Bab 16 Sisi Timur Ada Aku, Kalian Pergi Ke Sisi Barat
by Mullet
08:01,Dec 20,2022
Untuk barang seperti ini, ia masih sangat tertarik, lagi pula, penyembahan untuk sembahyang tidak hanya berkaitan dengan kecepatan kultivasinya, apalagi juga berkaitan dengan nyawa kecilnya, jadi barang yang bisa dijadikan penyembahan, ia perlu memperhatikannya.
“Itu adalah sebuah gulungan lukisan, merupakan warisan yang diturun temurunkan oleh Kepala Keluarga Huang. Berdasarkan cerita yang ada, gulungan lukisan itu bisa memancarkan semacam energi yang membantu orang meningkatkan kultivasi bela dirinya. Barang ini terus menjadi pusaka berharga Keluarga Huang.”
Charlie Huang selesai mengucapkan kalimat itu dengan kesulitan.
Sekali mendengarnya, mata Terry Lu langsung bersinar. Kemudian, ia berkata usai berpikir sesaat.
“Begini saja, coba kamu ceritakan masalahmu dengan Keluarga Huang, akan kupikir-pikir kembali, apakah aku mau membantumu atau tidak.”
Mendengar Terry Lu tertarik, Charlie Huang memakai seluruh tenaganya untuk menceritakan kejadian bagaimana dirinya menjadi musuh dengan Keluarga Huang.
Usai mendengarnya, Terry Lu menghela nafas ringan, kemudian berujar setelah berpikir sesaat.
“Kalau begitu, aku terima permintaanmu, menerima seluruh kekuasaan dan kekayaanmu untuk menghancurkan Jansen Huang, sedangkan untuk anggota Keluarga Huang lain, apa yang akan terjadi pada mereka, maka biarkan nasib mereka saja yang menentukannya. Dengan begini, apakah kamu sudah puas?”
Mendengar kata-kata Terry Lu, raut wajah Charlie Huang masih tampak tidak terima, tapi akhirnya ia juga hanya mengangguk kepala.
“Aku dendam sekali!”
Kemudian, ia lagi-lagi menyemburkan darah banyak, bahkan juga bisa-bisanya mengeluarkan jantung yang telah hancur, dan tewas di tempat.
Melihat Charlie Huang yang mati dengan tidak ikhlas, Terry Lu menghembus nafas pelan. Nasibnya memang sangat menyedihkan, diperalat keluarga, dan lagi-lagi dibuang begitu saja, entah siapapun yang menjadi dirinya, mungkin mereka juga tidak akan bisa terima begitu saja.
Tapi yang bisa dilakukan Terry Lu juga hanya ini saja, yaitu menghancurkan Jansen Huang dan membalas dendam untuknya. Untuk pusaka berharga Keluarga Huang, meski ia sangat tertarik, tapi sepertinya juga kurang baik merebut paksa begitu saja, jadi ia hanya bisa memikirkan cara lain.
Untuk apa yang dikatakan Charlie Huang tadi, membunuh orang dan membasmi satu keluarga adalah hal yang paling tidak boleh dilakukan.
Ia tidak ada dendam besar dengan Keluarga Huang. Jika ia melakukan hal seperti ini hanya demi kekayaan, mungkin ia akan dicela orang-orang,
Bahkan saat menjadi tentara bayaran saja, ia tidak pernah melakukannya, apalagi sekarang.
Pada saat ini, hanya terlihat Bodhi hanya memberi hormat kepada Terry Lu, lalu ia melepaskan atasannya, dan mulai mengelap jejak darah di lantai.
Selesai mengelapnya, ia lagi-lagi memakai bajunya untuk membungkus jantung yang telah hancur itu dengan pelan-pelan, dan mengikatnya di bagian pinggang.
Kemudian, ia menggendong mayat Charlie Huang dan bersiap-siap pergi dari sana.
Melihat gerak-gerik Bodhi, Terry Lu tiba-tiba berkata.
“Sekarang jarang sekali ada anak buah yang setiap sepertimu, aku memberimu sebuah ujian, setelah Charlie Huang meninggal, pasti akan ada banyak orang yang menginginkan wilayahnya. Jika kamu bisa bertahan dalam ujian tersebut, wilayah Charlie Huang lain kali akan tetap kuberikan kepadamu untuk mengurusnya. Dan untuk masalah lainnya, aku akan membantumu menyelesaikannya juga, anggap saja sebagai hadiah karena kesetiaanmu.”
