Bab 7 Suhu Wang
by George
09:48,Jul 23,2021
Setelah Lily Xiang pergi, dalam hatiku terus merasa kesal, aku dan Horas Ning tadi seharusnya sedang membantunya, tetapi pada akhirnya, malah aku yang kehilangan uang sewa selama 5 bulan.
Pada saat ini, di rumah hanya tinggal aku dan Horas Ning, ketika Lily Xiang pergi, hantu itu sudah meninggalkan tubuhnya.
Dengan kata lain, hantu itu masih bersembunyi di salah satu sudut rumahku. Memikirkan hal ini, aku melirik Horas Ning, dan dia juga menatapku diam-diam.
Tanpa menungguku berbicara, Horas Ning berkata: "Dicky, sebaiknya kita tidak usah menunggu di rumahmu. Rasanya sangat tidak aman. Tunggu di luar saja yuk. Kalau suhu itu tiba dia pasti akan menelepon kita.
Aku mengangguk ya, kemudian mengikuti Horas Ning untuk menunggu di luar.
Pertama-tama kami pergi makan, selesai makan kami mengelilingi Sungai Minxin beberapa putaran, dan itu hampir memakan waktu setengah hari.
Di jalan bertemu beberapa peramal mereka bertanya apakah aku ingin di ramal, aku kemudian malah memberi mereka satu persatu ramalan gratis, membuat mereka tidak bisa berkata-kata.
Setelah itu aku baru merasa kalau moodku jauh lebih baik. Horas Ning di sebelahku terus berbicara: Dicky, apa yang kamu katakan tadi sangat bagus, katakan jujur padaku, level setinggi apa yang kamu miliki hingga membuat para peramal itu malu padamu.
Aku sendiri tidak tahu aku sampai di level apa.
Menurut perkataan kakek, kami para peramal dibagi menjadi empat tahap: Langit, Xuan, Tanah dan Huang. Pakaian yang dikenakan oleh peramal dari setiap tahap berbeda. Peramal di tahap Huang memakai baju yang sama dengan pendeta.
Pakaian peramal tahap Tanah mengenakan warna kuning keemasan, dan gayanya tidak jauh berbeda dengan pakaian pendeta.
Pakaian tahap Xuan dan tahap Langit sangat berbeda dari pendeta, dan warnanya juga berbeda dari tahap Tanah dan tahap Huang, tetapi kakek tidak menjelaskan perbedaannya.
Karena aku terlalu memikirkan hal ini, aku jadi lupa menjawab Horas Ning. Dia menyenggolku dan bertanya apa yang sedang aku pikirkan. Aku kemudiN dengan santai berkata: Aku merindukan kakekku..
Sebelum aku selesai bicara, ponsel Horas Ning berdering, dan dia segera membuat gerakan diam kepadaku dan berkata dengan penuh semangat: telepon dari suhu Wang.
Aku berdehem menyuruhnya untuk segera mengangkat itu.
Horas Ning mengangkatnya dan menekan tombol speaker, berkata: Suhu Wang, kamu sudah di sini?
Suara suhu Wang terdengar rendah dan kaku: Iya, tapi pintu rumah terkunci, kalian tidak di rumah ya.
Aku meraih ponsel Horas Ning dan berkata: Kami akan kembali sekarang, kami akan segera tiba di depan pintu, Suhu Wang tunggu sebentar ya.
Suhu Wang berdehem, menyuruh kami cepat pulang baru akhirnya menutup telepon.
Horas Ning dan aku juga berlari cepat kembali ke rumah.
Tak lama kemudian kami sampai di depan tokoku yang sudah tutup. Di depan pintu, kami melihat seorang laki-laki berpakaian kasual berwarna hitam. Dia juga membawa tas kerja coklat kuno yang tidak sesuai dengan pakaiannya.
Meskipun dia memunggungi kami, tapi aku masih bisa merasakan kharisma yang luar biasa dalam dirinya, tidak salah lagi, dia pasti Suhu Wang.
Suhu Wang? Aku bertanya dengan ragu-ragu.
Pria itu menoleh dan menatapku, lalu melirik Horas Ning lagi, baru mengangguk dan berkata: Ya ini aku, siapa orang pemilik masalah di antara kalian berdua?
Aku segera berkata: Aku, ini rumahku.
Suhu Wang berdehem, lalu mengulurkan tangannya kepadaku: Halo, aku suhu Wang orang yang kamu cari, nama lengkapku Juna Wang, kamu cukup memanggilku suhu Wang, aku barusan mengelilingi sekitaran ini. Hantu itu ada di dalam ini, sangat tenang, sepertinya bukan hantu jahat.
Aku dengan cepat menerima uluran tangan tangan suhu Wang dan berjabat dengannya, aku juga menyebutkan namaku dan Horas Ning.
Saat suhu Wang ini berbicara aku juga sambil melihat wajahnya. Dia memiliki fitur wajah yang baik. Kecuali simbol persaudaraannya yang menunjukkan kalau dia adalah satu-satunya anak dalam keluarga, semua bagian lain terlihat bagus, dan tanda di kedua ujung dahinya bersinar, seperti nasibnya akan bersinar di mana-mana.
Menurut usia yang ditunjukkan di wajahnya, dia harusnya berada di akhir usia 29 atau usia 30 awal, dan tempat di mana keberuntungan zaman ini muncul adalah dua simbol hutan gunung di kiri dan kanan dekat dahinya.
Dengan kata lain, Juna Wang akan memiliki kekayaan besar dalam usia 29 tahun akhir atau 30 tahun awal.
Aku hanya sibuk membaca wajahnya hingga lupa untuk menjawabnya. Horas Ning kemudian mendorongku dan membantuku bicara: Suhu Wang, lalu apa yang harus kita lakukan sekarang, kamu butuh waktu berapa lama untuk bisa menaklukannya?
Juna Wang tidak menjawab pertanyaan Horas Ning, tetapi menatapku dan berkata: Tatapanmu melihat orang seperti mata orang yang tahu cara meramal, apakah kamu bisa meramal?
Ketika dia berbicara kepadaku, aku selalu merasakan ada suatu keagungan yang menekanku, jadi aku dengan hati-hati mengangguk menjawab: Bisa sedikit, aku belajar dari kakek.
Juna Wang menatapku dan tidak bertanya lagi, tetapi tiba-tiba berbalik dan berkata kepada Horas Ning: Kamu barusan bertanya harus bagaimana, kan? Pertama-tama kamu harus menemukan keluarganya terlebih dahulu. Kamu di telepon bukannya bilang kalau kamu mendapatkan meja buku itu kemudian memberikannya kepada temanmu? Nah darimana meja buku itu berasal kamu harusnya tahu kan, pergi dan panggil orang rumah mereka untuk kemari.
Horas Ning menatap Juna Wang dengan tatapan bingung, lalu menoleh dan menatapku.
Aku mengangkat bahuku dan berkata: Lakukanlah.
Horas Ning menjawab ya: Hari sudah hampir gelap, apakah orang itu mau ikut denganku?
Tiba-tiba aku teringat sesuatu yang pernah kakek katakan padaku, dan aku dengan meniru perkataan kakek berkata pada Horas Ning: Kamu beritahu mereka apa yang terjadi di sini, leluhur mereka sedang gelisah, dan itu karena keberuntungan di rumah pasti berantakan. Kamu beritahu mereka kalau ingin membalikkan keberuntungan, maka harus datang untuk menenangkan leluhur mereka, atau kalau tidak mereka akan terus tidak beruntung.
Juna Wang menatapku dengan sedikit terkejut: Kamu masih mengerti beberapa hal ini?
Aku berdehem dan menjawab sedikit, aku mempelajarinya dari kakekku.
Setelah Horas Ning pergi, Juna Wang tidak segera memintaku untuk membuka pintu, tetapi mengobrol denganku di depan pintu masuk toko kecil ini.
Dia mulai bertanya-tanya topik di sekitar aku dan kakekku, dan jawabanku selalu sederhana, dan aku bilang kalau kakekku telah pergi, dan dia mungkin salah mengerti dengan apa yang ku maksud, dia pasti mengira kakek sudah mati, jadi tidak bertanya lagi.
Kemudian dia bertanya padaku seberapa hebat aku, dan bertanya apa yang aku lihat dari wajahnya barusan.
Aku berpikir sebentar, dan mengatakan kepadanya apa yang baru saja aku lihat. Dia mendengarkanku dan berkata: Oh, dari wajahku yang kamu lihat semuanya cukup akurat. Aku tahun ini memang memiliki keberuntungan. Walaupun aku menerima banyak kasus, tetapi semuanya berjalan dengan baik, dan aku menghasilkan banyak uang.
Melihat kalau topik kami agak jauh, aku kemudian kembali bertanya kepada Juna Wang tentang bagaimana menangani hantu di rumah itu. Dia melirik pintu toko kecil ini dan berkata: Hantu ini memiliki beberapa keinginan yang belum dipenuhi oleh keluarganya. Setelah keluarganya dipanggil, maka masalahnya bisa dijelaskan, dan keinginan hantu itu secara alami akan hilang dengan sendirinya.
Aku ingin tahu bagaimana Juna Wang bisa mengetahui itu. Dia tersenyum dan berkata: Sebelum kalian kembali aku sudah berbicara dengan hantu itu. Meskipun dia menolak untuk mengatakan lebih banyak, tapi berdasarkan pengalamanku sebelumnya, ya semuanya kurang lebih lah.
Saat kami asyik mengobrol, hari berangsur-angsur menjadi gelap. Aku bertanya apakah dia ingin pergi makan dulu. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata: Kita selesaikan dulu masalah ini.
Melihat Horas Ning belum kembali, aku menelepon dan menyuruhnya cepat. Horas Ning pun berkata: Tidak ada gunanya menyuruhku cepat. Keluarga ini tidak di rumah. Bertanya pada tetangga mereka, mereka juga tidak tahu kemana perginya. Aku sudah menunggu di depan pintu mereka lama, atau kalau tidak aku kembali dulu?
Tanpa menungguku menjawabnya, Horas Ning berkata lagi: Ngomong-ngomong Dicky, Kamu bukannya bisa meramal? Coba bantu aku cari tahu ke mana keluarga mereka pergi?
Aku kemudian kesal berkata: Kamu kira aku Tuhan, kalau tidak ada petunjuk, apa yang bisa aku lihat?
Saat aku mengatakan itu, aku tiba-tiba berhenti, dan kilatan cahaya melintas di pikiranku dan aku berkata pada Horas Ning: Kamu tunggu sebentar di sana, aku dari sibi coba lihat, setelah itu aku akan meneleponmu lagi.
Setelah menutup telepon, aku segera berkata kepada Juna Wang: Suhu Wang, bisakah kamu membantuku melihat hantu di rumah ini? Aku perlu menggunakan napas hantu ini untuk mencari tahu di mana keluarganya sekarang.
Juna Wang tertegun sejenak dan berkata: Dia adalah hantu, memangnya bisa mengetahui masalah orang hidup dengan melihat napas hantu?
Kakek pernah memberi tahuku tentang metode ini. Dia bilang kalau orang mati, tetapi hidupnya belum berakhir. Kehidupan akan berlanjut pada mayat, jiwa, dan bahkan hantu, dan napas kehidupan ini akan terkait dengan orang, benda, dan benda sebelum kehidupan mereka dan tidak akan ada habisnya, siapa yang bisa membaca napas vitalitas ini, maka secara alami dapat meramal nasib mereka.
Aku tidak menguraikan kata-kata ini dengan Juna Wang, tetapi hanya mengatakan: Aku punya caraku sendiri.
Juna Wang menjawab oh, tidak bertanya lebih dalam.
Dia memberiku perasaan kalau dia tidak terlalu tertarik dengan semua pertanyaan, karena dia selalu mengajukan pertanyaan sampai ke titik yang menarik dan tiba-tiba tidak menindaklanjutinya, seolah-olah jawaban di baliknya tidak lah penting.
Atau mungkin dia juga mengerti beberapa hal tentang dunia peramalan kita?
Ketika aku memikirkan tentang Juna Wang ini, dia langsung berkata padaku: Bukan tidak mungkin jika kamu ingin melihat hantu di ruangan ini, tetapi kamu harus mengikuti apa yang aku katakan dan jangan membuatnya takut. Hantu ini tidak memiliki akhlak yang tinggi. Jika kamu menabraknya, maka dia akan berlarian dan menyebabkan masalah yang seharusnya bisa tidak ditimbulkan.
Aku mengangguk. Sebelum Horas Ning dan aku membuatnya takut hingga naik ke lantai 2, aku sudah kehilangan uang sewa selama 5 bulan. Dan kali ini aku tidak akan lagi membuatnya takut atau terkejut.
Juna Wang berdehem, menjepit jari dengan gerakan aneh, kemudian mendengungkan mulutnya membaca mantra yang tidak aku mengerti, dan kemudian dia menggoyangkan jarinya di depan mataku dan berkata: Bukalah!
Aku bertanya padanya apa yang dia lakukan, dan menjawab: Aku sedang membuka mata spiritualmu. Kalian kemarin bisa melihatnya itu karena kebetulan. Jika aku hari ini tidak membuka mata spiritualmu, maka kamu mungkin tidak dapat melihatnya.
Ya aku mengerti. Ini mungkin yang disebut pendeta membuka indera spiritual mata. Aku pernah mendengar kakek mengatakan ini.
Tapi dari perkataan kakek, sebagian besar pendeta membutuhkan alat seperti air bambu, daun willow untuk membuka indera mata mereka. Mereka yang bisa membuka indera mata langsung tanpa alat umumnya adalah generasi Tao yang kuat.
Memikirkan apa yang kakek sebelumnya katakan, dalam hatiku menjadi kagum pada Juna Wang, disesuaikan dengan perkataan kakek, Juna Wang di depanku ini harusnya seorang pemimpin Taoisme.
Melihatku berdiri diam, Juna Wang mendesakku dan berkata: Kamu sebaiknya cepat. Mata spiritual yang ku buka untukmu hanya 15 menit, dan setelah lewat itu tidak akan terbuka lagi, efeknya juga akan berlalu, aku untu sementara tidak akan bisa membukakan matamu untuk kedua kalinya, karena orang yang tidak memiliki Taoisme dan sering membuka mata spiritual akan merusak energi dalam tubuh dan akan mudah terkena penyakit.
Mendengar itu aku segera mengangguk dan bergegas mengambil kunci untuk membuka pintu.
Pada saat ini, di rumah hanya tinggal aku dan Horas Ning, ketika Lily Xiang pergi, hantu itu sudah meninggalkan tubuhnya.
Dengan kata lain, hantu itu masih bersembunyi di salah satu sudut rumahku. Memikirkan hal ini, aku melirik Horas Ning, dan dia juga menatapku diam-diam.
Tanpa menungguku berbicara, Horas Ning berkata: "Dicky, sebaiknya kita tidak usah menunggu di rumahmu. Rasanya sangat tidak aman. Tunggu di luar saja yuk. Kalau suhu itu tiba dia pasti akan menelepon kita.
Aku mengangguk ya, kemudian mengikuti Horas Ning untuk menunggu di luar.
Pertama-tama kami pergi makan, selesai makan kami mengelilingi Sungai Minxin beberapa putaran, dan itu hampir memakan waktu setengah hari.
Di jalan bertemu beberapa peramal mereka bertanya apakah aku ingin di ramal, aku kemudian malah memberi mereka satu persatu ramalan gratis, membuat mereka tidak bisa berkata-kata.
Setelah itu aku baru merasa kalau moodku jauh lebih baik. Horas Ning di sebelahku terus berbicara: Dicky, apa yang kamu katakan tadi sangat bagus, katakan jujur padaku, level setinggi apa yang kamu miliki hingga membuat para peramal itu malu padamu.
Aku sendiri tidak tahu aku sampai di level apa.
Menurut perkataan kakek, kami para peramal dibagi menjadi empat tahap: Langit, Xuan, Tanah dan Huang. Pakaian yang dikenakan oleh peramal dari setiap tahap berbeda. Peramal di tahap Huang memakai baju yang sama dengan pendeta.
Pakaian peramal tahap Tanah mengenakan warna kuning keemasan, dan gayanya tidak jauh berbeda dengan pakaian pendeta.
Pakaian tahap Xuan dan tahap Langit sangat berbeda dari pendeta, dan warnanya juga berbeda dari tahap Tanah dan tahap Huang, tetapi kakek tidak menjelaskan perbedaannya.
Karena aku terlalu memikirkan hal ini, aku jadi lupa menjawab Horas Ning. Dia menyenggolku dan bertanya apa yang sedang aku pikirkan. Aku kemudiN dengan santai berkata: Aku merindukan kakekku..
Sebelum aku selesai bicara, ponsel Horas Ning berdering, dan dia segera membuat gerakan diam kepadaku dan berkata dengan penuh semangat: telepon dari suhu Wang.
Aku berdehem menyuruhnya untuk segera mengangkat itu.
Horas Ning mengangkatnya dan menekan tombol speaker, berkata: Suhu Wang, kamu sudah di sini?
Suara suhu Wang terdengar rendah dan kaku: Iya, tapi pintu rumah terkunci, kalian tidak di rumah ya.
Aku meraih ponsel Horas Ning dan berkata: Kami akan kembali sekarang, kami akan segera tiba di depan pintu, Suhu Wang tunggu sebentar ya.
Suhu Wang berdehem, menyuruh kami cepat pulang baru akhirnya menutup telepon.
Horas Ning dan aku juga berlari cepat kembali ke rumah.
Tak lama kemudian kami sampai di depan tokoku yang sudah tutup. Di depan pintu, kami melihat seorang laki-laki berpakaian kasual berwarna hitam. Dia juga membawa tas kerja coklat kuno yang tidak sesuai dengan pakaiannya.
Meskipun dia memunggungi kami, tapi aku masih bisa merasakan kharisma yang luar biasa dalam dirinya, tidak salah lagi, dia pasti Suhu Wang.
Suhu Wang? Aku bertanya dengan ragu-ragu.
Pria itu menoleh dan menatapku, lalu melirik Horas Ning lagi, baru mengangguk dan berkata: Ya ini aku, siapa orang pemilik masalah di antara kalian berdua?
Aku segera berkata: Aku, ini rumahku.
Suhu Wang berdehem, lalu mengulurkan tangannya kepadaku: Halo, aku suhu Wang orang yang kamu cari, nama lengkapku Juna Wang, kamu cukup memanggilku suhu Wang, aku barusan mengelilingi sekitaran ini. Hantu itu ada di dalam ini, sangat tenang, sepertinya bukan hantu jahat.
Aku dengan cepat menerima uluran tangan tangan suhu Wang dan berjabat dengannya, aku juga menyebutkan namaku dan Horas Ning.
Saat suhu Wang ini berbicara aku juga sambil melihat wajahnya. Dia memiliki fitur wajah yang baik. Kecuali simbol persaudaraannya yang menunjukkan kalau dia adalah satu-satunya anak dalam keluarga, semua bagian lain terlihat bagus, dan tanda di kedua ujung dahinya bersinar, seperti nasibnya akan bersinar di mana-mana.
Menurut usia yang ditunjukkan di wajahnya, dia harusnya berada di akhir usia 29 atau usia 30 awal, dan tempat di mana keberuntungan zaman ini muncul adalah dua simbol hutan gunung di kiri dan kanan dekat dahinya.
Dengan kata lain, Juna Wang akan memiliki kekayaan besar dalam usia 29 tahun akhir atau 30 tahun awal.
Aku hanya sibuk membaca wajahnya hingga lupa untuk menjawabnya. Horas Ning kemudian mendorongku dan membantuku bicara: Suhu Wang, lalu apa yang harus kita lakukan sekarang, kamu butuh waktu berapa lama untuk bisa menaklukannya?
Juna Wang tidak menjawab pertanyaan Horas Ning, tetapi menatapku dan berkata: Tatapanmu melihat orang seperti mata orang yang tahu cara meramal, apakah kamu bisa meramal?
Ketika dia berbicara kepadaku, aku selalu merasakan ada suatu keagungan yang menekanku, jadi aku dengan hati-hati mengangguk menjawab: Bisa sedikit, aku belajar dari kakek.
Juna Wang menatapku dan tidak bertanya lagi, tetapi tiba-tiba berbalik dan berkata kepada Horas Ning: Kamu barusan bertanya harus bagaimana, kan? Pertama-tama kamu harus menemukan keluarganya terlebih dahulu. Kamu di telepon bukannya bilang kalau kamu mendapatkan meja buku itu kemudian memberikannya kepada temanmu? Nah darimana meja buku itu berasal kamu harusnya tahu kan, pergi dan panggil orang rumah mereka untuk kemari.
Horas Ning menatap Juna Wang dengan tatapan bingung, lalu menoleh dan menatapku.
Aku mengangkat bahuku dan berkata: Lakukanlah.
Horas Ning menjawab ya: Hari sudah hampir gelap, apakah orang itu mau ikut denganku?
Tiba-tiba aku teringat sesuatu yang pernah kakek katakan padaku, dan aku dengan meniru perkataan kakek berkata pada Horas Ning: Kamu beritahu mereka apa yang terjadi di sini, leluhur mereka sedang gelisah, dan itu karena keberuntungan di rumah pasti berantakan. Kamu beritahu mereka kalau ingin membalikkan keberuntungan, maka harus datang untuk menenangkan leluhur mereka, atau kalau tidak mereka akan terus tidak beruntung.
Juna Wang menatapku dengan sedikit terkejut: Kamu masih mengerti beberapa hal ini?
Aku berdehem dan menjawab sedikit, aku mempelajarinya dari kakekku.
Setelah Horas Ning pergi, Juna Wang tidak segera memintaku untuk membuka pintu, tetapi mengobrol denganku di depan pintu masuk toko kecil ini.
Dia mulai bertanya-tanya topik di sekitar aku dan kakekku, dan jawabanku selalu sederhana, dan aku bilang kalau kakekku telah pergi, dan dia mungkin salah mengerti dengan apa yang ku maksud, dia pasti mengira kakek sudah mati, jadi tidak bertanya lagi.
Kemudian dia bertanya padaku seberapa hebat aku, dan bertanya apa yang aku lihat dari wajahnya barusan.
Aku berpikir sebentar, dan mengatakan kepadanya apa yang baru saja aku lihat. Dia mendengarkanku dan berkata: Oh, dari wajahku yang kamu lihat semuanya cukup akurat. Aku tahun ini memang memiliki keberuntungan. Walaupun aku menerima banyak kasus, tetapi semuanya berjalan dengan baik, dan aku menghasilkan banyak uang.
Melihat kalau topik kami agak jauh, aku kemudian kembali bertanya kepada Juna Wang tentang bagaimana menangani hantu di rumah itu. Dia melirik pintu toko kecil ini dan berkata: Hantu ini memiliki beberapa keinginan yang belum dipenuhi oleh keluarganya. Setelah keluarganya dipanggil, maka masalahnya bisa dijelaskan, dan keinginan hantu itu secara alami akan hilang dengan sendirinya.
Aku ingin tahu bagaimana Juna Wang bisa mengetahui itu. Dia tersenyum dan berkata: Sebelum kalian kembali aku sudah berbicara dengan hantu itu. Meskipun dia menolak untuk mengatakan lebih banyak, tapi berdasarkan pengalamanku sebelumnya, ya semuanya kurang lebih lah.
Saat kami asyik mengobrol, hari berangsur-angsur menjadi gelap. Aku bertanya apakah dia ingin pergi makan dulu. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata: Kita selesaikan dulu masalah ini.
Melihat Horas Ning belum kembali, aku menelepon dan menyuruhnya cepat. Horas Ning pun berkata: Tidak ada gunanya menyuruhku cepat. Keluarga ini tidak di rumah. Bertanya pada tetangga mereka, mereka juga tidak tahu kemana perginya. Aku sudah menunggu di depan pintu mereka lama, atau kalau tidak aku kembali dulu?
Tanpa menungguku menjawabnya, Horas Ning berkata lagi: Ngomong-ngomong Dicky, Kamu bukannya bisa meramal? Coba bantu aku cari tahu ke mana keluarga mereka pergi?
Aku kemudian kesal berkata: Kamu kira aku Tuhan, kalau tidak ada petunjuk, apa yang bisa aku lihat?
Saat aku mengatakan itu, aku tiba-tiba berhenti, dan kilatan cahaya melintas di pikiranku dan aku berkata pada Horas Ning: Kamu tunggu sebentar di sana, aku dari sibi coba lihat, setelah itu aku akan meneleponmu lagi.
Setelah menutup telepon, aku segera berkata kepada Juna Wang: Suhu Wang, bisakah kamu membantuku melihat hantu di rumah ini? Aku perlu menggunakan napas hantu ini untuk mencari tahu di mana keluarganya sekarang.
Juna Wang tertegun sejenak dan berkata: Dia adalah hantu, memangnya bisa mengetahui masalah orang hidup dengan melihat napas hantu?
Kakek pernah memberi tahuku tentang metode ini. Dia bilang kalau orang mati, tetapi hidupnya belum berakhir. Kehidupan akan berlanjut pada mayat, jiwa, dan bahkan hantu, dan napas kehidupan ini akan terkait dengan orang, benda, dan benda sebelum kehidupan mereka dan tidak akan ada habisnya, siapa yang bisa membaca napas vitalitas ini, maka secara alami dapat meramal nasib mereka.
Aku tidak menguraikan kata-kata ini dengan Juna Wang, tetapi hanya mengatakan: Aku punya caraku sendiri.
Juna Wang menjawab oh, tidak bertanya lebih dalam.
Dia memberiku perasaan kalau dia tidak terlalu tertarik dengan semua pertanyaan, karena dia selalu mengajukan pertanyaan sampai ke titik yang menarik dan tiba-tiba tidak menindaklanjutinya, seolah-olah jawaban di baliknya tidak lah penting.
Atau mungkin dia juga mengerti beberapa hal tentang dunia peramalan kita?
Ketika aku memikirkan tentang Juna Wang ini, dia langsung berkata padaku: Bukan tidak mungkin jika kamu ingin melihat hantu di ruangan ini, tetapi kamu harus mengikuti apa yang aku katakan dan jangan membuatnya takut. Hantu ini tidak memiliki akhlak yang tinggi. Jika kamu menabraknya, maka dia akan berlarian dan menyebabkan masalah yang seharusnya bisa tidak ditimbulkan.
Aku mengangguk. Sebelum Horas Ning dan aku membuatnya takut hingga naik ke lantai 2, aku sudah kehilangan uang sewa selama 5 bulan. Dan kali ini aku tidak akan lagi membuatnya takut atau terkejut.
Juna Wang berdehem, menjepit jari dengan gerakan aneh, kemudian mendengungkan mulutnya membaca mantra yang tidak aku mengerti, dan kemudian dia menggoyangkan jarinya di depan mataku dan berkata: Bukalah!
Aku bertanya padanya apa yang dia lakukan, dan menjawab: Aku sedang membuka mata spiritualmu. Kalian kemarin bisa melihatnya itu karena kebetulan. Jika aku hari ini tidak membuka mata spiritualmu, maka kamu mungkin tidak dapat melihatnya.
Ya aku mengerti. Ini mungkin yang disebut pendeta membuka indera spiritual mata. Aku pernah mendengar kakek mengatakan ini.
Tapi dari perkataan kakek, sebagian besar pendeta membutuhkan alat seperti air bambu, daun willow untuk membuka indera mata mereka. Mereka yang bisa membuka indera mata langsung tanpa alat umumnya adalah generasi Tao yang kuat.
Memikirkan apa yang kakek sebelumnya katakan, dalam hatiku menjadi kagum pada Juna Wang, disesuaikan dengan perkataan kakek, Juna Wang di depanku ini harusnya seorang pemimpin Taoisme.
Melihatku berdiri diam, Juna Wang mendesakku dan berkata: Kamu sebaiknya cepat. Mata spiritual yang ku buka untukmu hanya 15 menit, dan setelah lewat itu tidak akan terbuka lagi, efeknya juga akan berlalu, aku untu sementara tidak akan bisa membukakan matamu untuk kedua kalinya, karena orang yang tidak memiliki Taoisme dan sering membuka mata spiritual akan merusak energi dalam tubuh dan akan mudah terkena penyakit.
Mendengar itu aku segera mengangguk dan bergegas mengambil kunci untuk membuka pintu.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved