Bab 1 Aku Ingin Kamu, Wanita!

by Andrew Wang 11:15,Sep 01,2021
"Wanita, berapa maharmu?" Suara bariton seorang pria yang dengan angkuh bertanya tentang kesediaan seorang gadis muda yang berdiri di depannya.

Gadis muda yang berdiri berkacak pinggang sembari melototkan sepasang mata indahnya, menunjukkan keberaniannya yang terpacu lantaran harga dirinya disentil oleh pria angkuh itu.
"Kamu tidak akan bisa membeliku, jangan mimpi." Bentak gadis itu tak gentar, tak peduli siapa yang tengah ia hadapi saat ini.

Senyum seringai pria itu terlihat, dengan wajah santai serta tangan yang terlipat di depan dada, melirik penuh arti pada gadis pemberani yang berkacak pinggang di depannya. "Cih... Kamu tahu dengan siapa kamu berhadapan gadis sombong?" Tanya pria tampan itu angkuh.

Si gadis mendelik, kesombongan yang kentara itu semakin membuatnya tidak senang. "Sekalipun kamu seorang raja, aku tidak peduli. Aku tetap akan membayar kerugian dari kesalahanku tanpa perlu menerima mahar dari anda."

Senyum seringai terlihat dari lekuk bibir si pria muda yang duduk bersandar dengan menyilangkan kaki, mengenakan jas yang setengah basah tertumpah segelas wine akibat kecerobohan gadis pelayan yang angkuh itu. "Kamu yakin sanggup membayar kerugianku?" Tanya pria itu sinis hingga membuat darah gadis di hadapannya mendesir, ada rasa gugup yang menyelip dalam hatinya, mengaburkan keberanian yang ia suarakan dengan lantang barusan.

"Ng... Aku tidak tahu, tapi aku akan membayarnya tenang saja." Si gadis kembali berujar walau tak selantang awalnya.

Pria itu berdecak, tampak menyukai sifat keras kepala gadis yang tidak mengukur kemampuannya itu. "Oh, kalau itu maumu, baiklah... Pengawal Hans, tolong berikan bill tagihan untuk nona ini. Pastikan padanya kapan dan bagaimana cara pembayarannya." Seru pria itu tampak menikmati permainan yang baru di mulai, ketika ia berbaik hati lantaran tertarik menawarkan cara pembayaran yang praktis dengan one night stand bersama namun ditolak mentah-mentah oleh gadis itu.

"Baik tuan muda." Jawab pengawal bernama Hans itu patuh pada perintah tuannya. Ia mengeluarkan secarik kertas yang kemudian ditanda tangani oleh pria muda yang berstatus bosnya itu. Tatapan pria berjas itu tidak lepas dari si gadis, bahkan sedetikpun ia tidak mau melepaskan sasarannya.

“Ini tagihannya nona, ganti rugi atas perbuatan tidak menyenangkan yang mengakibatkan jas tuan kami kotor. Biayanya sebesar dua puluh juta rupiah, anda ingin membayarnya dengan cara bagaimana nona Julie Fung?” Ujar pengawal itu kalem, tapi ketenangan itu tidak menular pada gadis bernama Julie Fung itu. Gara-gara mendengar sejumlah uang besar yang tak disangkanya, mulut gadis itu ternganga, shock lantaran namanya disebut. Sial, dari mana dia tahu namaku? Tanya Julie Fung dalam hati.
“Ehem, jadi bagaimana nona Julie Fung?” Pengawal itu sengaja berdehem untuk mempertegas gadis itu lagi.

“Kenapa? Nggak sanggup membayarnya kan?” Sinis pria muda yang belum Julie Fung ketahui namanya.

Ini curang, dia bahkan tahu namaku tapi aku sama sekali tidak tahu apapun tentang dia. Gerutu Julie Fung lagi, jelas saja dalam hatinya. Bukan hanya itu yang ia kesalkan, tatapan sinis pria muda itu seakan menyindir ketidak mampuannya sekarang. Ya, harus Julie Fung akui ia memang tidak sanggup membayar uang sebesar itu, bahkan uang tabungannya saja tidak ada sebesar itu.

“A... aku....”

“Kamu apa hmm?” Sindir si tuan muda.

Julie Fung menatap balik tuan muda itu tak kalah jutek, seraya berkacak pinggang ia bertingkah menantang. “Aku nggak mau bayar ganti rugi tidak masuk akal itu! Apanya yang dua puluh juta? Hanya buat ongkos laundry jas saja tak perlu berjuta-juta, kamu sengaja mau memeras aku kan!”

Senyum seringai tuan muda itu muncul lagi, kali ini ia berdecak, baru kali ini ada yang berani menantangnya terang-terangan. Seorang gadis pula, sungguh tantangan yang sangat menarik bagi tuan muda dari keluarga terpandang itu mendapatkan gadis antik.

Hmmm... menarik! Ungkap tuan muda Zhu dengan senyum smirk-nya. Melirik penuh antusias pada seorang gadis muda yang mempunyai keberanian besar melawannya. Belum pernah ia berhadapan dengan gadis keras kepala yang berani bermain-main dengannya, membuat bos muda itu tergoda dengan pesona dan kepala batunya.

Julie Fung bingung melihat sikap diam pria di hadapannya, angkuh dan air mukanya yang tegas menandakan orang yang tengah di hadapinya berhati dingin. Sedikit membuat Julie Fung gentar, namun ia masih berusaha untuk melawan penindasannya. Entah mengumpulkan keberanian darimana, Julie Fung mendekati pria yang tengah duduk dengan tangan terlipat itu, gerakan yang sontak membuat pengawal di dekat bos muda itu bereaksi.

“Nona, jaga siap anda!” Sergah pengawal Hans menghadang di hadapan tuannya, tidak membiarkan Julie Fung menyentuh tuannya. Namun Julie Fung tidak menyerah, ia malah sedikit menunduk dan tangannya terjulur meraih jas yang disampirkan di pegangan sofa.

Gerakan lincah Julie Fung membuat bos muda Fam itu takjub, meskipun tidak melukainya namun berhasil membuatnya terkejut. Ia tersenyum seringai, semakin gadis itu bertingkah, kian memancing adrenalinnya untuk bermain-main.

“Aku hanya mau mengambil jas kotor ini.” Ujar Julie Fung tak menunjukkan rasa bersalah, padahal ia nyaris saja diserang oleh seorang pengawal, andai nekad menyentuh tuannya walau secuil. Julie Fung tersenyum angkuh, merasa menang selangkah dari orang kaya dan berkuasa yang hendak menindasnya. Ia tidak akan membiarkan semudah itu terjadi, meskipun tidak punya kekuasaan untuk mengimbangi, setidaknya ia masih punya keberanian dan harga diri.

“Tapi anda tetap tidak diijinkan mendekati tuanku secara spontan. Tindakan anda barusan bisa membuat masalah di kemudian hari.” Ujar Hans sedikit geram, namun ia tidak bisa bertindak lebih jika tuannya tetap diam. Selagi tidak ada instruksi apapun darinya, gerak-gerik pengawal itu masih dalam batasan.

Tuan muda Zhu masih betah bergeming, menatap lekat pada ekspresi wajah Julie Fung yang makin sombong. Begitu menggodanya untuk mengenal lebih dekat pelayan bar itu.

“Tuan muda, aku akan mencuci jas ini dengan bersih dan dijamin aman, tidak akan lepas sehelai benangpun. Karena aku merasa uang dua puluh juta untuk ongkos laundry itu berlebihan. Harap anda bersedia menunggu sampai aku selesai bertanggung jawab.” Seru Julie Fung dengan lantang dan tersenyum sok manis.

Tuan muda Zhu menaikkan satu alisnya, meragukan tawaran pertanggung-jawaban yang dilontarkan sepihak itu. “Bagaimana aku bisa mempercayaimu? Bisa saja kamu ingin mengambil keuntungan dari barangku. Atau mungkin kamu berniat membersihkan lalu menjualnya? Siapa tahu kan? Selama tidak ada jaminan, aku tidak akan setuju!”

Julie Fung menggertakkan giginya, geram mendapatkan jawaban angkuh yang sarat keraguan pada niat baiknya. “Baiklah, aku akan memberikan jaminan ID card-ku.” Ujar Julie Fung setelah berpikir sesaat. Rasanya itu sudah cukup kuat untuk menjadi bahan sitaan pria itu karena kartu identitas itulah barang berharganya.

Tak disangka tuan muda Zhu justru berdecak, menatap tajam pada Julie Fung yang dianggap sedang mengajaknya bermain. “Itu tidak cukup! Aku mau yang lebih sebagai bukti kamu beritikad baik, wanita!”

“Apa?” Jawab Julie Fung spontan, terpancing amarah yang masih ia tahan agar tidak meledak sepenuhnya. Ia merasa dipersulit oleh seorang pria yang mentang-mentang memiliki kekuasaan untuk menindasnya.

Pria muda itu tersenyum seringai, sorot matanya seakan bisa menyayat hati siapapun yang menatapnya, saking tajamnya. Dengan enteng pula bibirnya melontarkan sebuah jawaban, “Aku ingin kamu, wanita!”

***

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

67