Bab 10 Pil Pencegah Kehamilan
by Andrew Wang
11:44,Sep 01,2021
Bekas tamparan itu masih terasa panas, mungkin meninggalkan jejak di wajah tampan Roger Zhu. Pria itu menoleh ke arah lain, tak sudi menatap wajah ibunya yang masih terlihat marah.
“Jaga mulutmu! Aku tidak membesarkanmu untuk menjadi seorang bajingan! Apa kamu pikir ulahmu hebat? Berhenti bermain-main dan jadi pria dewasa!” Bentak nyonya Xi Er, saking geramnya hingga ia meremas kencang jemarinya. Menahan diri untuk tidak menyerang putranya lagi.
Roger Zhu malah berdecak, sedetik kemudian tawanya terdengar nyaring. Sepasang alis nyonya Xi Er bahkan mengerut, heran dengan respon aneh pria itu.
“Apa yang lucu?” Sergah nyonya Xi Er tidak suka.
Roger Zhu menoleh ke arah wanita itu, tidak akan menyimpan sorot mata tajamnya ke arah lain. Tak peduli akan status yang mengharuskan ia berlaku hormat pada wanita yang ia panggil ‘ibu’ itu.
“Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.” Jawab Roger Zhu sinis.
“Maksudmu apa?” Nyonya Xi Er heran, meskipun tidak menyukai cara Roger Zhu menatapnya tetapi ia tetap beradu tatapan dengannya.
Roger Zhu memperlihatkan senyum smirk-nya, “Aku hanya mencontoh seperti yang ibu lakukan. Bukankah ibu juga suka bermain-main dengan banyak pria?”
“Diam! Keterlaluan kamu!” Pekik nyonya Xi Er naik pitam, hampir saja ia melayangkan tamparan kedua, andai ia gagal menahan diri.
Roger Zhu menatapnya dengan tajam seakan menantang untuk ditampar lagi, namun nyatanya justru nyali ibunya lah yang menciut. “Aku tidak keberatan jika harus ditampar lagi, tapi apapun yang ibu lakukan tidak akan pernah bisa mengekangku lagi. Aku akan hidup dengan caraku!”
Napas nyonya Xi Er menjadi berat dan tidak beraturan. Sakit hati mendengar jawaban yang dilontarkan dengan tenang namun menusuk hingga ke dalam relung hatinya. Roger Zhu beranjak dari hadapannya, meninggalkan jejak suara sepatunya yang menggema dalam ruangan yang hening itu. Nyonya Xi Er mendadak sadar bahwa ia tidak boleh melepaskan Roger Zhu begitu saja. Ia bergegas menoleh dan berteriak dengan lantang sebelum pria muda itu menghilang dari pandangannya.
“Nanti malam Karin Zhang akan sampai ke sini, kamu harus temani dia. Atau aku akan membuat perhitungan denganmu!” Pekik nyonya Xi Er.
Roger Zhu menyeringai, tanpa perlu berteriak pun ia bisa mendengar semuanya namun semua itu tidak akan merubah prinsipnya. Roger Zhu sama sekali tidak takut dengan ancaman wanita tua itu. Ia berjalan cepat menaiki tangga rumahnya menuju lantai dua. Tak sabar ingin segera masuk ke dalam kamar. Ancaman nyata ibunya kian membukakan mata serta membulatkan tekadnya bahwa ia harus segera meninggalkan rumah ini. Istana yang serasa neraka hidup bagi Roger Zhu.
Tubuhnya otomatis merasa pegal saat melihat ranjang empuk yang ada di kamarnya. Begitu menggoda untuk merebahkan tubuh di atas ranjang berukuran king size itu. Ia tidak bisa tidur sepanjang malam, usai bercinta dengan wanita yang sangat berbeda itu, Roger Zhu terus memikirkannya. Diam-diam ia pun meminta pengawal Hans untuk membuntuti Julie Fung agar tahu di mana tempat tinggalnya. Jika ia sudah membidik sasarannya, maka Roger Zhu tidak akan pernah melepaskannya. Begitupun dengan wanita bernama Julie Fung itu, meskipun kini ia jual mahal kepadanya, Roger Zhu tetap akan menaklukkannya, cepat atau lambat.
Roger Zhu mendesah saat tubuh atletisnya berbaring di atas ranjang, biarlah sesaat aja ia menikmati kehangatan kamarnya. Setelah ia melangkah keluar, mungkin tidak ada kata kembali lagi. Baru saja memejamkan mata, Roger Zhu merasakan ponsel dalam saku celananya bergetar. Sontak ia meraba ke dalam dan mengeluarkan alat komunikasinya itu.
“Bagaimana?” Tanya Roger Zhu langsung, saat tahu pengawal pribadinya lah yang menghubunginya.
“Tuan, saya sudah mengutus seorang anak buah kita untuk membuntuti nona Julie Fung. Menurut laporannya sekarang nona itu masuk ke dalam sebuah toko obat dan membeli pil pencegah kehamilan.” Lapor pengawal Hans.
Sepasang mata Roger Zhu yang terpejam seketika terbelalak, kepalanya menggeleng cepat seakan lawan bicaranya bisa melihat reaksinya itu. “Apa? Beraninya dia! Cepat suruh orang kita menggagalkannya untuk minum. Dan laporkan lagi padaku apa yang dia lakukan nantinya.” Tegas Roger Zhu.
Tak lama kemudian pembicaraan di telpon berakhir, namun hati Roger Zhu terlajur memanas gara-gara laporan pengawalnya. Semakin dilawan, naluri Roger Zhu untuk menaklukkan semakin menggila. Ketertarikannya kepada Julie Fung kian menjadi-jadi. Ia kembali menghubungi pengawal Hans, masih ada hal yang harus ia ketahui saat ini juga.
“Kirimkan nomor dia sekarang!” Perintah Roger Zhu, kemudian kembali memutus panggilan itu. Beberapa menit menunggu, akhirnya ada pesan masuk yang memberikannya nomor yang ia inginkan. Seketika senyum Roger Zhu mengembang penuh.
“Kamu suka bermain-main? Baiklah aku akan meladeni permainanmu! Kamu akan berakhir dalam genggamanku, Julie Fung.”
***
‘Yang sudah terjadi ya sudahlah, kamu tetap harus melanjutkan hidup. Besok belilah pil pencegah kehamilan, kamu harus segera meminumnya. Ibu tidak mau kamu berakhir seperti nasib ibu. Kamu tidak boleh hamil karena hubungan ini.’
Julie Fung mendesah saat terngiang kata-kata yang dilontarkan ibunya tadi malam. Hatinya memang terasa plong setelah menceritakan pengalaman tidak menyenangkan yang membuat ia kehilangan keperawanan. Tapi tunggu! Julie Fung sedikit meralatnya, dibilang tidak menyenangkan pun tidak juga. Ia sedikit menikmatinya walau hanya beberapa puluh persen. Pria yang menggagahinya semalam memang berbeda dengan pria biasa, Julie Fung yakin banyak wanita yang rela menanggalkan baju demi menggoda pria itu. Apalagi ketika tahu bagaimana nikmatnya perlakuan lembutnya yang menggetarkan seluruh tubuh, Julie Fung tak menampik ikut menikmati. Namun itu saja tidak cukup membuatnya memaafkan pria itu. Setiap kali mengingat tatapan pria itu yang menjengkelkan, gaya arogannya dan bagaimana pertama kali ia memasuki tubuh Julie Fung dengan kasar dan tanpa ampun, aura kebencian langsung terpancar dari wajah Julie Fung.
“Apa aku harus meminumnya?” Kini kerisauan Julie Fung bertambah, ketika ia melangkah ke toko obat untuk membeli pil sesuai anjuran ibunya, tidak ada keraguan sama sekali dalam hatinya. Namun setelah pil itu ada di tangannya, entah mengapa hati kecilnya sedikit merasa takut untuk menelannya.
Sungguh tidak pernah terbayangkan ia harus berurusan dengan pil seperti ini. Pertimbangan Julie Fung cukup jauh, jika ia menelan pil ini mungkin ia akan selamat dari keresahan dan ancaman pria itu. Belum apa-apa saja pria itu sudah menudingnya akan hamil dan mengajukan perjanjian pernikahan, Julie Fung mengendus kesal saat terbayang keegoisan pria itu.
“Baiklah aku minum saja daripada harus jadi istrinya.” Gumam Julie Fung penuh tekad. Ia mengeluarkan sebutir pil putih kecil itu kemudian hendak memasukkan ke dalam mulutnya.
Bruk!
“Maaf... maaf nona saya buru-buru.” Ujar seorang pria yang memakai setelan kantor yang formal, membungkukkan badan sebagai permohonan maaf kemudian berlari pergi. Sepertinya sangat buru-buru hendak berangkat kerja.
Julie Fung menghela napas kasar, belum juga ia merespon permintaan maaf pria yang menubruk pundaknya, orang itu sudah berlalu pergi. Tatapannya tertuju pada pil yang jatuh sia-sia dan kotor di atas tanah. Andai bukan berada di tempat umum, Julie Fung jelas sudah menitikkan air mata. Pil itu cukup mahal dan ia rela menggelontorkan uangnya yang tidak seberapa demi obat itu. Kini hanya tersisa satu butir stoknya, namun malah membuat Julie Fung berpikir ulang.
“Apa aku memang tidak boleh meminumnya?” Gumamnya lirih.
***
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved