Bab 2 Kamu Tak Bisa Melawanku
by Andrew Wang
11:15,Sep 01,2021
Julie Fung mengepalkan tangannya, jas yang masih ia pegang itu menjadi pelampiasan dengan menggenggamnya kencang. Lagi-lagi pria itu menyebutkan tawaran semula, hendak menekan Julie Fung agar bersedia naik ke atas ranjang dengannya malam ini.
“Tuan, simpan tenagamu saja. Berapa kalipun kamu meminta, jawabanku tetap sama. Tidak!” Seru Julie Fung lantang, menatap nanar pada tuan muda Zhu yang duduk santai dengan menyilangkan kaki. Seakan menunjukkan bahwa ia punya segalanya yang tidak akan membuatnya gentar karena gertakan gadis biasa seperti Julie Fung.
“Oh, begitu... sayang sekali kamu menolak pengampunanku. Sepertinya kamu memang lebih senang terlibat masalah, baiklah aku akan menuruti kemauanmu. Pengawal Hans, panggilkan manager bar ini kemari.” Seru tuan muda itu dengan senyum smirk-nya. Prediksinya tepat, saat ia menyebutkan ‘manager’, Julie Fung langsung terbelalak dan gurat takut di wajahnya begitu kentara.
Sial, bagaimana ini? Aku tidak mau dipecat, aku membutuhkan pekerjaan ini. Batin Julie Fung bergejolak, otaknya berpikir keras mencari akal untuk mempertahankan dirinya di hadapan manager. Walaupun itu terasa sulit karena kepuasan pelanggan jauh lebih penting ketimbang membela seorang pelayan bar sepertinya. Julie Fung masih bungkam, sorot matanya melirik ke samping namun dengan tatapan kosong. Ia tidak sadar bahwa gerak-geriknya diperhatikan oleh seseorang yang kini merasa di atas angin.
Tapi... Jika aku menyanggupi tawarannya, itu berarti aku harus menyerahkan keperawananku... pada dia? Julie Fung lekas menggelengkan kepalanya, hatinya tidak terima meskipun hanya dalam bayangan saja. Debar jantungnya bergerumuh, menahan amarah karena merasa dilecehkan oleh pria itu. Tanpa ia sadari, waktu yang ia habiskan untuk berdebat dengan pikirannya justru terbuang sia-sia karena tidak ada kekuatan apapun yang terhimpun untuknya. Yang ada kini manager bar telah bergabung dengan mereka, bersiap menghakimi Julie Fung.
“Tuan muda Zhu, ada yang bisa saya bantu?” Tanya seorang pria manager yang membungkukkan badannya kepada pria yang berkuasa itu.
Sapaan yag terdengar menyebalkan sekaligus menyadarkan Julie Fung dari perdebatan batinnya yang sia-sia. Kini ia tengah disoroti oleh managernya hingga tak bisa berkutik, yang bisa Julie Fung lakukan hanya menundukkan kepala. Barulah ia sadar kesalahannya yang masih memegang barang bukti, entah cerita apa yang akan dipelintir oleh pria kaya itu karena jasnya masih di tangan Julie Fung. Gadis itu memilih untuk menyembunyikan jas itu di belakang punggungnya, gerakan reflek itu pun tidak luput dari penglihatan managernya.
“Anak buahmu membuat masalah denganku, tapi tidak tahu bagaimana cara penyelesaiannya. Apa kamu punya solusi?” Tuan muda Zhu menyeringai, jelas bahwa pertanyaan yang terdengar halus itu menusuk dengan pelan.
Julie Fung jelas paham bahwa pria itu tidak akan bermurah hati kepadanya, dan kini sedang memainkan cara agar ia terlihat sangat bersalah hingga layak dipecat. Ya sudahlah, aku bisa apalagi selain menerima kenyataan dipecat. Ibu... maafkan aku. Lirih Julie Fung pasrah dalam hati, ia rela bekerja di bar demi mencari uang pengobatan ibunya. Andai mencari pekerjaan biasa bisa semudah dan setinggi ini gajinya, mungkin Julie Fung tak akan mempertaruhkan dirinya untuk menjadi gadis bar.
“Julie Fung, apa yang kamu perbuat pada tuan muda Zhu? Cepat minta maaf!” Gertak pria manager seraya melirik tajam ke arah Julie Fung.
Julie Fung terkesiap, dengan kaku ia menuruti perintah managernya. Berharap dengan kata maaf dan perantara sang manager, ia bisa luput dari hukuman dan pemecatan. Julie Fung membungkukkan badannya, “Maafkan saya tuan muda Zhu.” Ujarnya meskipun agak geram saat harus mengucapkan gelar tuan muda pada pria arogan itu.
Tuan muda Zhu menaikkan sepasang alis tebalnya, tak lupa senyum seringainya yang kian terpampang jelas. Ia memperbaiki posisi duduknya lebih tegap seraya melipat kedua tangan di depan dada. “Apa menurutmu permintaan maaf formal begini cukup? Apa begini cara kamu mendisiplinkan karyawanmu?” Sindir tuan muda Zhu seraya menyeringai.
Pria manager itu tampak berpikir, menyinggung pelanggan sekelas Zhu memang berpotensi menimbulkan masalah besar. Ia melirik pada Julie Fung yang masih menundukkan wajahnya, melihat dengan jelas bahwa gadis itu memegang sebuah jas pria yang diyakini adalah sumber masalah.
“Saya mohon maaf atas ketidak-nyamanan dari karyawan kami. Dia anak baru di sini, ini salahku yang tidak memberinya didikan keras. Sebagai permintaan maaf kami, semua pesanan tuan malam ini akan kami gratiskan.”
Tuan muda Zhu berdecak, suasana hatinya semakin buruk. Tapi untungnya ia punya pengawal yang bisa merangkap sebagai juru bicara pada saat yang tepat. “Anda bicara seakan meremehkan tuan muda. Hanya membayar minuman ini saja, tuanku sangat mampu. Yang kami inginkan adalah pertanggung-jawaban yang lebih serius. Nona ini bukan hanya tidak sanggup membayar ganti rugi, tapi juga tidak menunjukkan itikad baik.” Jelas Hans yang ikut campur membela tuannya.
Sepasang telapak tangan Julie Fung semakin terasa dingin, dilihat dari sisi manapun ia tetap akan disudutkan dalam posisi kalah. Manager itu kembali meliriknya, tak ada harapan lagi untuk bisa membelanya lebih lanjut.
“Maafkan kami tuan, jika memang begitu masalahnya, saya serahkan urusan ini secara personal saja. Maaf jika ucapan saya tadi menyinggung anda.” Ujar pria manager kembali membungkukkan badannya sebagai pelengkap pernyataan maafnya yang tulus.
Julie Fung menggigit bibir bawahnya, ia yakin tidak akan bisa mempertahankan pekerjaan ini lagi. Bukan hanya itu saja kerugiannya, ia juga akan kehilangan kesucian yang selama dua puluh tahun ia pertahankan. Hanya karena sebuah jas, hanya karena keegoisan pemiliknya yang merasa dirinya paling hebat.
Tuan muda Zhu tersenyum, sedikit puas karena reaksi manager itu sesuai yang ia perkirakan. “Oh, baguslah. Keputusan yang netral, baiklah aku menghargaimu. Kamu tidak perlu memecatnya, aku akan membuat perhitungan kepadanya secara pribadi sesuai saranmu.”
“Baik tuan muda, terima kasih.” Ujar manager itu, kemudian ia undur diri setelah melihat kode tangan yang diangkat oleh tuan muda Zhu. Kehadirannya di sana tidak diperlukan lagi, dan ia pun tidak bisa berbuat banyak untuk menolong bawahannya.
Bola panas kini bergulir pada Julie Fung, tidak ada wasit untuk menengahi permainan yang sudah menjurus ke jalar yang menyesatkan. Tuan muda itu menyoroti Julie Fung dengan segala keangkuhannya. “Nona, aku bukan orang yang suka bermurah hati. Kalau masih ingin meneruskan tantanganmu, aku siap meladeninya tapi jangan salahkan aku kalau terjadi sesuatu kepadamu.”
Julie Fung menegakkan kepalanya, tak ada guna juga terus menyembunyikan dengan wajah yang tertunduk. “Apa maumu?” seru Julie Fung lantang, seakan menunjukkan kekalahannya namun tetap mempertahankan gengsi. Sepasang tangannya mengepal, ia pun menggertakkan gigi paska menyerukan tantangannya.
Tuan muda Zhu menyeringai, puas setelah mendengarkan jawaban pasrah itu. Ia membunyikan jemari tangannya dalam satu gerakan. “Kamu akan tahu sebentar lagi.”
***
“Lepaskan aku! Kamu gila? Jangan sentuh aku!” Pekik Julie Fung yang dibawa paksa memasuki sebuah kamar hotel VVIP yang luas. Ia sudah tahu akan berakhir seperti ini, tapi tetap saja berusaha mempertahankan diri hingga titik darah penghabisan. Tubuh ramping Julie Fung yang tinggi itu dihempaskan begitu saja hingga mendarat di atas ranjang. Sontak ia menjerit, kolaburasi antara kesakitan dan ketakutan.
Tuan muda Zhu melonggorkan dasinya, gerah setelah mengangkat tubuh gadis yang terus meronta. “Hei gadis kamu bisa diam? Hanya satu jam saja dan kamu pasti akan ketagihan, aku jamin itu!”
“Tidak... hentikan, lepaskan aku.... aaaarrrhhh!”
***
“Tuan, simpan tenagamu saja. Berapa kalipun kamu meminta, jawabanku tetap sama. Tidak!” Seru Julie Fung lantang, menatap nanar pada tuan muda Zhu yang duduk santai dengan menyilangkan kaki. Seakan menunjukkan bahwa ia punya segalanya yang tidak akan membuatnya gentar karena gertakan gadis biasa seperti Julie Fung.
“Oh, begitu... sayang sekali kamu menolak pengampunanku. Sepertinya kamu memang lebih senang terlibat masalah, baiklah aku akan menuruti kemauanmu. Pengawal Hans, panggilkan manager bar ini kemari.” Seru tuan muda itu dengan senyum smirk-nya. Prediksinya tepat, saat ia menyebutkan ‘manager’, Julie Fung langsung terbelalak dan gurat takut di wajahnya begitu kentara.
Sial, bagaimana ini? Aku tidak mau dipecat, aku membutuhkan pekerjaan ini. Batin Julie Fung bergejolak, otaknya berpikir keras mencari akal untuk mempertahankan dirinya di hadapan manager. Walaupun itu terasa sulit karena kepuasan pelanggan jauh lebih penting ketimbang membela seorang pelayan bar sepertinya. Julie Fung masih bungkam, sorot matanya melirik ke samping namun dengan tatapan kosong. Ia tidak sadar bahwa gerak-geriknya diperhatikan oleh seseorang yang kini merasa di atas angin.
Tapi... Jika aku menyanggupi tawarannya, itu berarti aku harus menyerahkan keperawananku... pada dia? Julie Fung lekas menggelengkan kepalanya, hatinya tidak terima meskipun hanya dalam bayangan saja. Debar jantungnya bergerumuh, menahan amarah karena merasa dilecehkan oleh pria itu. Tanpa ia sadari, waktu yang ia habiskan untuk berdebat dengan pikirannya justru terbuang sia-sia karena tidak ada kekuatan apapun yang terhimpun untuknya. Yang ada kini manager bar telah bergabung dengan mereka, bersiap menghakimi Julie Fung.
“Tuan muda Zhu, ada yang bisa saya bantu?” Tanya seorang pria manager yang membungkukkan badannya kepada pria yang berkuasa itu.
Sapaan yag terdengar menyebalkan sekaligus menyadarkan Julie Fung dari perdebatan batinnya yang sia-sia. Kini ia tengah disoroti oleh managernya hingga tak bisa berkutik, yang bisa Julie Fung lakukan hanya menundukkan kepala. Barulah ia sadar kesalahannya yang masih memegang barang bukti, entah cerita apa yang akan dipelintir oleh pria kaya itu karena jasnya masih di tangan Julie Fung. Gadis itu memilih untuk menyembunyikan jas itu di belakang punggungnya, gerakan reflek itu pun tidak luput dari penglihatan managernya.
“Anak buahmu membuat masalah denganku, tapi tidak tahu bagaimana cara penyelesaiannya. Apa kamu punya solusi?” Tuan muda Zhu menyeringai, jelas bahwa pertanyaan yang terdengar halus itu menusuk dengan pelan.
Julie Fung jelas paham bahwa pria itu tidak akan bermurah hati kepadanya, dan kini sedang memainkan cara agar ia terlihat sangat bersalah hingga layak dipecat. Ya sudahlah, aku bisa apalagi selain menerima kenyataan dipecat. Ibu... maafkan aku. Lirih Julie Fung pasrah dalam hati, ia rela bekerja di bar demi mencari uang pengobatan ibunya. Andai mencari pekerjaan biasa bisa semudah dan setinggi ini gajinya, mungkin Julie Fung tak akan mempertaruhkan dirinya untuk menjadi gadis bar.
“Julie Fung, apa yang kamu perbuat pada tuan muda Zhu? Cepat minta maaf!” Gertak pria manager seraya melirik tajam ke arah Julie Fung.
Julie Fung terkesiap, dengan kaku ia menuruti perintah managernya. Berharap dengan kata maaf dan perantara sang manager, ia bisa luput dari hukuman dan pemecatan. Julie Fung membungkukkan badannya, “Maafkan saya tuan muda Zhu.” Ujarnya meskipun agak geram saat harus mengucapkan gelar tuan muda pada pria arogan itu.
Tuan muda Zhu menaikkan sepasang alis tebalnya, tak lupa senyum seringainya yang kian terpampang jelas. Ia memperbaiki posisi duduknya lebih tegap seraya melipat kedua tangan di depan dada. “Apa menurutmu permintaan maaf formal begini cukup? Apa begini cara kamu mendisiplinkan karyawanmu?” Sindir tuan muda Zhu seraya menyeringai.
Pria manager itu tampak berpikir, menyinggung pelanggan sekelas Zhu memang berpotensi menimbulkan masalah besar. Ia melirik pada Julie Fung yang masih menundukkan wajahnya, melihat dengan jelas bahwa gadis itu memegang sebuah jas pria yang diyakini adalah sumber masalah.
“Saya mohon maaf atas ketidak-nyamanan dari karyawan kami. Dia anak baru di sini, ini salahku yang tidak memberinya didikan keras. Sebagai permintaan maaf kami, semua pesanan tuan malam ini akan kami gratiskan.”
Tuan muda Zhu berdecak, suasana hatinya semakin buruk. Tapi untungnya ia punya pengawal yang bisa merangkap sebagai juru bicara pada saat yang tepat. “Anda bicara seakan meremehkan tuan muda. Hanya membayar minuman ini saja, tuanku sangat mampu. Yang kami inginkan adalah pertanggung-jawaban yang lebih serius. Nona ini bukan hanya tidak sanggup membayar ganti rugi, tapi juga tidak menunjukkan itikad baik.” Jelas Hans yang ikut campur membela tuannya.
Sepasang telapak tangan Julie Fung semakin terasa dingin, dilihat dari sisi manapun ia tetap akan disudutkan dalam posisi kalah. Manager itu kembali meliriknya, tak ada harapan lagi untuk bisa membelanya lebih lanjut.
“Maafkan kami tuan, jika memang begitu masalahnya, saya serahkan urusan ini secara personal saja. Maaf jika ucapan saya tadi menyinggung anda.” Ujar pria manager kembali membungkukkan badannya sebagai pelengkap pernyataan maafnya yang tulus.
Julie Fung menggigit bibir bawahnya, ia yakin tidak akan bisa mempertahankan pekerjaan ini lagi. Bukan hanya itu saja kerugiannya, ia juga akan kehilangan kesucian yang selama dua puluh tahun ia pertahankan. Hanya karena sebuah jas, hanya karena keegoisan pemiliknya yang merasa dirinya paling hebat.
Tuan muda Zhu tersenyum, sedikit puas karena reaksi manager itu sesuai yang ia perkirakan. “Oh, baguslah. Keputusan yang netral, baiklah aku menghargaimu. Kamu tidak perlu memecatnya, aku akan membuat perhitungan kepadanya secara pribadi sesuai saranmu.”
“Baik tuan muda, terima kasih.” Ujar manager itu, kemudian ia undur diri setelah melihat kode tangan yang diangkat oleh tuan muda Zhu. Kehadirannya di sana tidak diperlukan lagi, dan ia pun tidak bisa berbuat banyak untuk menolong bawahannya.
Bola panas kini bergulir pada Julie Fung, tidak ada wasit untuk menengahi permainan yang sudah menjurus ke jalar yang menyesatkan. Tuan muda itu menyoroti Julie Fung dengan segala keangkuhannya. “Nona, aku bukan orang yang suka bermurah hati. Kalau masih ingin meneruskan tantanganmu, aku siap meladeninya tapi jangan salahkan aku kalau terjadi sesuatu kepadamu.”
Julie Fung menegakkan kepalanya, tak ada guna juga terus menyembunyikan dengan wajah yang tertunduk. “Apa maumu?” seru Julie Fung lantang, seakan menunjukkan kekalahannya namun tetap mempertahankan gengsi. Sepasang tangannya mengepal, ia pun menggertakkan gigi paska menyerukan tantangannya.
Tuan muda Zhu menyeringai, puas setelah mendengarkan jawaban pasrah itu. Ia membunyikan jemari tangannya dalam satu gerakan. “Kamu akan tahu sebentar lagi.”
***
“Lepaskan aku! Kamu gila? Jangan sentuh aku!” Pekik Julie Fung yang dibawa paksa memasuki sebuah kamar hotel VVIP yang luas. Ia sudah tahu akan berakhir seperti ini, tapi tetap saja berusaha mempertahankan diri hingga titik darah penghabisan. Tubuh ramping Julie Fung yang tinggi itu dihempaskan begitu saja hingga mendarat di atas ranjang. Sontak ia menjerit, kolaburasi antara kesakitan dan ketakutan.
Tuan muda Zhu melonggorkan dasinya, gerah setelah mengangkat tubuh gadis yang terus meronta. “Hei gadis kamu bisa diam? Hanya satu jam saja dan kamu pasti akan ketagihan, aku jamin itu!”
“Tidak... hentikan, lepaskan aku.... aaaarrrhhh!”
***
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved