Bab 9 Ibu yang kejam
by Andrew Wang
11:40,Sep 01,2021
Isak tangis Julie Fung makin menjadi setelah mengetahui riwayat hidupnya yang ternyata jauh dari kata bahagia. Terlahir dari hubungan yang tanpa status, bahkan ia tidak tahu siapa dan di mana ayahnya sekarang. Benar-benar kenyataan yang pahit, bak menelan empedu.
“Kamu pasti menyimpan pertanyaan, katakan saja tapi tolong lihat ibu.” Desis Anita Fung perlahan, ia tahu Julie Fung pasti merasa pengap berada dalam selimut padahal hawa malam ini cukup panas. Kipas angin yang sudah tua dan berisik mesinnya tidak akan menembus ke dalam selimut. Julie Fung pasti gerah di dalam sana.
Perlahan selimut itu bergerak, tersibak dari arah dalam. Julie Fung menongolkan wajahnya yang sembab saking hebohnya menangis. Hal pertama yang dilihat Julie Fung adalah senyum ibunya yang mengembang penuh, terlihat lega karena ia menuruti perkataannya.
“Kenapa....” Lirih Julie Fung, ia menundukkan kepalanya tak sanggup melihat raut wajah ibunya.
Anita Fung tidak menimpali Julie Fung, membiarkan gadis itu mengeluarkan uneg-unegnya. “Kenapa ibu masih melahirkanku? Kenapa tidak disingkirkan saja agar hidupmu tidak perlu menderita?”
Pertanyaan itu akhirnya terlontar dari Julie Fung. Sejak tadi ia terus berpikir, mengapa ibunya tidak melakukan tindakan aborsi saja. Melahirkannya ke dunia hanya membuat beban hidup wanita itu saja, sepanjang hidup tidak menikah dan hanya berfokus membesarkannya dengan susah payah. Atau mungkin Julie Fung tengah merasa frustasi mengapa dirinya harus dilahirkan jika hanya untuk menderita?
Anita Fung tercengang dengan pertanyaan yang tidak terduga itu. Ia sempat menduga pertanyaan yang akan dilontarkan Julie Fung hanya seputar pria brengsek yang tidak bertanggung jawab itu, tanya ternyata pertanyaan putrinya terdengar jauh lebih sadis. Helaan napas kasar terdengar, bercampur dengan rasa sesak di hatinya hingga Anita Fung perlu mencengkeram bajunya.
“Karena kamu karunia terbesar dalam hidupku. Membayangkan ada makhluk tak berdosa yang hidup dalam perutku, meskipun belum melihatnya saja sudah membuatku sangat bahagia. Kamu adalah sumber kebahagiaanku, bagaimana aku bisa membuangmu?” Lirih Anita Fung, melemparkan senyuman yang sangat menyentuh perasaan.
Julie Fung tak bisa berkata apa-apa lagi, tenggorokannya terasa kering, namun matanya kembali basah. Jawaban yang begitu menohok itu telah meluluhkan hatinya yang sempat dipenuhi amarah. Setelah tahu betapa berarti dan sayangnya wanita tua itu kepadanya, Julie Fung menyingkirkan selimut yang membelit tubuhnya, kemudian beranjak dari kasur dan berlutut di hadapan ibunya.
“Maafkan aku, ibu. Julie Fung salah....” Pekik Julie Fung diiringi isak tangisnya, bersujud beberapa kali memohon ampun karena telah lancang pada wanita yang telah bersusah payah melahirkan dan membesarkannya. Merasa sangat bersalah karena telah mengecewakan ibunya, ia tidak bisa menjaga diri dengan baik sehingga harus mengalami cinta satu malam dengan seorang pria yang baru ia kenal.
Anita Fung menyentuh kepala Julie Fung dengan lembut, selembut senyumannya yang tampak begitu lapang. “Jadi ceritakan pada ibu, siapa laki-laki itu?” Pinta Anita Fung dengan lembut, meyakinkan agar Julie Fung mau berbagi keluh kesah dengannya.
Malam semakin larut namun suasana kian menghangat antara ibu dan anak yang akhirnya siap membuka hati. Saling berterus terang mengungkapkan apa yang mengganjal di benak mereka. Meskipun pengakuan itu tidak bisa mengubah kenyataan, yang telah retak tidak akan pernah merekat seutuhnya lagi. Begitupun dengan kesucian yang terlanjur hilang, Julie Fung hanya bisa mengikhlaskannya dan segera melupakan cinta satu malam itu demi melanjutkan hidupnya.
***
Keesokan harinya di kediaman keluarga Zhu....
Roger Zhu melangkah mantap memasuki rumah mewah orangtuanya yang bak istana. Kesibukan di rumah besar ini sudah terlihat meski hari masih sangat pagi. Beberapa pelayan yang sibuk bersih-bersih langsung mengesampingkan pekerjaannya demi membungkuk hormat kepada sang tuan muda.
“Selamat pagi tuan muda.” Ucap beberapa pelayan itu serentak saat Roger Zhu berjalan melewati mereka.
Hanya senyum tipis yang tampak sebagai respon pria muda itu, saking malasnya ia berinteraksi dengan mereka. Namun senyum tipis itu redup ketika seorang pengawal tua kepercayaan ibunya yang muncul menyambutnya. Roger Zhu menghentikan langkahnya, ia tahu maksud pria itu itu yang seperti tertulis di jidatnya.
“Selamat pagi tuan muda, anda sudah ditunggu nyonya besar di ruang kerja.” Ujar pengawal Ming itu seraya membungkuk hormat.
Roger Zhu termangu sejenak, tapi sedetik kemudian ia pun merespon pria tua itu. “Baiklah, terimakasih pengawal Ming.”
Jika bukan berhadapan dengan tangan kanan ibunya, Roger Zhu tidak akan segan berlaku hormat pada pria tua itu. Bagaimanapun juga ia harus mengakui kekuasaan di rumah ini sepenuhnya ada di tangan nyonya besar. Meskipun sang nyonya lebih banyak menghabiskan waktu di luar negeri, tapi tetap saja setiap kali ia kembali, Roger Zhu selalu sakit kepala dibuatnya.
Roger Zhu memasuki ruang kerja bergaya Eropa, desain yang khusus dipesan ibunya yang begitu menggilai segala hal yang berbau Perancis. Roger Zhu mengetuk pintu sebelum melangkah lebih jauh, setidaknya memberi kode bahwa ia ada di sini.
“Masuklah.” Perintah sang nyonya dengan lantang dan penuh wibawa. Wanita tua itu duduk dengan menyilangkan kaki di kursi kebesarannya. Ia tampak begitu anggun, kharismatik, dan ditunjang oleh gaya berbusana serta dandanannya yang sepadan. Tidak terlihat sama sekali dalam gurat wajahnya bahwa ia adalah wanita yang telah memasuki usia kepala 6.
“Ibu.” Panggil Roger Zhu dengan suara yang sedikit bergetar. Berat untuk memanggilnya namun tidak bisa terelakkan karena ini sebuah keharusan.
“Apa yang kamu kerjakan sampai lembur dan pulang sepagi ini? Hmm....” Hardik wanita itu, ketus. Sang wanita pemilik kuasa yang begitu ditakuti oleh orang-orang kecil, tidak ada yang berani berurusan dengan nyonya Xi Er.
Roger Zhu terdiam, malas menghadapi suasana ini. Setiap kali bertemu ibunya, bukan kehangatan atau perhatian yang ia dapatkan. Semua yang keluar dari bibir wanita itu selalu menyakitkan. Hidup Roger Zhu bagaikan permainan wayang, semua tali dikendalikan oleh ibunya.
“Aku minum dan bermain sampai pagi.” Jawab Roger Zhu tanpa rasa bersalah.
“Dan kamu sangat bangga sudah menjadi pecundang seperti itu? Karin mengeluh padaku, ia kesulitan menghubungimu sejak kemarin. Dan kamu dengan entengnya menjawab pergi minum dan main? Ibu peringatkan sekali lagi, jangan main-main denganku. Sekali kamu membuat keluarga Zhang meragukanmu. Ibu akan buat perhitungan padamu!” Kecam nyonya Xi Er.
Roger Zhu mengepalkan tangannya, telinganya sudah cukup penuh dengan segala hardikan dan ancaman dari wanita itu. Hal yang sangat memuakkan, Roger Zhu tidak ingin tali di tangan ibunya selalu mengikat kaki dan tangannya. Ia harus memutus tali itu secepatnya!
“Perhitungan apa? Ibu belum cukup menghancurkan hidupku dengan pernikahan bisnis waktu itu? Aku tidak masalah menduda berapa kalipun, bukan aku yang dirugikan. Sekarang ibu sedang mencarikan aku korban selanjutnya. Siapa dia? Ah... nona muda dari keluarga Zhang yang berpengaruh itu? Akan ku pastikan dia akan mengalami nasib yang sama seperti nona dari keluarga Chen. Dia akan menjadi janda, bekas istri tuan muda Zhu.” Kecam Roger Zhu, tanpa rasa takut dan segan menatap ibunya yang tampak sangat marah mendengar celotehannya.
“Diam! Tutup mulutmu!” Pekik nyonya Xi Er, menyusul sebuah tamparan keras yang ia layangkan tepat di pipi Roger Zhu.
***
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved