Bab 10 Kematian Wanita Di Lantai 2

by George 09:49,Jul 23,2021
Malam itu, setelah Juna Wang masuk ke kamar dia tidak pergi keluar lagi. Sepertinya dia sudah tertidur, sementara Horas Ning dan aku malah tidak bisa tertidur, karena kami berdua merasa kalau masalah ini berakhir terlalu tiba-tiba, dan ini tidak seperti benar-benar berakhir.

Horas Ning terus berbisik di telingaku: Menurutmu hantu itu kemarin bertemu kita lalu bersembunyi bahkan dia juga merasuki tubuh orang lain, tapi setelah berada di hadapan Suhu Wang dia berubah menjadi tenang, bahkan kita tidak mendengar pergerakan apapun, masalah ini sudah beres begitu saja?

Dalam hatiku juga sedang memikirkan hal-hal itu, aku kemudian dengan santai menjawab: Ya orang itu kan orang ahli, wajar saja.

Malam ini Horas Ning dan aku jelas tidak bisa membicarakan hal ini dengan begitu jelas, jadi kami akhirnya jatuh tertidur.

Keesokannya Juna Wang bangun begitu awal, aku dan Horas Ning juga bisa bangun karena dibangunkannya. Dan aku baru teringat kalau aku belum memberinya uang, aku kemudian bertanya berapa biayanya.

Juna Wang melirikku beberapa kali dan berkata: Tidak usah lah, kamu cukup pikirkan baik-baik apa yang aku katakan padamu kemarin. Setelah kamu memikirkannya, dan bersedia bekerja sama denganku, langsung hubungi saja aku.

Aku tersenyum dan menjawab ya, tapi dalam hatiku tidak tega meninggalkan tempat ini. Bagaimanapun, tempat ini adalah tempat dimana aku dan kakek saling hidup bersama dan bergantung satu sama lain.

Juna Wang pun tidak lagi bicara omong kosong denganku. Selesai makan sarapan dia langsung pergi dari rumahku. Horas Ning yang sudah 2 hari tidak pergi ke tokonya, setelah Juan Wang pergi, dia juga kembali ke tokonya untuk melihat tokonya, lagi pula sebelum dia menutup tokonya dan pergi ke kota, dia masih harus mengurusi dan menyelesaikan barang-barang yang tersisa itu secepat mungkin.

Adapun meja buku berhantu, Juna Wang tidak membiarkan Cheno dan Shena Bai memindahkannya. Meja itu masih tinggal di toko kecilku. Ketika aku membersihkan toko kecilku dan melihat meja buku itu aku masih merasa sedikit merinding.

Sekarang setelah semuanya teratasi, aku masih harus menyiapkan toko meramalku, jadi aku pergi mencari perusahaan periklanan kecil dan meminta mereka untuk membuatkanku papan inkjet.

Papan nama itu sangat sederhana, apa yang tertulis di atasnya adalah toko ramal, dan di bawaynya tercetak nomor teleponku. Singkatnya, ini terlihat begitu norak dan biasa saja, tapi ini tentu saja sangat menghemat pengeluaranku.

Benda ini dengan sangat cepat terbuat, dan perusahaan periklanan besoknya sudah memasangkannya untukku, dan toko kecilku berubah dari toko peralatan orang meninggal menjadi toko seorang peramal.

Hanya saja setelah 3 hari buka aku masih tidak memiliki pengunjung, hanya Horas Ning yang punya waktu untuk datang dan mengunjungiku, dia kemudian menertawakanku, mengatakan aku lebih baik menyewakan toko kecil ini, itu setidaknya lebih baik daripada keadaan saat ini.

Dan dalam sekejap mata, aku tiba di hari keempat pembukaan toko kecilku. Ketika aku sarapan dan hendak membuka pintu, tiba-tiba aku mendengar seorang pria berteriak dari atas lantai dan suara ini bukan suara dari penyewa rumahku.

Ketika aku mendengar suara itu, aku naik ke atas dan melihat seorang pria berdiri di pintu rumah Lily Xiang, itu seharusnya tamu yang dibawa Lily Xiang.

Pria ini memiliki kepala yang gemuk dan telinga yang besar, dan perut hampir sama dengan seperti wanita hamil, dan yang terpenting adalah dahi-nya sangat hitam dan wajahnya penuh dengan jamur.

Selain itu, garis putus-putus dan kerusakan muncul di kerutan tengah hidungnya-nya, ini merupakan tanda kemalangan.

Selain itu, matanya merah, dan takdirnya begitu kacau, itu adalah simbol seorang tahanan.

Pria gendut ini dirundung kemalangan, aku sebelumnya tidak pernah melihat wajah sesial itu. Dia berdiri di depan pintu kamar Lily Xiang, si Lily Xiang itu dia tidak mungkin kan...

Memikirkan hal ini, aku bergegas bertanya kepada pria gendut itu: Ada apa?

Saat aku berbicara, aku melirik ke dalam kamar, dan Lily Xiang sedang berbaring tak bergerak di tempat tidur.

Aku bertanya kepada pria gendut itu: Kamu siapa, kamu mengapa ada di rumahku, apa yang terjadi dengan Lily Xiang?

Pria gendut itu terlihat memiliki mental yang lemah, saat aku menanyakan itu dia menangis dan berkata: Dia, dia sudah mati!

Ketika pria gendut itu berteriak, penyewa rumahku yang lain sudah datang mengelilinginya, dan mereka gempar ketika mendengar kata"Dia mati".

Aku pun juga tercengang.

Melihat aku tercengang, pria gendut itu menoleh dan bertanya padaku: Kak, bagaimana ini?

Aku mengangkat kakiku dan menendang perut pria gendut itu sembari berkata: Memangnya aku akrab denganmu, sampai kamu memanggilku kakak hah? Orang ini kamu yang membunuhnya ya? Apanya yang bagaimana, tentu saja panggil polisi, ya, panggil polisi!

Ketika aku mengatakan itu, aku segera mengeluarkan ponselku untuk memanggil polisi, dan semua penyewa di sebelahku menyelinap kembali ke kamar, tampaknya siap untuk berkemas dan pergi, alasan terutama mereka karena mereka tidak ingin ikut terlibat masalah.

Aku takut mereka pergi, dan aku nanti tidak bisa mengatakan kasus ini dengan jelas jadi aku berkata: Siapapun tidak ada yang diizinkan pergi. Tunggu setelah polisi tiba baru dibicarakan lagi.

Aku biasanya yang terlihat seperti penyewa rumah yang kejam, dan ketika aku berteriak seperti ini, tidak ada dari mereka yang berani pergi.

Ketika aku berteriak, panggilanku sudah tersambung, pihak polisi bertanya tentang situasiku, dan aku disini mengatakan kalau ada orang mati di sini. Kemudian aku memberi tahu mereka alamatnya. Polisi memintaku untuk tenang, melindungi tempat kejadian, dan mengatakan kepadaku kalau mereka akan segera datang.

Sebelum polisi datang, pria gendut itu ingin lari, tetapi aku memblokirnya jalannya. Dan di saat yang sama, aku juga mengancamnya: Kalaupun orang ini bukan kamu yang membunuhnya, polisi nanti tentu akan menyelidikinya dengan jelas, tapi kalau kamu lari sekarang, maka kamu akan benar-benar menjadi tersangka.

Kabupaten kami tidak besar, dan tempat tinggalku tidak sulit untuk ditemukan. Setelah beberapa saat, aku mendengar suara mobil polisi, dan kemudian polisi dan dokter forensik bergegas ke tempat kejadian.

Keamanan publik di daerah kami cukup baik. Sangat sedikit terjadi kasus pembunuhan, dan setelah di tempatku terjadi kasus pembunuhan, ini tentu saja langsung menarik perhatian polisi. Rumahku segera ditutup, dan garis kuning langsung dipasang. Sementara dokter forensik sedang menyelidiki kasus ini, juga ada beberapa polisi yang mulai membuat catatan dan meminta keterangan dari kami dan kami semua menduga kalau pria gendut itu yang membunuhnya.

Saat kejadian tadi terjadi, kami semua melihat dengan mata kepala kami sendiri, jadi pengakuan kami semua hampir sama, kami dengan cepat menghilangkan kecurigaan polisi atas kami. Polisi juga mulai menahan pria gendut itu, dan pria gendut itu terus menangis dan mengatakan kalau dia difitnah, dia juga bilang kalau orang itu mati sendiri, dan dia baru tahu ketika dia bangun pagi tadi.

Setelah beberapa saat, seorang wakil kepala kantor polisi juga bergegas, dan kemudian wartawan dari stasiun TV kabupaten mengikuti kasus ini. Untuk sementara, halaman rumahku penuh dan sesak dengan orang-orang.

Tidak butuh waktu lama bagi dokter forensik untuk menentukan penyebab kematian Lily Xiang. Kematian mendadak ini disebabkan oleh iskemia jantung mendadak dan ini pada dasarnya menghilangkan tuduhan pembunuhan. Namun, hasil spesifik harus menunggu mayat pergi ke rumah sakit untuk melakukan otopsi yang lebih detail.

Wakil kepala polisi menghela napas lega ketika dia mendengar kalau itu bukan insiden pembunuhan publik yang kejam, dan kemudian pergi setelah berbicara beberapa patah kata kepada reporter.

Kemudian polisi disini terus mengumpulkan bukti, tubuh Lily Xiang dibawa pergi. Kamar tempat tinggal Lily Xiang untuk sementara disegel dan mereka mengatakan kepadaku kalau perabotan di rumah tidak boleh di sentuh sampai masalah ini selesai diselidiki.

Aku pun mengangguk cepat.

Penyelidikan ini berlangsung setengah hari, dan setelah beberapa pertanyaan terperinci, polisi membawa pria gendut itu pergi, dan penyewa lainnya dan aku untuk saat ini masih baik-baik saja.

Setelah polisi pergi, semua penyewa mendatangiku, mengatakan kalau mereka ingin pergi dan pindah.

Aku bisa mengerti hal ini. Lagi pula, tidak ada yang mau tinggal di sebelah rumah tempat orang mati. Aku dengan enggan mengatakan kalau aku bisa menurunkan harga sewa mereka, tetapi mereka masih menolak untuk tetap tinggal. Dalam waktu sehari, penyewa rumahku semuanya pindah. Dan aku tentu saja masih harus mengembalikan uang sewa lebih penjaga warnet gendut itu padanya.

Di malam hari, aku ditinggalkan sendirian di rumah. Rumahku saat ini sudah kosong, dalam hatiku tidak bisa menahan perasaan suram. Yang paling penting adalah tokoku di lantai pertama sudah dihantui oleh hantu, dan sekarang di lantai 2 sudah ada bekas tempat orang meninggal.

Memikirkan ini, dalam hatiku merasa dingin, dan keringat dingin mulai bercucuran di sekujur tubuhku.

Aku tidak berani tinggal di sini sendirian, jadi aku menelepon Horas Ning dan bertanya apakah aku bisa menginap di rumahnya semalam.

Horas Ning berkata: Aku sedang tidak di kabupaten. Aku sudah di rumah pamanku. Ada apa denganmu, tumben mau nginap di rumahku?

Aku tanpa daya memberi tahu Horas Ning tentang situasiku di sini. Setelah mendengar perkataanku, dia terkejut dan berkata: Kamu sial sekali ya, di rumahmu sudah tidak ada satu penyewapun. Dan kamu malam ini harus menjaga toko yang pernah dihantui hantu dan kamar yang pernah memakan korban?

Mendengar itu aku menjawab: Iya, oleh karena itu aku ingin pergi ke rumahmu dan menginap disana selama 2 hari.

Horas Ning disana sedikit tidak enak berkata: Oh, tapi sayang sekali aku tidak di rumah, atau kalau tidak aku telepon ayahku jadi kamu langsung saja pergi menginap di rumahku.

Dia tidak di rumah, dan aku tidak dekat dengan orang tuanya, jadi jelas saja kalau aku tidak enak untuk pergi ke sana, jadi aku langsung berkata: Ya sudah tidak apa-apa, aku beberapa hari ini tinggal di hotel saja, kalau rumah ini aku sendiri tidak berani tinggal di sini.

Horas Ning pertama-tama menyatakan simpati, dan kemudian bertanya apakah aku mau pergi ke kota main beberapa hari.

Aku sekali memikirkan itu, teringat tokoku yang tidak akan bisa melakukan bisnis dengan lancar, dan rumah yang tidak ada penyewa, aku sendiri masih tidak berani tinggal sendirian di rumah, jadi aku hanya setuju untuk tinggal di kota selama beberapa hari.

Dalam sekejap mata hari sudah berubah petang, aku mengemasi barang-barangku dan bersiap untuk mencari hotel untuk menginap selama semalam. Baru besok paginya aku pergi ke kota. Ketika aku keluar dari rumah, aku selalu merasa kalau belakang punggungku dingin, tapi di rumah ini hanya tersisa aku sendiri, aku juga tidak berani melihat ke belakang, jadi aku hanya bisa bergerak keluar dengan cepat.

Langkahku tertatih, dan aku mendengar di belakangku ada suara seorang wanita yang samar tengah menangis, tetapi suara ini datang dengan cepat dan pergi dengan cepat, dan aku tidak yakin apakah aku sedang berhalusinasi atau apakah memang ada seorang wanita yang menangis.

Tapi apakah itu ada atau tidak, aku tidak berani melihat ke belakang.

Aku mengambil napas dalam-dalam, memasukkan jari telunjukku ke dalam mulutku, lalu menggigit jariku dan itu terasa sakit, aku buru-buru menggambar garis vertikal di atas dahiku, baru setelah itu aku merasakan udara dingin di belakangku sedikit menghilang.

Hihi!

Saat aku membuka pintu dan hendak melangkah keluar, tiba-tiba terdengar tawa seorang wanita dari belakangku. Suara ini tidak diragukan lagi adalah suara Lily Xiang. Gawatlah, apakah aku mungkin akan bertemu hantu lagi.

Aku tidak berani melihat ke belakang, membuka pintu, bergegas keluar, dan kemudian menutup pintu dengan membelakangi pintu.

Setelah pintu tertutup, aku perlahan berbalik dan mengunci pintu.

Hihi!

Ada tawa sinis wanita lain. Tepat di pintu ini, aku hampir menjatuhkan kunci di tanganku. Kemudian aku mundur beberapa langkah dengan cepat dan bersandar ke dinding di sisi lain gang.

Aku menatap pintu rumahku dengan tatapan kosong, karena takut ada sesuatu yang akan keluar melalui pintu itu.

Setelah memastikan tidak ada yang mengejar, aku berlari ke gang, sialan, hantu ini terlalu iseng, untungnya aku tidak punya rencana untuk tinggal di rumah, kalau tidak malam ini aku pasti akan mati ketakutan.

Sebelumnya saat menghadapi tubuh Lily Xiang yang kerasukan, aku berani mencoba kemampuanku, karena semua penyewa ada di rumah, Horas Ning juga ada di sampingku, dan itu juga di siang hari, tapi sekarang sudah malam, hari sangat gelap dan hanya ada aku seorang di rumah.

Nyaliku langsung kecut...

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

60