Bab 10 Kenangan Masa Lalu
by Princess Kinan
10:58,Aug 03,2023
Lima tahun yang lalu, Agneta Laurinda Aretina adalah seorang gadis lugu dan pendiam. Dia dijuluki sebagai kutu buku atau si mata empat karena dia selalu memakai kacamatanya.
“Neta!”
Panggilan itu membuatnya menoleh ke arah belakangnya dan menyahut, “Hai, Sella!”
“Nanti malam ikut gue, ya,” ajak Sella.
“Ke mana?” tanya Agneta.
“Nanti malam ada acara pesta, kebetulan Evan cowok gue ngajakin gue ikut. Lo tau sendiri kalau gue baru jadian sama dia. Gue belum terbiasa ikut perayaan gini dengan temen-temennya.”
“Aku belum tahu. Nanti papaku marah kalau aku pulang larut malam,” ucap Agneta.
“Tenang, biar gue telepon papamu dan memintakan izin padanya.”
“Tapi dengan alasan apa?” tanya Agneta.
“Tenang saja, lo tau beres aja. Okay?” ucap Sella dengan senyuman misteriusnya.
***
Ayah Agneta pun memberi izin pada Agneta untuk menginap di rumah Sella. Setelah bersiap-siap di rumah Sella, Agneta diberi pinjam pakaian malam oleh Sella.
“Sel, ini nggak terlalu pendek?” tanya Agneta melirik gaun ketat yang dia pakai. Gaun berwarna hitam itu melekat indah di tubuhnya.
“Lo cantik, Neta. Percaya aja sama gue,” ucapnya.
Agneta kembali menatap pantulan dirinya di depan cermin dengan ringisan kecil. Sella benar-benar merubah dirinya dari seorang upik abu menjadi Cinderella.
“Udah. Ayo nanti Evan terlalu lama menunggu.” Sella menarik tangan Agneta keluar kamar menuju ke mobil.
Mereka pergi menuju sebuah klub malam yang ada di kota Semarang. Sesampainya di sana, Sella kembali menarik Agneta masuk ke dalam klub. Tempat itu tampak seperti ruko kosong yang gelap jika dilihat dari luar. Namun, semakin ke dalam mereka menemukan sebuah tangga yang mengarah pada pintu berwarna hitam yang dijaga oleh dua orang pria berbadan besar. Keduanya masuk ke dalam saat pintu dibukakan dan suara musik yang kencang juga pencahayaan yang redup dan berkelap-kelip langsung menyambut kehadiran mereka. Di dalam hampir semua area ruangan dipenuhi oleh orang-orang yang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing.
“Di mana pacarmu?” tanya Agneta sedikit berteriak supaya suaranya terdengar Sella.
“Katanya dia ada di private room bersama teman-temannya. Ayo ikut!” ucap Sella sambil kembali menarik tangan Agneta menuju ke tempat itu.
Keduanya masuk ke dalam ruangan yang dibatasi oleh kaca buram yang tak tembus pandang. Di dalam sana ada sekitar sepuluh orang pria dan lima orang wanita yang sedang melakukan bersenang-senang.
“Hay, Babe!” sapa seorang pria langsung beranjak dari duduknya dan merangkul Sella. “Gaes, kenalkan ini Sella, cewek gue.”
Teman-teman Evan tampak mengangkat sebelah tangannya untuk menyapa Sella. “Dan ini Agneta, temanku. Dia masih jomblo lho,” ucap Sella membuat Agneta melotot ke arahnya, teman-teman Evan menyapanya ramah, tetapi ada juga yang berkata kurang ajar.
Sella memilih duduk bersama Evan dan berbincang dengan akrab, sedangkan Agneta memilih duduk di sofa single dengan memilin ujung gaunnya. Beberapa teman Evan menggodanya, tetapi Agneta tampak enggan untuk merespon mereka.
“Sorry gue telat,” ucap seseorang yang baru bergabung dan membuat semuanya menoleh ke arah pintu.
Degh!
Agneta menatap penuh binar dan rasa kagum saat melihat sosok siapa yang baru saja datang.
Seorang pria yang duduk santai dengan merangkul seorang wanita berkomentar, “Lo selalu telat, Davero.”
“Biasa, ada beberapa pekerjaan.” Davero menyalami mereka semua hingga berhenti di depan Agneta.
Agneta menunduk malu dan gugup karena berhadapan dengan pria yang selama tiga tahun lalu ia kagumi secara diam-diam. Pria itu adalah Davero Anderson, kakak kelasnya dulu saat dia masih duduk di bangku SMP. Kebetulan SMP dan SMK itu satu yayasan dan satu area walau beda gedung. Davero memang terkenal di sekolah, tak jarang banyak wanita yang terang-terangan mengejarnya. Selain memiliki ketampanan sempurna, Davero juga terkenal sebagai siswa yang pintar dan seorang atlet taekwondo.
“Hai, Agneta!” sapa Davero membuat Agneta tersenyum kikuk, wajahnya merona karena sapaan Davero untuk pertama kalinya. “Kau siswi SMK Nusantara, 'kan?”
“Eh? I-iya Kak,” jawab Agneta dengan canggung.
“Pantas saja aku merasa pernah melihatmu sebelumnya.”
Jantung Agneta berpacu cepat dan darahnya berdesir hanya karena mendengar keterangan singkat dari Davero.
***
“Neta!”
Panggilan itu membuatnya menoleh ke arah belakangnya dan menyahut, “Hai, Sella!”
“Nanti malam ikut gue, ya,” ajak Sella.
“Ke mana?” tanya Agneta.
“Nanti malam ada acara pesta, kebetulan Evan cowok gue ngajakin gue ikut. Lo tau sendiri kalau gue baru jadian sama dia. Gue belum terbiasa ikut perayaan gini dengan temen-temennya.”
“Aku belum tahu. Nanti papaku marah kalau aku pulang larut malam,” ucap Agneta.
“Tenang, biar gue telepon papamu dan memintakan izin padanya.”
“Tapi dengan alasan apa?” tanya Agneta.
“Tenang saja, lo tau beres aja. Okay?” ucap Sella dengan senyuman misteriusnya.
***
Ayah Agneta pun memberi izin pada Agneta untuk menginap di rumah Sella. Setelah bersiap-siap di rumah Sella, Agneta diberi pinjam pakaian malam oleh Sella.
“Sel, ini nggak terlalu pendek?” tanya Agneta melirik gaun ketat yang dia pakai. Gaun berwarna hitam itu melekat indah di tubuhnya.
“Lo cantik, Neta. Percaya aja sama gue,” ucapnya.
Agneta kembali menatap pantulan dirinya di depan cermin dengan ringisan kecil. Sella benar-benar merubah dirinya dari seorang upik abu menjadi Cinderella.
“Udah. Ayo nanti Evan terlalu lama menunggu.” Sella menarik tangan Agneta keluar kamar menuju ke mobil.
Mereka pergi menuju sebuah klub malam yang ada di kota Semarang. Sesampainya di sana, Sella kembali menarik Agneta masuk ke dalam klub. Tempat itu tampak seperti ruko kosong yang gelap jika dilihat dari luar. Namun, semakin ke dalam mereka menemukan sebuah tangga yang mengarah pada pintu berwarna hitam yang dijaga oleh dua orang pria berbadan besar. Keduanya masuk ke dalam saat pintu dibukakan dan suara musik yang kencang juga pencahayaan yang redup dan berkelap-kelip langsung menyambut kehadiran mereka. Di dalam hampir semua area ruangan dipenuhi oleh orang-orang yang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing.
“Di mana pacarmu?” tanya Agneta sedikit berteriak supaya suaranya terdengar Sella.
“Katanya dia ada di private room bersama teman-temannya. Ayo ikut!” ucap Sella sambil kembali menarik tangan Agneta menuju ke tempat itu.
Keduanya masuk ke dalam ruangan yang dibatasi oleh kaca buram yang tak tembus pandang. Di dalam sana ada sekitar sepuluh orang pria dan lima orang wanita yang sedang melakukan bersenang-senang.
“Hay, Babe!” sapa seorang pria langsung beranjak dari duduknya dan merangkul Sella. “Gaes, kenalkan ini Sella, cewek gue.”
Teman-teman Evan tampak mengangkat sebelah tangannya untuk menyapa Sella. “Dan ini Agneta, temanku. Dia masih jomblo lho,” ucap Sella membuat Agneta melotot ke arahnya, teman-teman Evan menyapanya ramah, tetapi ada juga yang berkata kurang ajar.
Sella memilih duduk bersama Evan dan berbincang dengan akrab, sedangkan Agneta memilih duduk di sofa single dengan memilin ujung gaunnya. Beberapa teman Evan menggodanya, tetapi Agneta tampak enggan untuk merespon mereka.
“Sorry gue telat,” ucap seseorang yang baru bergabung dan membuat semuanya menoleh ke arah pintu.
Degh!
Agneta menatap penuh binar dan rasa kagum saat melihat sosok siapa yang baru saja datang.
Seorang pria yang duduk santai dengan merangkul seorang wanita berkomentar, “Lo selalu telat, Davero.”
“Biasa, ada beberapa pekerjaan.” Davero menyalami mereka semua hingga berhenti di depan Agneta.
Agneta menunduk malu dan gugup karena berhadapan dengan pria yang selama tiga tahun lalu ia kagumi secara diam-diam. Pria itu adalah Davero Anderson, kakak kelasnya dulu saat dia masih duduk di bangku SMP. Kebetulan SMP dan SMK itu satu yayasan dan satu area walau beda gedung. Davero memang terkenal di sekolah, tak jarang banyak wanita yang terang-terangan mengejarnya. Selain memiliki ketampanan sempurna, Davero juga terkenal sebagai siswa yang pintar dan seorang atlet taekwondo.
“Hai, Agneta!” sapa Davero membuat Agneta tersenyum kikuk, wajahnya merona karena sapaan Davero untuk pertama kalinya. “Kau siswi SMK Nusantara, 'kan?”
“Eh? I-iya Kak,” jawab Agneta dengan canggung.
“Pantas saja aku merasa pernah melihatmu sebelumnya.”
Jantung Agneta berpacu cepat dan darahnya berdesir hanya karena mendengar keterangan singkat dari Davero.
***
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved