Bab 4 Meja Buku Hitam

by George 09:48,Jul 23,2021
Daerah furnitur di sisi timur kabupaten tidak sulit ditemukan, butuh lebih dari 20 menit naik sepeda tuaku untuk sampai ke sana.

Toko Horas Ning juga sangat mudah ditemukan, masuk ke dalam dan tokonya ada di sebelah toilet paling dalam.

Aku datang dengan sepeda 28ku. Tidak ada orang yang menyapaku, dan tidak ada yang menanyakan furnitur apa yang ingin aku beli. Jelas, mereka pasti berpikir kalau aku tidak mampu membeli barang-barang mereka.

Ketika aku tiba di toko Horas Ning, aku melihat seorang pria paruh baya sedang menawar dengannya.

Di sebelah mereka ada meja buku hitam, pria paruh baya itu beberapa kali menepuk meja itu dan berbicara pada Horas Ning.

Maksudnya pria itu kira-kira ialah meja buku itu tidak sebanding dengan harga yang diminta oleh Horas Ning.

Meskipun Horas Ning terlihat sabar, tetapi dia memiliki temperamen yang sangat buruk. Mendengar perkataan pihak lain, dia pun berkata: Itu tidak sebanding dengan harganya, kamu coba keliling, kalau ada harga yang lebih rendah dari yang ku jual, kamu bisa membeli barang mereka. Tapi, jika tidak, kalau kamu kembali lagi, harga di sini akan tetap sama, tidak bisa kurang satu sen pun.

Pria paruh baya itu juga memiliki temperamen yang buruk, dia meneriaki Horas Ning mengatainya tidak bisa berbisnis, lalu menoleh dan pergi dari sana.

Ketika pria paruh baya itu pergi, Horas Ning melihatku dan menyapaku sambil tersenyum: Dicky Li, lama tidak bertemu, bagaimana kabar kakekmu?

Aku menghentikan sepedaku dan berkata: Kakekku sudah pergi.

Horas Ning terkejut sejenak dan berkata: Oh begitu, turut berduka!

Aku memasuki tokonya, mendorong bahunya dan berkata, "Turut berduka cita pantatmu, kakekku tidak mati, dia hanya pergi keluar dari rumah. Aku tidak tahu ke mana dia pergi. Oh ya, kamu disini punya furnitur barang lama tidak? Aku mau beberapa.

Horas Ning bertanya kepadaku untuk apa, dan aku bilang, aku akan menutup tokoku yang menjual peralatan orang meninggal lalu membuka toko kecil khusus meramal. Di ke depanya aku akan hidup dengan meramal.

Setelah mendengar apa yang aku katakan, Horas Ning tertawa besar, berkata: Hanya seorang kamu mau membuka toko seperti itu, yang benar saja?

Aku melirik Horas Ning dan berkata: "Simbol kekayaan di wajahmu hari ini terlihat buruk. Kalau aku tidak salah tebak, dari tokomu buka hari ini kamu belum ada mendapat pemasukan ya.

Horas Ning menggaruk ujung hidungnya dan berkata: Ya tebakanmu benar bocah, tapi tidak apa-apa, lihat lah, semua produk baruku ada di sini, gudang sekarang kosong, dan dalam beberapa hari aku akan bersiap untuk berganti pekerjaan.

Sambil melihat furnitur di tokonya, aku bertanya mengapa dia ingin berganti pekerjaan, bukankah toko ini dibuka dengan baik.

Horas Ning pun berkata: Pamanku membuka toko yang lebih besar di kota dan memintaku untuk membantunya. Aku sebelumnya sudah menghitung. Bisnis di bidang furnitur antik ini, tidak mudah dilakukan di daerah kita. Disini masih terlalu sedikit orang kaya, sementara di kota ada banyak orang kaya, dan juga pamanku punya banyak kenalan jadi mudah untuk berbisnis disana.

Kemudian dia bertanya apakah aku tertarik pada barang yang ada di sana, aku mengelilingi tempat itu, dan aku menyukai meja buku hitam di pintu, dan menunjukkannya: Ini, berapa harganya.

Horas Ning melihatnya dan berkata: Barang itu? Kalau kamu menginginkannya, aku bisa mengendarai kendaraan roda 3 listrik dan mengirimkannya kepadamu secara gratis, tetapi sebagai saudara, aku harus mengingatkanmu barang itu agak jahat, dan selalu berderak di malam hari, seolah-olah ada seseorang yang memegang palu dan mengetuknya, membuat orang yang mendengarnya merinding.

Ah? Ketika aku mendengar Horas Ning mengatakan ini, aku pada awalnya merasa sedikit aneh, dan kemudian aku merasa kalau dia sedang menakutiku. Kakekku dan aku telah berada dalam bisnis orang mati selama bertahun-tahun, dan aku sama sekali belum pernah melihat hantu muncul.

Melihat wajahku yang menunjukkan ekspresi tidak percaya, Horas Ning melanjutkan: Aku bersungguh-sungguh!

Aku kemudian bertanya padanya apakah itu benar, lalu mengapa dia tidak menjual meja buku itu kepada orang tadi, Horas Ning pun tersenyum pahit dan berkata: Sebagai pebisnis, siapa yang tidak ingin menghasilkan lebih banyak uang? Aku juga karena melihatnya tertarik dengan itu jadi ingin mengangkat harganya lebih tinggi, ya ini adalah metode biasa pebisnis seperti kami, kamu tidak mengerti.

Aku menertawakannya: Ya aku benar-benar tidak mengerti metode bisnismu sampai bisa mengusir calon pembeli.

Horas Ning kemudian memintaku untuk berhenti bicara omong kosong, dan bertanya apa aku menginginkannya atau tidak, kalau mau dia akan memberikannya padaku, kalau tidak silahkan pilih yang lain, tetapi untuk yang lain aku harus membayar.

Aku sendiri adalah seseorang yang memiliki prinsip dalam hal uang, yaitu kalau bisa menghemat 1 poin maka hemat 1 poin, karena Horas Ning mau memberiku meja buku secara gratis, bahkan mau mengiriminya ke rumahku secara gratis, lalu mengapa aku harus mengabaikannya?

Jadi aku langsung menepuk pahaku dan berkata: Ya aku mau ini!

Kemudian aku membeli kursi dan rak buku tua dari Horas Ning, semuanya menghabiskan 400 yuan lebih.

Horas Ning mengendarai sepeda roda 3 listriknya untuk mengirimkan barang-barang ini ke rumahku, dan membantuku mengatur barang-barangnya di ruangan.

Adapun toko Horas Ning, dia langsung menutupnya, lagi pula, dia akan berganti pekerjaan, dan dia belum siap untuk menyelesaikan beberapa hari terakhir ini.

Setelah mengatur barag di toko baruku, Horas Ning dan aku makan BBQ dan minum sebotol bir di warung BBQ dekat rumahku.

Aku tidak bisa minum banyak, jadi setelah botol ke tujuh atau delapan aku mulai pusing. Kemampuan minum Horas Ning lebih baik dariku dan bisa membantuku berjalan, tetapi bicaranya mulai kehilangan kendali.

Dia memberi tahuku kalau meja buku yang dia berikan kepadaku hari ini diterima dari rumah orang tua yang sudah meninggal. Aku dengar kalau meja buku ini adalah tempat favorit tarian dan tinta kaligrafi almarhum, jadi setelah kematiannya, meja setiap malam sering berdering, dan keluarganya tak lama tidak tahan lagi, jadi memilih mengeksekusi meja itu.

Horas Ning saat itu melihat meja itu terbuat dari kayu pinus kuno. Kayu dan bahannya bagus. Jadi tanpa bertanya banyak dia langsung membelinya, tetapi kemudian setelah menemukan keanehannya, meminta orang untuk mencari tahu itu tapi sudah terlambat bagunya untuk menyesalinya.

Dan sejak menerima meja buku itu, bisnis di toko Horas Ning menjadi semakin buruk. Terkadang selama beberapa hati tidak ada bisnis dan pemasukan. Dia juga ingin membuang meja buku ini, tetapi setiap kali dia memiliki ide ini, dalam hatinya akan merasa enggan, karena lagi pula dia mendapatkan itu dengan menghabiskan uangnya.

Aku yang sudah pusing bertanya kepada Horas Ning apakah meja itu berdering setiap hari, dia berkata: Tidak, terkadang berdering selama beberapa hari, terkadang setengah bulan pun tidak berdering.

Setelah mengatakan itu kami tiba di rumahku. Horas Ning malam ini akan tinggal di sini. Kakekku juga sudah pergi, jadi kebetulan dia bisa tidur di kamar kakek.

Tapi dia agak enggan. Dia bilang dia tidak suka kamar orang tua dan ingin tidur di kamarku. Dia memintaku tidur di kamar kakekku. Horas Ning adalah tamu dan dia sudah memberiku meja buku gratis, dia juga sudah banyak membantuku. Jadi kali ini aku akan mendengarkan perkataannya.

Karena dipengaruhi alkohol, kami berdua pun segera tertidur.

Sekitar pukul 2 atau 3 tengah malam, aku samar-samar mendengar suara datang dari halaman, seperti suara pintu dibuka, atau suara orang menggeser meja.

Cciit!

Aku membalikan badan dan terus tidur, aku pikir itu mungkin penyewa di lantai 2 yang baru kembali, karena selain penjaga warnet gendut di lantai 2, ada juga penyewa yang seperti burung hantu, dia adalah wanita berusia 27 tahun, parasnya rata-rata, tapi lekuk tubuhnya sangat bagus. Dia bekerja di KTV, dia sering menawarkan diri membayar sewa dengan tubuhnya, tetapi aku menolak.

Pengalaman pertama kaliku, aku tentu tidak ingin memberikannya pada sembarangan orang.

Tapi tidak lama setelah aku tidur, ada suara berderit lagi, dan suara ini beberapa desibel lebih keras dari yang terakhir kali, dan itu sangat menusuk telinga dan membuatku merinding.

Aku yang sedang tidur nyenyak pun akhirnya berteriak ke halaman: Pulang tengah malam tidak bisa ya pelan-pelan masuk ke rumah? Memangnya tidak tahu kalau semua orang sudah tidur?

Aku berteriak sangat keras, dan tidak ada suara di luar untuk sementara waktu, tetapi ketika aku akan tertidur lagi, ada suara berderit lagi, dan kali ini beberapa kali berturut-turut. Kali ini bukan suara membuka pintu tapi itu adalah suara seseorang mengelap lantai dan menarik meja.

Aku dengan kesal duduk dari tempat tidur. Pada saat ini, aku teringat meja buku di toko. Itu mungkinkah sama dengan yang dikatakan Horas Ning. Apakah itu benar-benar berhantu?

Aku melihat keluar melalui jendela. Tidak ada apa-apa di halaman, dan tidak ada sosok manusia di tangga. Bagian luarnya gelap dan bentuk benda apapun hampir tidak bisa dikenali.

Tepat ketika aku fokus pada hal yang ada disana, bayangan hitam melintas di depanku dengan suara wush. Aku yang terkejut reflek mundur beberapa langkah, dan pada saat yang sama berteriak: Siapa!

Tidak ada yang menjawabku, bayangan hitam itu tampaknya melayang ke arah toko kecilku.

Aku menyalakan lampu di halaman, dan kemudian perlahan-lahan berjalan keluar rumah dengan lampu senter. Dalam hatiku bertanya-tanya apakah aku akan menangkap seorang pencuri.

Pada saat ini, Horas Ning m juga keluar dari rumah, setelah melihatku, dia bertanya dengan suara rendah: Kamu juga mendengarnya.

Aku bilang, aku juga melihat sosok gelap memasuki tokoku, sepertinya aku akan menangkap pencuri.

Mendengar apa yang aku katakan, Horas Ning merendahkan suaranya dan berkata: Pencuri, kalau begitu ayo kita tangkap.

Aku menutupi senter dengan tanganku, hampir tidak ada cahaya yang menyinari jalan, dan kemudian berjalan ke pintu belakang toko bersama Horas Ning.

Ini yang awalnya sepotong kayu utuh, tanpa jendela, kami tidak bisa melihat apa yang ada di dalamnya, dan setelah aku memeriksa kunci pintunya, masih utuh dan tidak ada bekas dicungkil.

Horas Ning pun berkata: Dicky, kamu salah tidak? Pintu ini terkunci dengan baik.

Aku sendiri juga bertanya-tanya, mungkinkah aku barusan terlalu fokus, atau pencuri itu pergi ke lantai 2?

Tepat ketika aku memikirkannya, ada ledakan lembut di toko kecilku. Suaranya jelas, dan jelas ada seseorang yang memegang sesuatu dan memukul meja buku yang baru aku bawa dari toko Horas Ning.

Horas Ning tampak ketakutan, mencoba menurunkan suaranya dan berkata: Itu suaranya coba kamu dengar, merinding tidak.

Aku mengangguk dan mulai mengeluarkan kunci. Horas Ning mengambil tanganku dan bertanya apa yang aku lakukan. Aku jawab: Cuma dengar suara bagaimana bisa tahu kalau itu hantu atau bukan? Aku ingin melihatnya dengan mata kepala sendiri.

Horas Ning memegang tanganku dan berkata dengan suara rendah juga cemas: Apa kamu gila? Kalau itu memang hantu, bagaimana?

Aku memikirkannya, lalu menggigit jariku dan menggambar garis vertikal pada dahiku, dan kemudian menggambar satu lagi di dahi Horas Ning.

Dia bertanya apa yang aku lakukan, dan aku jawab: Bagian dahi mudah diserang oleh hal-hal jahat, jadi siapa pun yang memprovokasi hantu maka dahi mereka akan di serang. Sekarang aku sudah menyegel dahi kita dengan darah, dan hantu tidak akan bisa masuk ke tubuh kita, dia tidak akan bisa menyakiti kita.

Aku berhenti sesaat kemudian melanjutkan: Tapi ini semua diajarkan oleh kakekku. Aku sebelumnya belum pernah melihat hantu. Apakah berguna atau tidak, aku sendiri kurang paham.

Horas Ning berpikir sebentar, dan berkata: Aku juga belum melihatnya, atau mari kita lihat, jika ini tidak berhasil, kita segera lari. Ada begitu banyak orang di rumahmu, jadi kita juga tidak perlu terlalu takut, kan?

Setelah berdiskusi, kami berdua memutuskan untuk membuka pintu toko. Begitu pintu terbuka, aku dengan berani mengambil senter dan melihat sesuatu yang ada di dalam, dan aku melihat kalau meja buku yang kami tempatkan di tengah telah ditarik ke samping.

Dan ada sosok gelap berjongkok di sudut salah satu kaki meja buku.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

60