susah setahun ini meninggal.” Terang Safira frustasi.
“Okey aku ngerti sekarang masalah mu,” Vita ikut prihatin menatap sahabatnya itu.
“Itulah makanya aku memilih kabur ke rumahmu, bolehkan untuk sementara aku numpang disini.?”
“Boleh sih, tapi aku baru baru diputusin Aldo. Hatiku benar-benar hancur sekarang hu...hu...” tangis Vita pecah mengisi sudut kamar.
“Aku ikut prihatin ya, ternyata kita berdua mempunyai masalah yang sama-sama berat.” Ucap Safira.
“Safiraaa.” Ucap Vita tiba-tiba begitu bersemangat, tangisnya yang semula kencang tiba-tiba terhenti begitu saja.
“Apaan sih teriak-teriak, bikin kaget aja.” Balas Safira menutup kupingnya.
“Gimana kalau kita, melampiaskan kekecewaan dan kesedihan kita dengan liburan? .” Ucap Vita antusias.
“Okey, tapi Kemana?” Safira mengerut kan keningnya.
“Casino De Larose, hotel mewah dan berkelas yang terletak disebuah pulau yang sangat indah, itu tuh yang terkenal di luar negeri Sono.” Jawab Vita.
“What? Itu biaya nya mahal banget, mana sanggup orang seperti kita bisa masuk kesana.” Ucap Safira langsung down mendengar tawaran sahabat gilanya itu.
“Tenang, aku punya kenalan anak sahabat papiku bekerja disana. Paling tidak dia bisa membantu kita dengan voucher gratis mungkin?” Ucap Vita sambil mencoba menghubungi, Berjalan keluar kamar.
Safira melihat dari kejauhan, Vita terlihat begitu serius ngobrol, sambil sesekali tertawa lepas. Seakan-akan dia lupa akan kesedihan nya barusan. Tidak lama panggilan mereka pun terputus dan kembali berjalan mendekati Safira.
“Safira....ini kabar Bahagia, Ternyata dia memberikan kita voucher gratis masuk dan bisa nginap disana selama tiga hari. mengingat dia bekerja disana juga berkat bantuan papiku dulunya.” Ujar Vita dengan mata berbinar-binar bahagia.
Perjalanan panjang pun mereka lalui, berharap mereka kembali ketanah air. dengan perasaan bahagia dan terbebas dari masalah uang mereka hadapi.
“Wah, tempat ini begitu indah dan sangat bagus.” Puji Safira sambil menggandeng lengan sahabatnya Vita memasuki tempat lobby mewah tersebut.
Mereka disambut hormat oleh pelayan, koper mereka masing-masing dibawakan oleh pelayan.
“Safira, sebaiknya kita langsung bersenang-senang saja. Biar pelayan itu mengantarkan barang-barang kita kekamar.” Ucap Vita sambil memperlihatkan voucher liburan mereka berdua.
“Safira Ayo, aku sudah tidak sabaran lagi tau.” Vita Langung menarik tangan Safira memasuki sebuah Klub malam, tempat yang masih baru dan asing bagi mereka berdua.
“Vit kamu yakin untuk masuk kedalam?”
“Safira, Kita harus berani untuk mencoba sesuatu yang baru. Mereka semua tidak peduli pada kita. Sekarang Waktunya kita untuk menikmati hidup dan bersenang-senang.” Ucap Vita.

Suara musik yang memecahkan telinga, dan pencahayaan klub yang temaram tidak menyurutkan langkah dua remaja cantik ini.
“ Safira, kata orang minuman ini ampuh untuk mengurangi kesedihan, sehingga membuat kita terbang melayang. Kamu cobain deh.”
Vita membantu meminjamkannya pada Safira yang masih ragu-ragu.
“Gimana?” tanya Vita yang belum terpengaruh oleh minuman tersebut.
Sementara Safira, meskipun baru awal. Tapi ampuh membuat kesadaran nya sedikit berkurang. Sehingga dia memutuskan untuk mengajak Vita untuk kembali ke kamar.
“Vit, kepalaku pusing banget. Sebaiknya kita kembali kekamar yuk.” Sambil berusaha menjaga keseimbangan tubuhnya.
“Aduh Safira lagi seru banget nih, lagian bentar lagi Dika anak teman papi itu mau kesini menemui kita. dia mau menemani kita buat senang-senang, ntar dia juga bakal nyariin kamu cowok blasteran tampan untuk menemani mu.” Ucap Vita sambil berusaha membujuk Safira.
“Ngak ah, aku kesini buat nenangin pikiran, bukan nyari cowok.” meninggalkan Vita yang masih ngotot pengen di klub.
“Safira hati-hati, ingat No kamar kita 106,” teriak Vita.
Safira tidak menghiraukan, dia terus berjalan sambil menatap takjub hotel kelas dunia itu, Safira seperti bermimpi bisa memasuki tempat semewah ini.
“Pasti ini kamarnya, tapi... Ngak...bukan ini.” Gumam Safira ragu-ragu.
Safira kesulitan memperhatikan No kamarnya sambil menyipit kan mata. Pandangan nya mulai buram, sehingga dia bingung mencari posisi dan melihat dengan jelas No 106 yang tertera di pintu kamar yang akan ditempati nya. Seolah-olah No 901 dan angka yang dilihat nya sambil menyipit kan mata itu, bertukar dan terbalik-balik letak posisinya.
Safira berusaha mengumpulkan kesadarannya, Dengan bahasa Inggris yang pasih, Safira mulai bertanya pada seorang laki-laki yang ditemui nya, yang dipikirnya seorang pelayan hotel.
“Tapi card pintu kamar ku mana?” Safira mencari-cari di tas kecilnya. Namun tidak ditemukannya.
“Kamu tidak perlu card Nona, pintu kamar ini sudah terbuka sendiri untuk wanita cantik seperti mu.”
Tingkah Safira membuat laki-laki itu mengulum senyum, menatap kagum pada kecantikan natural wajah Safira yang polos.
“Bos pasti tertarik dengan pelayanan baru yang diberikan hotel ini. aku yakin bos Aldebaran pasti akan tertarik setelah melihat wanita cantik ini. Paling tidak dia mampu melupakan gadis yang bernama Marina.” Gumam seorang laki-laki bernama Rey yang merupakan asisten pribadinya.
“Silahkan masuk Nona, kamar ini tidak terkunci untuk wanita cantik seperti mu.” Ucap asisten Rey, sembari membuka kan pintu masuk untuk Safira.
“Thanks.” Balas Safira.
Ceklek...., tanpa curiga Safira langsung masuk, mengingat kepala nya yang bertambah pusing. suasa kamar yang temaram membuat Safira tidak canggung, dia membuka blazer dan sebagian pakaian nya sehingga tinggal dalaman saja, lalu Safira merebahkan tubuhnya dan tertidur begitu saja mengingat kepada nya yang tersa begitu pusing.
Aldebaran Motherganza, CEO tampan dan berkuasa itu langsung masuk kekamar. sehabis minum-minum untuk meluapkan kekesalannya terhadap Marina, yang berselingkuh dengan sahabatnya sendiri Devan.
“Wanita brengxxxx, apa kurangnya aku dibandingkan dia. Mengapa harus Devan...dia adalah sahabat kecilku Marina...” Ucap Al disela-sela kesedihan dan kondisi nya yang sudah terpengaruh minuman.
Al membuka pintu kamar, yang mana Asisten Rey memang sering melupakan untuk mengunci kamar sang Presdir tersebut. Mengingat selama ini tidak ada yang berani mendekati kamar presidensweat itu.
Al yang setengah mabuk, menatap heran dan bingung tubuh mungil yang terlentang tidur diranjang nya. Semenjak dikhianati Marina de spanic mantan tunangan nya dulu. Dia tidak pernah lagi menyentuh wanita lain, tapi sekarang gairahnya kembali bangkit.
Pria dewasa itu langsung membulatkan matanya begitu disuguhi pemandangan yang sangat mengiurkan. Meskipun Al, selama ini sangat menjaga dirinya dan tidak pernah menyentuh wanita sembarangan.


Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

33