Bab 3 Menuju ke Toko Seblak
by (Ephixna Zero)[NCODE]
11:15,Feb 18,2021
Anida kesal karena serigala meninggalkannya. Padahal, mau di remas lagi. Tidak ada pilihan lain. Ia harus menerima semua itu.
Ia ngambek karena serigala meninggalkannya. Ia seperti ditinggalkan mantan.
Diibaratkan ditinggal hamil oleh serigala. Kalau ranjang, langsung serang. Kalau hamil, ditinggalin.
Emang busuk pemikiran seperti itu. Maunya enak-enak. Kalau ceweknya membesar, langsung ditinggalkan. Kumenangis.
"Huh! Dasar Ganteng Serigala! Ganteng doang tapi gak tanggung jawab! Aku sange nih! Malah main kabur aja," resah Anida ingin ngambek kepada serigala.
"Coba aku periksa lagi."
Anida segera membuka notifikasi lagi. Notifikasi terlihat di pandangan Anida.
[{RPG}]
[Nama : Anida Sentinel]
[Level : 10]
[HP : 1000]
[Mana : 100]
[Role : Unknown]
[Money : 0 Ria]
[STR : 5]
[AGL : 1]
[INT : 1]
"Apa?! Langsung Level 10?! Gak mungkin!" Anida terkejut dengan level yang ia raih.
"Coba aku lihat teknikku sebentar!" Anida segera mencari teknik yang ia dapat.
[Teknik {RPG}]
[Terkunci]
[Terkunci]
[Terkunci]
[Terkunci]
[Terkunci]
[Terkunci]
[Terkunci]
"Kenapa terkunci semua?! Kumenangis," keluh Anida ingin menangis.
"Coba aku lihat lagi," lanjutnya segera membuka fitur yang lain.
Anida segera mencari teknik yang ia lihat. Ia mencari teknik yang membunuh serigala tadi.
"Ini dia!"
[Teknik Pasif]
[(Avada Oppai) : Unknown]
[Deskripsi : Dapat membunuh creator dengan instan jika creator itu meremas dada yang besar itu]
[Damage : Unknown]
[Keuntungan : Menambah STR+4 setiap skill ini diaktifkan. Jika digunakan lagi, langsung dapat bonus STR 200%]
[Info]
[1x = 4 STR]
[2x = 8 STR]
[3x = 12 STR]
[+n = 4+(n-1)4 STR]
"Mendengar ini, rasanya aku ... ingin terangsang dan aku mau keluarkan cairanku sambil Ahegao," resah Anida merinding melihat teknik "Avada Oppai."
Di tengah rangsangan itu, ia terpikirkan sesuatu yang cukup sulit. Ia merasakan ada sesuatu yang belum ia pahami sebelumnya.
"Sepertinya aku ingin tahu pedang macam apa ini," gumam Anida segera mengidentifikasi pedang miliknya.
Ia segera mengidentifikasi pedang yang ia pegang itu.
[Venus II]
[Level Equip : Unknown]
[Damage : Unknown]
[Critical : Unknown]
[Atribut : Zero]
[Keterangan : Tidak ada]
[Dikunci]
"Pantesan tidak bisa. Ya sudahlah. Aku simpan saja. Tapi, kalau bisa, ... pedang ini bagus buat vibrator yang membuatku menjadi artis Nekopoi. Entah kenapa ... aku ingin sekali mengubah pedang ini jadi mainna seks. Sampai-sampai aku ngehalu mau digrepe sama Ganteng Serigala," gumam Anida mulai berpikiran mesum.
"Lupakan! Aku harus segera berjalan. Aku harus apa hari ini?" Tanya Anida sambil memikirkan sesuatu.
Anida memikirkan sesuatu. Ia merasa lupa pada sebelumnya. Tapi, ia ingat ia haus. Tapi, perut Oneesan berbunyi, sehingga mengancam keselamatan Anida.
"Huwe! Laparnya! Aku ingin seblak!" Rengek Anida sambil merebahkan diri karena lapar.
"Coba aku tahu tempat seblak. Jadi, aku ingin makan sepuasnya," harap Anida sambil bergumam pengen makan seblak.
Karena karyawan itu sudah menyatu dengan tubuh Oneesan, rasanya tidak lengkap dengan yang namanya seblak.
Namun, ada sebuah pemberitahuan. Pemberitahuan itu akan mengarahkannya pada toko seblak.
"Kalau begini, aku pasti bisa," gumam Anida dengan semangat.
"Yosh! Aku akan ke toko seblak sekarang juga! Aku tidak akan tumbang sebelum sampai di toko seblak!"
"Toko seblak aku datang!"
Anida bersemangat kembali. Ia segera berjalan dengan tenaga yang tersisa. Dengan langkah kaki yang mantap, ia pun segera mengikuti arahan dari pemberitahuan yang misterius itu.
Ia berharap ia tidak akan tersesat.
Sesampainya di sebuah pemandangan, dia merasa terpukau dengan kota yang ada di matanya. Ia merasa lega karena ia menemukan kota yang bagus untuk mencari tempat tinggal.
Namun, saat ia ingin masuk, ada seorang penjaga yang menghalangi jalannya
"Tunggu dulu, Nona!" Penjaga itu menghentikan langkah Anida.
"Kalau mau masuk ke tempat ini, tolong tunjukkan kartu identitas anda!" Penjaga itu minta tolong pada Anida.
Anida tidak tahu apa yang penjaga minta. Sepertinya ia meminta kartu identitas. Kartu di dunia lain sangat berbeda dengan kartu di dunia asal. Jadi, dia tidak punya.
"Ara Ara. Aku tidak punya kartu identitas. Bagaimana ini?" Tanya Anida pada penjaga itu.
"Kalau begitu, silahkan pergi dari sini!" Usir penjaga itu pada Anida.
"Eh?! Tidak mungkin! Padahal, aku mau pingsan," rengek Anida malah diusir.
"Jangan buat aku kesal, dasar murahan!" Penjaga itu marah kepada Anida.
Anida merasa tertekan.dengan pengusiran itu. Ia segera terjatuh seperti adegan sinetron dan menyanyikan lagu dengan gaya yang lebay.
"Kumenangis ... membayangkan betapa kejamnya dirimu atas diriku. Padahal, aku sudah lapar. pengen ke toko seblak malah diusir." Anida bernyanyi lagu Kumenangis dengan nandanya sendiri.
Penjaga itu merasa tersentuh dengan lagu yang dinyanyikan oleh Anida itu.
"Sial! Entah kenapa lagunya setara dengan Suara Malaikat Martin. Silahkan masuk! Kalau toko seblak ada di sebelah sana. Jadi, kamu tidak akan tersesat," tunjuk penjaga itu menunjukkan toko seblak.
"Ara-Ara. Terima kasih telah menolongku. Aku akan membayar kalau sudah selesai." Anida berterima kasih dan segera berjalan seperti nenek-nenek.
"Tidak usah bayar. Aku hanya bohongi kamu saja," ungkap penjaga itu ternyata membohongi Anida.
Anida segera menuju ke toko seblak. Ia sudah tidak tahan lagi karena tanpa seblak, ia akan mati dalam beberapa jam lagi.
Sepertinya ia melupakan sesuatu. Sesuatu yang penting.
Ia segera menuju ke toko sbkak dan memasuki tempat yang cukup ramai itu.
[*^*]
Setelah tiba di toko seblak, ia langsung duduk dengan tenang di ruangan ekonomi. Ia segera duduk dan merasakan hari yang melelahkan dari sebelumnya.
Tak lama kemudian, ada pelayang yang menghampiri Anida. Anida merasa sesuatu yang cukup familiar. Ia sangat ingin memakan Seblak sebelum meninggalkan toko.
"Selamat datang! Kamu mau pesan apa, Mbak?" Tanya pelayan itu.
"Pesen satu Seblak. Tolong!" Anida memohon pada pelayan sambil tergeletak di meja.
"Satu seblak. Ada lagi?" Tanya pelayan itu.
"Tidak usah. Seblak aja," respon Anida dengan reaksi anak kecil.
Pelayan itu segera mencatat pesanan itu. Tak lama kemudian, ia mengucapkan, "Tunggu sebentar! Seblak akan segera datang."
Kemudian, pelayan itu meninggalkan Anida.
Anida sangat tenang karena sedikit lagi seblak akan datang. Ia sudah tidak makan selama 3 hari karena tersesat di hutan.
Setelah itu, pesanan seblak datang. Pelayan itu segera menyediakan seblak dengan hati-hati agar Anida tidak melakukan hal yang buruk pada seblak itu.
"Ini pesanannya. Kalau ada lagi, silahkan dipesan lagi yah!" Pelayan itu memberi pesan.
"Iya." Anida terima dan segera menikmati seblak.
Anisa segera memakan dengan pelan agar seblak terasa enak.
Namun, karena seblak itu pedas, Anida tidak menyadari bahwa ada yang tidak beres.
Dengan pedasnya seblak itu, wajah Anida menjadi memerah. Pipinya menjadi memerah karena ia merasakan hal yang sama. Tangannya segera menuju ke selangkangan dan menggisiknya sambil menunggu cairan yang keluar.
"Sial! Sepertinya, aku ... kepedasan! Bukan, aku terangsang lagi!"
Chapter 3 Berakhir
Ia ngambek karena serigala meninggalkannya. Ia seperti ditinggalkan mantan.
Diibaratkan ditinggal hamil oleh serigala. Kalau ranjang, langsung serang. Kalau hamil, ditinggalin.
Emang busuk pemikiran seperti itu. Maunya enak-enak. Kalau ceweknya membesar, langsung ditinggalkan. Kumenangis.
"Huh! Dasar Ganteng Serigala! Ganteng doang tapi gak tanggung jawab! Aku sange nih! Malah main kabur aja," resah Anida ingin ngambek kepada serigala.
"Coba aku periksa lagi."
Anida segera membuka notifikasi lagi. Notifikasi terlihat di pandangan Anida.
[{RPG}]
[Nama : Anida Sentinel]
[Level : 10]
[HP : 1000]
[Mana : 100]
[Role : Unknown]
[Money : 0 Ria]
[STR : 5]
[AGL : 1]
[INT : 1]
"Apa?! Langsung Level 10?! Gak mungkin!" Anida terkejut dengan level yang ia raih.
"Coba aku lihat teknikku sebentar!" Anida segera mencari teknik yang ia dapat.
[Teknik {RPG}]
[Terkunci]
[Terkunci]
[Terkunci]
[Terkunci]
[Terkunci]
[Terkunci]
[Terkunci]
"Kenapa terkunci semua?! Kumenangis," keluh Anida ingin menangis.
"Coba aku lihat lagi," lanjutnya segera membuka fitur yang lain.
Anida segera mencari teknik yang ia lihat. Ia mencari teknik yang membunuh serigala tadi.
"Ini dia!"
[Teknik Pasif]
[(Avada Oppai) : Unknown]
[Deskripsi : Dapat membunuh creator dengan instan jika creator itu meremas dada yang besar itu]
[Damage : Unknown]
[Keuntungan : Menambah STR+4 setiap skill ini diaktifkan. Jika digunakan lagi, langsung dapat bonus STR 200%]
[Info]
[1x = 4 STR]
[2x = 8 STR]
[3x = 12 STR]
[+n = 4+(n-1)4 STR]
"Mendengar ini, rasanya aku ... ingin terangsang dan aku mau keluarkan cairanku sambil Ahegao," resah Anida merinding melihat teknik "Avada Oppai."
Di tengah rangsangan itu, ia terpikirkan sesuatu yang cukup sulit. Ia merasakan ada sesuatu yang belum ia pahami sebelumnya.
"Sepertinya aku ingin tahu pedang macam apa ini," gumam Anida segera mengidentifikasi pedang miliknya.
Ia segera mengidentifikasi pedang yang ia pegang itu.
[Venus II]
[Level Equip : Unknown]
[Damage : Unknown]
[Critical : Unknown]
[Atribut : Zero]
[Keterangan : Tidak ada]
[Dikunci]
"Pantesan tidak bisa. Ya sudahlah. Aku simpan saja. Tapi, kalau bisa, ... pedang ini bagus buat vibrator yang membuatku menjadi artis Nekopoi. Entah kenapa ... aku ingin sekali mengubah pedang ini jadi mainna seks. Sampai-sampai aku ngehalu mau digrepe sama Ganteng Serigala," gumam Anida mulai berpikiran mesum.
"Lupakan! Aku harus segera berjalan. Aku harus apa hari ini?" Tanya Anida sambil memikirkan sesuatu.
Anida memikirkan sesuatu. Ia merasa lupa pada sebelumnya. Tapi, ia ingat ia haus. Tapi, perut Oneesan berbunyi, sehingga mengancam keselamatan Anida.
"Huwe! Laparnya! Aku ingin seblak!" Rengek Anida sambil merebahkan diri karena lapar.
"Coba aku tahu tempat seblak. Jadi, aku ingin makan sepuasnya," harap Anida sambil bergumam pengen makan seblak.
Karena karyawan itu sudah menyatu dengan tubuh Oneesan, rasanya tidak lengkap dengan yang namanya seblak.
Namun, ada sebuah pemberitahuan. Pemberitahuan itu akan mengarahkannya pada toko seblak.
"Kalau begini, aku pasti bisa," gumam Anida dengan semangat.
"Yosh! Aku akan ke toko seblak sekarang juga! Aku tidak akan tumbang sebelum sampai di toko seblak!"
"Toko seblak aku datang!"
Anida bersemangat kembali. Ia segera berjalan dengan tenaga yang tersisa. Dengan langkah kaki yang mantap, ia pun segera mengikuti arahan dari pemberitahuan yang misterius itu.
Ia berharap ia tidak akan tersesat.
Sesampainya di sebuah pemandangan, dia merasa terpukau dengan kota yang ada di matanya. Ia merasa lega karena ia menemukan kota yang bagus untuk mencari tempat tinggal.
Namun, saat ia ingin masuk, ada seorang penjaga yang menghalangi jalannya
"Tunggu dulu, Nona!" Penjaga itu menghentikan langkah Anida.
"Kalau mau masuk ke tempat ini, tolong tunjukkan kartu identitas anda!" Penjaga itu minta tolong pada Anida.
Anida tidak tahu apa yang penjaga minta. Sepertinya ia meminta kartu identitas. Kartu di dunia lain sangat berbeda dengan kartu di dunia asal. Jadi, dia tidak punya.
"Ara Ara. Aku tidak punya kartu identitas. Bagaimana ini?" Tanya Anida pada penjaga itu.
"Kalau begitu, silahkan pergi dari sini!" Usir penjaga itu pada Anida.
"Eh?! Tidak mungkin! Padahal, aku mau pingsan," rengek Anida malah diusir.
"Jangan buat aku kesal, dasar murahan!" Penjaga itu marah kepada Anida.
Anida merasa tertekan.dengan pengusiran itu. Ia segera terjatuh seperti adegan sinetron dan menyanyikan lagu dengan gaya yang lebay.
"Kumenangis ... membayangkan betapa kejamnya dirimu atas diriku. Padahal, aku sudah lapar. pengen ke toko seblak malah diusir." Anida bernyanyi lagu Kumenangis dengan nandanya sendiri.
Penjaga itu merasa tersentuh dengan lagu yang dinyanyikan oleh Anida itu.
"Sial! Entah kenapa lagunya setara dengan Suara Malaikat Martin. Silahkan masuk! Kalau toko seblak ada di sebelah sana. Jadi, kamu tidak akan tersesat," tunjuk penjaga itu menunjukkan toko seblak.
"Ara-Ara. Terima kasih telah menolongku. Aku akan membayar kalau sudah selesai." Anida berterima kasih dan segera berjalan seperti nenek-nenek.
"Tidak usah bayar. Aku hanya bohongi kamu saja," ungkap penjaga itu ternyata membohongi Anida.
Anida segera menuju ke toko seblak. Ia sudah tidak tahan lagi karena tanpa seblak, ia akan mati dalam beberapa jam lagi.
Sepertinya ia melupakan sesuatu. Sesuatu yang penting.
Ia segera menuju ke toko sbkak dan memasuki tempat yang cukup ramai itu.
[*^*]
Setelah tiba di toko seblak, ia langsung duduk dengan tenang di ruangan ekonomi. Ia segera duduk dan merasakan hari yang melelahkan dari sebelumnya.
Tak lama kemudian, ada pelayang yang menghampiri Anida. Anida merasa sesuatu yang cukup familiar. Ia sangat ingin memakan Seblak sebelum meninggalkan toko.
"Selamat datang! Kamu mau pesan apa, Mbak?" Tanya pelayan itu.
"Pesen satu Seblak. Tolong!" Anida memohon pada pelayan sambil tergeletak di meja.
"Satu seblak. Ada lagi?" Tanya pelayan itu.
"Tidak usah. Seblak aja," respon Anida dengan reaksi anak kecil.
Pelayan itu segera mencatat pesanan itu. Tak lama kemudian, ia mengucapkan, "Tunggu sebentar! Seblak akan segera datang."
Kemudian, pelayan itu meninggalkan Anida.
Anida sangat tenang karena sedikit lagi seblak akan datang. Ia sudah tidak makan selama 3 hari karena tersesat di hutan.
Setelah itu, pesanan seblak datang. Pelayan itu segera menyediakan seblak dengan hati-hati agar Anida tidak melakukan hal yang buruk pada seblak itu.
"Ini pesanannya. Kalau ada lagi, silahkan dipesan lagi yah!" Pelayan itu memberi pesan.
"Iya." Anida terima dan segera menikmati seblak.
Anisa segera memakan dengan pelan agar seblak terasa enak.
Namun, karena seblak itu pedas, Anida tidak menyadari bahwa ada yang tidak beres.
Dengan pedasnya seblak itu, wajah Anida menjadi memerah. Pipinya menjadi memerah karena ia merasakan hal yang sama. Tangannya segera menuju ke selangkangan dan menggisiknya sambil menunggu cairan yang keluar.
"Sial! Sepertinya, aku ... kepedasan! Bukan, aku terangsang lagi!"
Chapter 3 Berakhir
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved