Bab 4

by AM.assekop 11:01,Oct 30,2023

Hanz mengatakan kepada Yuan Feng bahwa pria tadi tidaklah gila. “Dia sehat dan normal, Tuan Yuan Feng.”

“Dia menunggu anaknya yang telah hilang selama dua puluh lima tahun. Tidak ada orang waras yang mau melakukan itu.” Tidak bermaksud menyalahkan dan merendahkan orang lain, Yuan Feng bicara apa adanya. Perkataan Yuan Feng jelas tidak salah, kalau pria tua tadi memang waras dan sehat, mana mungkin dia melakukan hal demikian.

“Tetapi, dia bekerja seperti orang pada umumnya, Tuan,” balas Hanz. “Dia juga nyambung kalau diajak bicara. Aku pikir, dia tidak pantas dikatakan sebagai orang gila. Hanya saja, dia masih belum bisa berdamai dengan kepedihan masa lalunya.”

Mendengar jawaban yang sangat manusiawi itu, Yuan Feng lantas menerbitkan senyuman respect. “Ya, aku salut pada mu. Bagaimana pun, aku merasa bangga karena punya karyawan seperti mu. Siapa nama mu?”

“Henzo, Tuan.”

“Oke, Henzo. Sampai ketemu besok di acara hari jadi perusahaan yang ke-40.”


***


Di apartemen mewahnya, Hanz langsung disambut oleh dua pelayan wanita cantik, mereka siap memberikan service terbaik.

“Tuan mau makan apa malam ini?”

“Kami siap melayani.”

Hanz menghembuskan napas lelah seraya menjawab, “Siapkan makanan kesukaanku saja. Pirozhki. Aku masih belum bisa terbiasa memakan makanan yang ada di sini.”

Lima orang Fadeyka Army selalu siap memberikan pengawalan dan penjagaan.

Seorang dari mereka menjura seraya berkata, “Tuan, kenapa Anda tidak mau kami antar jemput saja?”

“Ya, kami khawatir terjadi sesuatu terhadap Tuan. Kita belum tahu tentang situasi dan kondisi jalanan Shenzhen, terutama di malam hari.”

Hanz melempar tubuhnya di sofa, menyandarkan punggungnya, lalu berkata, “Tidak perlu. Kalian cukup mengawasi pergerakan ku dari jauh saja pas aku pergi dan pulang bekerja. Jarak antara kantor dan apartemen sangat dekat, tidak lebih dari dua kilometer, aku bisa berjalan kaki.”

Lagi pula, sebagian besar masyarakat Shenzhen terbiasa pergi dan pulang bekerja dengan berjalan kaki atau menggunakan transportasi umum, meski ada sebagian juga yang menggunakan kendaraan pribadi. Namun, berjalan kaki tentunya jauh lebih sehat.

Setelah mengambil napas sejenak, Hanz masuk ke kamarnya yang mewah, membuka pakaian, lalu masuk ke bathroom. Bertelanjang dada, dia merendam seluruh tubuhnya di dalam bathup, melepaskan penat, merilekskan pikiran yang tadinya sangat mumet.

Di hari pertamanya bekerja, dia harus menghadapi sikap angkuh dan bengis dari seorang Yuan Liu. Seharian dia membaca situasi yang ada di kantor Yuan You Energy, dan pada malam harinya, dia dipertemukan dengan sosok kharismatik Tuan Yuan Feng. Hanz menyadari bahwa Yuan Feng jauh lebih bijak dan rendah hati ketimbang anaknya.

Hanz memejamkan mata seraya memijat keningnya, terus berusaha menenangkan pikiran dan jiwanya, lalu membasahi sekujur wajahnya dengan air. Hari pertama bekerja yang sungguh melelahkan.

Agaknya, ruangan sejuk tiga kali empat meter ini jauh lebih menenangkan dari pada ketika berhadapan dengan sosok Yuan Liu. Hanz tahu dari Andrey bahwa Yuan Liu dipaksa naik jabatan sedini mungkin karena dia cepat atau lambat pasti menggantikan posisi bapaknya sebagai CEO.

Pada saat memejamkan matanya, Hanz kemudian terbayang dengan sosok Mei Yin. Tadi siang pas istirahat bekerja, dari sekian banyak orang yang berada di sana, hanya wanita berparas teduh dan melankolis itu saja yang sangat respect terhadap Hanz.

Memang ada sebagian yang mau mengajak bicara dan berkenalan, namun dari mereka semua, hanya Mei Yin yang bahkan memberikan satu porsi Hainan Jifan, makanan khas China. Hanz menerimanya sebagai tanda perkenalan. Semenjak itu, Hanz semakin tertarik untuk dekat dengan Mei Yin.

Dan bagi Hanz, Mei Yin merupakan orang yang tepat untuk diajak berkenalan sebab posisi sekretaris kantor tentu wawasannya tentang perusahaan lebih luas dari pada karyawan biasa, sementara Hanz butuh banyak informasi mengenai perusahaan.

Setelah mandi dan berpakaian, Hanz keluar dari kamarnya, menuju ruangan depan, lalu menikmati makanannya. “Terima kasih, silakan kalian beristirahat,” ucap Hanz kepada dua orang pelayan.

Di ruangan tersebut, Hanz berbincang dengan utusan ayahnya yang juga menjabat sebagai kepala pengawalan selama Hanz berada di China. Pria gagah itu bernama Arthur.

“Tuan Hanz, aku dengar dari Andrey, Tuan mendapat perlakuan yang kurang pantas dari Yuan Liu. Apa yang mesti kami lakukan?” Arthur menyeringai geram. Sebagai orang yang ditunjuk oleh Tuan Besar Dmitry untuk memberikan penjagaan dan pengawalan terhadap Hanz, Arthur sangat marah ketika tahu Hanz mendapat perlakuan tak pantas, meskipun hal tersebut dilakukan oleh anak bos sekali pun.

Hanz mengedikkan bahu. “Arthur, tingkah Yuan Liu memang seperti itu. Dia tidak hanya melakukannya kepada ku, tetapi juga terkadang terhadap karyawan lain juga. Aku melihat sejauh mana dia dengan tingkah sombongnya. Kau dan anak buahmu tidak perlu repot-repot mengurusi anak kecil seperti dia, Arthur.”

“Tapi, kami takut terjadi sesuatu terhadap Tuan Muda.” Arthur tidak bisa menahan kegusarannya, jika saja memberikan perintah untuk menghajar Yuan Liu, sekarang juga Arthur bergegas, siap melaksanakan perintah.

Namun, Hanz sudah pernah merasa terinjak dan ditertawakan. Hal semacam tadi pagi hanya membuatnya seperti dicubit saja.
Nanti, orang sombong pasti mendapatkan balasan yang setimpal.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

130