Mendengar ini, Bodhi yang menggendong mayat Charlie Huang langsung membungkuk badan dalam ke arah Terry Lu.
Lalu pergi begitu saja dalam diam.
Ia tidak menginginkan kekuasaan dan kekayaan Tuan Huang, namun bisa mempertahankan usaha yang didirikan Tuan Huang, juga dapat memberikan sedikit hiburan kepada Tuan Huang yang berada di dalam lain sana. Ini juga merupakan hal terakhir yang bisa ia lakukan untuk Tuan Huang.
Selain itu, ia juga masih ingin berlangsung hidup, dan mencari kesempatan membalas dendam untuk Tuan Huang, serta membasmi satu Keluarga Huang. Dengan adanya Terry Lu si pelindung terkuat di belakangnya, ia seharusnya bisa hidup lebih lama.
Sejak Terry Lu memukul mati Tuan Huang, ia juga tahu bahwa Terry Lu adalah seorang pendekar yang sesungguhnya. Sedangkan untuk di kalangan tersebut, semua itu pun harus dibayar, entah cepat ataupun lama. Untuk kematian Tuan Huang, selain sedih dan dendam, ia tidak pernah menyalahkannya kepada Terry Lu.
Yang sekarang ia menaruh dendam adalah Keluarga Huang yang tidak peduli sama sekali. Tuan Huang melakukan begitu banyak usaha untuk Keluarga Huang, dan ia dapat membuktikan semuanya. Namun, sekarang Tuan Huang malah dibuang begitu saja tanpa hati, ia tidak dapat menahannya sama sekali.
Ia menggendong mayat Charlie Huang kembali ke atas KTV Sky Tower, dan menaruh mayat Tuan Huang di dalam ruang rahasia, lalu mengambil sebuah Pedang Tebasan Tang dari atas dinding ruang rahasia.
Pedang ini selalu menjadi senjata kesukaan Tuan Huang, merupakan sepasang pedang, ukuran pedang ini setinggi dengan manusia, terlihat dingin dan sangat tajam.
Ini adalah pedang yang waktu itu Tuan Huang minta orang buat dengan meniru model pedang dinasti Tang dengan teknik zaman sekarang ini. Waktu itu ketika mencoba pedangnya, seekor kuda yang kuat pun langsung ditebas menjadi dua bagian begitu saja, dari kepala hingga ekornya, hal ini cukup membuktikan betapa tajamnya.
Membawa pedang yang hampir sama tinggi dengannya, Bodhi tiba di kantor Tuan Huang, dan duduk di tempat Tuan Huang dulu, serta mulai menunggu dalam diam.
Malam hari kian mendatang, dan bulan terang juga terpasang tinggi di atas sana.
Kini sudah malam pukul sebelas lebih, hanya saja, Jalan Khumdan malam ini terasa sangat hening dan janggal.
Biasanya, di waktu-waktu seperti ini adalah waktu dimana jalan ini paling ramai, lampu berwarna-warni menyala, orang-orang pun berlalu lalang.
Namun, malam ini bisa-bisanya tidak terlihat satu bayangan orang pun, apalagi juga tersebar dengan suasana yang mematikan di sekitar jalan.
Pukul dua belas malam tiba, jam dinding yang tergantung di sana juga berdenting tepat waktu. Bodhi bangkit dari tempat dan berjalan keluar dari kantor.
Di luar sana terdapat tiga puluh pria berperawakan kekar lebih dengan satu-satu membawa pedang dan memasang raut wajah yang serius, seperti sedang menunggu kedatangan perperangan besar.
Usai melihat sekilas orang-orang ini, Bodhi berkata.
“Kalian semua bisa di sini, aku sangat senang, berarti Tuan Huang juga tidak sia-sia telah mengajari kalian. Malam ini, mati atau hidup, maka semuanya hanya bisa mendengar apa yang ditakdirkan Maha Kuasa.”
“Kami bersumpah mati untuk menjaga harga diri Tuan Huang.”
Ketiga puluh pria bertubuh kekar itu bersorak kencang, dan berjalan di belakang Bodhi keluar dari KTV, berdiri dengan tengah jalan panjang.
Mereka semua hampir sama dengan Bodhi, merupakan anak-anak yatim piatu yang ditindas orang dan diadopsi diajar dibimbing Tuan Huang. Bertahun-tahun, hubungan mereka semua pun persis dengan hubungan ayah dan anak.
Sekarang Tuan Huang sudah meninggal, ada orang yang ingin merebut wilayah Tuan Huang, bagaimana mungkin mereka bisa menerimanya.
Saat ini, di kedua sisi jalan raya tersebut sama-sama muncul sekelompok orang yang bersetelan gelap dan berjalan mendekati kemari dengan membawa berbagai macam jenis senjata dan jumlah orang yang mencapai ratusan lebih.
“Sisi barat ada aku, kalian pergi ke sisi timur.”
Bodhi hanya berujar singkat.
Ketiga puluh pria bertubuh kekar itu langsung berputar ke arah timur tanpa ragu sama sekali, dan menyambut sekelompok orang bersetelan gelap.
Wajah Bodhi tanpa raut pun muncul sedikit kekejaman. Ia mengangkat Pedang Tebasan Tang di tangannya, dan diam-diam berlari ke arah sana.
“Serang!”
“Bunuh mereka semua, Kota Xijing akan menjadi milik kita.”
“Charlie Huang, akhirnya kamu mati juga, akhirnya aku bisa sukses juga.”
“Raja Surgawi Wen, setelah menginjak kaki di Sky Tower, Kota Xijing akan menjadi duniaku dan kamu.”
Bodhi tahu mereka itu adalah anak buahnya Raja Surgawi Wen dan Raja Surgawi Shou, sedangkan mereka berdua berada di tengah kerumunan sana.
“Ting, ting, duk, duk.”
Suara baja yang bertemu dan suara tabrakan antar pedang tajam dan tulang pun terdengar.
Di bawah Pedang Tebasan Tang, tidak ada satupun orang yang bisa berdiri di hadapan Bodhi.
Sedangkan Bodhi juga tidak peduli lagi dengan pedang panjang ataupun pisau pendek yang menyerang ke arahnya, dan hanya menebas, dan menebas lagi.
Dalam seketika, tubuhnya muncul beberapa luka pisau dan pedang, sedangkan di permukaan tanah sana juga terbaring belasan musuh yang semuanya mati karena ditebas dari pinggang.
Bodhi yang terus terdiam seperti sepenuhnya berubah menjadi mesin pembunuh, tidak tahu rasa sakit, tidak ada rasa takut, pandangan yang dingin juga tidak pernah berubah sama sekali.
Seiring lukanya yang semakin banyak, mayat yang terjatuh ke tanah juga terus bertambah. Perlahan-lahan, musuh yang menyerangnya bersama juga ketakutan melihat Bodhi yang menggila.
“Tidak perlu takut, ia sudah tidak kuat lagi. Kalian semua maju, aku jamin setelah malam ini, kalian tidak perlu khawatir lagi akan kehidupan nanti.”
Teriak Raja Surgawi Wen yang berdiri di tengah kerumunan kepada anak buahnya sendiri.
Raja Surgawi Wen tahu malam ini adalah sebuah kesempatan yang baik. Charlie Huang tiba-tiba meninggal, ia dan Raja Surgawi Shou pun berjanjian untuk menutup jalan raya.
Hanya perlu membunuh habis semuanya dengan anak buah setia milik Charlie Huang yang dipimpin Bodhi dan menginjakkan kaki ke dalam kantor KTV Sky Tower, sejak saat itu, tekanan di atas mereka pun tidak ada lagi, dan saat itu juga menjadi waktu yang sesungguhnya mereka menjadi sukses.
Jadi, mau Bodhi sekejam apa, berapa anak buah yang meninggal ataupun terluka, ia juga tidak mengizinkan mereka untuk mundur. Asal bisa berhasil membunuh Bodhi, segalanya pun akan berakhir.
Di sini, Bodhi mengganti luka dengan luka, mengganti nyawa dengan nyawa dan memakai aura yang tidak menyerah sama sekali untuk melawan banyak orang, serta bunuh besar-besaran.
Di sisi lain, tiga puluh pria bertubuh kekar bertabrakan bersama dengan ratusan anak buah Raja Surgawi Shou. Baru saja saling bertemu, lima enam orang dari mereka pun terkalahkan, tapi mereka juga pelan-pelan menjadi stabil, dan mulai saling melindungi satu sama lain, mulai menyerang satu sama lain.
Detik ini, mata Bodhi sudah tidak ada yang lain lagi. Asal ada sesuatu di depan matanya, ia pun langsung menebasnya. Untuk luka pada tubuhnya, ia sudah tidak peduli sama sekali. Ia berhutang budi kepada Tuan Huang akan nyawanya, mau dirinya bertarung hingga mati, ia juga tidak masalah.
Tebasan demi tebasan, Bodhi sudah tidak peduli lagi dengan jumlah luka pada tubuhnya. Ia hanya merasakan tenaganya yang terus berkurang, pedang di tangannya juga terasa sangat berat.
Tiba-tiba, ada sebuah pedang panjang yang langsung menusuk punggung belakangnya dari sudut yang sangat sulit, sehingga menembus ke dadanya.
Ia memakai kekuatan terakhirnya, memakai darah dagingnya untuk menjepit pedang tajam tersebut, agar ia tidak memberontak lagi. Bodhi berbalik badan dan menebas ke arah sana.
Darah dan keringat telah menutup sepasang matanya. Ia juga tidak tahu siapa yang menusuknya, namun semua ini sudah tidak penting lagi, karena ia sudah tidak kuat mengangkat pedang lagi.
“Tuan Huang, aku datang menyusulmu.”
Bodhi bergumam di dalam hati. Pedang di tangannya akhirnya terjatuh ke lantai, dan sekujur tubuhnya juga pelan-pelan terjatuh.
Namun, detik-detik ketika ia terjatuh ke tanah, ia dapat melihat seseorang yang tampak tidak tinggi namun bertubuh besar, pelan-pelan berjalan ke sampingnya.
……
Di kantor teratas KTV Sky Tower.
Terry Lu memangku kakinya duduk di kursi, sembari memandang keempat orang yang tertata rapi, atau bisa dikatakan juga empat mayat.
Satunya adalah Bodhi, dan tiga yang lainnya adalah anak buah setia Charlie Huang.
Awalnya ia tengah tertidur di dalam toko kelontong, namun gerak-gerik Bodhi membuatnya terus mengingat temannya dulu. Waktu itu, mereka juga seperti itu, sangat setia kepada dirinya dan rela berkorban demi dirinya.
Pada akhirnya, ia masih tidak dapat menahan dirinya, datang kemari dan menatap proses pertarungan itu.
Ia tidak ikut campur akan pertarungan ini sama sekali. Untuk masalah kalangan mereka, ia tidak ingin ikut terlibat ke dalam, ia masih ada urusan yang harus ia lakukan.
Tapi ia juga cukup terkagum dengan Charlie Huang yang bisa-bisanya memiliki anak buah yang begitu setia.
Perang hingga akhir, anak buah Raja Surgawi Wen yang mati dan terluka hampir mencapai setengah lebih dan semangat perang mereka juga berkurang banyak. Orang-orang takut akan perang dan tidak berani maju. Raja Surgawi Wen maju sendiri dan diam-diam menyerang Bodhi, tapi Bodhi malah menggunakan tubuhnya untuk menahan pedangnya, serta menebasnya menjadi dua bagian.
Sedangkan di sisi lain, dua belas anak buah setia Charlie Huang juga telah meninggal. Begitu pula dengan anak buah Raja Surgawi Shou yang terluka dan meninggal, pada saat yang sama, mereka juga muncul rasa takut akan perang.
Dengan terpaksa, Raja Surgawi Shou juga hanya bisa turun tangan sendiri.
Melihat kemunculan Raja Surgawi Shou, anak-anak buah setia Charlie Huang pun mulai menyerang tanpa peduli nyawa mereka.
Ganti nyawa dengan nyawa!
Dengan mengorbankan sembilan nyawa, mereka akhirnya membunuh Raja Surgawi Shou, sedangkan ketiga orang yang tersisa juga sudah sekarat.
Kedua pemimpin itu telah meninggal, sedangkan yang sisanya malah kabur ketakutan usai melihat sejumlah mayat yang memenuhi area sana.
Terry Lu pun baru membawa Bodhi dan ketiga anak buah setia Charlie Huang keluar dari kumpulan mayat datang kemari.
Bodhi yang terbaring di lantai sudah penuh dengan luka besar dan darah yang sudah mengalir habis, tanpa sekujur tubuhnya yang masih terlihat lengkap. Sedangkan ketiga orang lainnya juga sama.
Terry Lu pun mengerutkan alis, seperti sedang memikirkan sesuatu.
Pada akhirnya, ia hanya bisa menggelengkan kepala dan memakai ibu jarinya melintasi jari manisnya, datang ke hadapan keempat orang itu.
“Itu adalah sebuah gulungan lukisan, merupakan warisan yang diturun temurunkan oleh Kepala Keluarga Huang. Berdasarkan cerita yang ada, gulungan lukisan itu bisa memancarkan semacam energi yang membantu orang meningkatkan kultivasi bela dirinya. Barang ini terus menjadi pusaka berharga Keluarga Huang.”
Charlie Huang selesai mengucapkan kalimat itu dengan kesulitan.
Sekali mendengarnya, mata Terry Lu langsung bersinar. Kemudian, ia berkata usai berpikir sesaat.
“Begini saja, coba kamu ceritakan masalahmu dengan Keluarga Huang, akan kupikir-pikir kembali, apakah aku mau membantumu atau tidak.”
Mendengar Terry Lu tertarik, Charlie Huang memakai seluruh tenaganya untuk menceritakan kejadian bagaimana dirinya menjadi musuh dengan Keluarga Huang.
Usai mendengarnya, Terry Lu menghela nafas ringan, kemudian berujar setelah berpikir sesaat.
“Kalau begitu, aku terima permintaanmu, menerima seluruh kekuasaan dan kekayaanmu untuk menghancurkan Jansen Huang, sedangkan untuk anggota Keluarga Huang lain, apa yang akan terjadi pada mereka, maka biarkan nasib mereka saja yang menentukannya. Dengan begini, apakah kamu sudah puas?”
Mendengar kata-kata Terry Lu, raut wajah Charlie Huang masih tampak tidak terima, tapi akhirnya ia juga hanya mengangguk kepala.
“Aku dendam sekali!”
Kemudian, ia lagi-lagi menyemburkan darah banyak, bahkan juga bisa-bisanya mengeluarkan jantung yang telah hancur, dan tewas di tempat.
Melihat Charlie Huang yang mati dengan tidak ikhlas, Terry Lu menghembus nafas pelan. Nasibnya memang sangat menyedihkan, diperalat keluarga, dan lagi-lagi dibuang begitu saja, entah siapapun yang menjadi dirinya, mungkin mereka juga tidak akan bisa terima begitu saja.
Tapi yang bisa dilakukan Terry Lu juga hanya ini saja, yaitu menghancurkan Jansen Huang dan membalas dendam untuknya. Untuk pusaka berharga Keluarga Huang, meski ia sangat tertarik, tapi sepertinya juga kurang baik merebut paksa begitu saja, jadi ia hanya bisa memikirkan cara lain.
Untuk apa yang dikatakan Charlie Huang tadi, membunuh orang dan membasmi satu keluarga adalah hal yang paling tidak boleh dilakukan.
Ia tidak ada dendam besar dengan Keluarga Huang. Jika ia melakukan hal seperti ini hanya demi kekayaan, mungkin ia akan dicela orang-orang,
Bahkan saat menjadi tentara bayaran saja, ia tidak pernah melakukannya, apalagi sekarang.
Pada saat ini, hanya terlihat Bodhi hanya memberi hormat kepada Terry Lu, lalu ia melepaskan atasannya, dan mulai mengelap jejak darah di lantai.
Selesai mengelapnya, ia lagi-lagi memakai bajunya untuk membungkus jantung yang telah hancur itu dengan pelan-pelan, dan mengikatnya di bagian pinggang.
Kemudian, ia menggendong mayat Charlie Huang dan bersiap-siap pergi dari sana.
Melihat gerak-gerik Bodhi, Terry Lu tiba-tiba berkata.
“Sekarang jarang sekali ada anak buah yang setiap sepertimu, aku memberimu sebuah ujian, setelah Charlie Huang meninggal, pasti akan ada banyak orang yang menginginkan wilayahnya. Jika kamu bisa bertahan dalam ujian tersebut, wilayah Charlie Huang lain kali akan tetap kuberikan kepadamu untuk mengurusnya. Dan untuk masalah lainnya, aku akan membantumu menyelesaikannya juga, anggap saja sebagai hadiah karena kesetiaanmu.”
Mendengar ini, Bodhi yang menggendong mayat Charlie Huang langsung membungkuk badan dalam ke arah Terry Lu.
Lalu pergi begitu saja dalam diam.
Ia tidak menginginkan kekuasaan dan kekayaan Tuan Huang, namun bisa mempertahankan usaha yang didirikan Tuan Huang, juga dapat memberikan sedikit hiburan kepada Tuan Huang yang berada di dalam lain sana. Ini juga merupakan hal terakhir yang bisa ia lakukan untuk Tuan Huang.
Selain itu, ia juga masih ingin berlangsung hidup, dan mencari kesempatan membalas dendam untuk Tuan Huang, serta membasmi satu Keluarga Huang. Dengan adanya Terry Lu si pelindung terkuat di belakangnya, ia seharusnya bisa hidup lebih lama.
Sejak Terry Lu memukul mati Tuan Huang, ia juga tahu bahwa Terry Lu adalah seorang pendekar yang sesungguhnya. Sedangkan untuk di kalangan tersebut, semua itu pun harus dibayar, entah cepat ataupun lama. Untuk kematian Tuan Huang, selain sedih dan dendam, ia tidak pernah menyalahkannya kepada Terry Lu.
Yang sekarang ia menaruh dendam adalah Keluarga Huang yang tidak peduli sama sekali. Tuan Huang melakukan begitu banyak usaha untuk Keluarga Huang, dan ia dapat membuktikan semuanya. Namun, sekarang Tuan Huang malah dibuang begitu saja tanpa hati, ia tidak dapat menahannya sama sekali.
Ia menggendong mayat Charlie Huang kembali ke atas KTV Sky Tower, dan menaruh mayat Tuan Huang di dalam ruang rahasia, lalu mengambil sebuah Pedang Tebasan Tang dari atas dinding ruang rahasia.
Pedang ini selalu menjadi senjata kesukaan Tuan Huang, merupakan sepasang pedang, ukuran pedang ini setinggi dengan manusia, terlihat dingin dan sangat tajam.
Ini adalah pedang yang waktu itu Tuan Huang minta orang buat dengan meniru model pedang dinasti Tang dengan teknik zaman sekarang ini. Waktu itu ketika mencoba pedangnya, seekor kuda yang kuat pun langsung ditebas menjadi dua bagian begitu saja, dari kepala hingga ekornya, hal ini cukup membuktikan betapa tajamnya.
Membawa pedang yang hampir sama tinggi dengannya, Bodhi tiba di kantor Tuan Huang, dan duduk di tempat Tuan Huang dulu, serta mulai menunggu dalam diam.
Malam hari kian mendatang, dan bulan terang juga terpasang tinggi di atas sana.
Kini sudah malam pukul sebelas lebih, hanya saja, Jalan Khumdan malam ini terasa sangat hening dan janggal.
Biasanya, di waktu-waktu seperti ini adalah waktu dimana jalan ini paling ramai, lampu berwarna-warni menyala, orang-orang pun berlalu lalang.
Namun, malam ini bisa-bisanya tidak terlihat satu bayangan orang pun, apalagi juga tersebar dengan suasana yang mematikan di sekitar jalan.
Pukul dua belas malam tiba, jam dinding yang tergantung di sana juga berdenting tepat waktu. Bodhi bangkit dari tempat dan berjalan keluar dari kantor.
Di luar sana terdapat tiga puluh pria berperawakan kekar lebih dengan satu-satu membawa pedang dan memasang raut wajah yang serius, seperti sedang menunggu kedatangan perperangan besar.
Usai melihat sekilas orang-orang ini, Bodhi berkata.
“Kalian semua bisa di sini, aku sangat senang, berarti Tuan Huang juga tidak sia-sia telah mengajari kalian. Malam ini, mati atau hidup, maka semuanya hanya bisa mendengar apa yang ditakdirkan Maha Kuasa.”
“Kami bersumpah mati untuk menjaga harga diri Tuan Huang.”
Ketiga puluh pria bertubuh kekar itu bersorak kencang, dan berjalan di belakang Bodhi keluar dari KTV, berdiri dengan tengah jalan panjang.
Mereka semua hampir sama dengan Bodhi, merupakan anak-anak yatim piatu yang ditindas orang dan diadopsi diajar dibimbing Tuan Huang. Bertahun-tahun, hubungan mereka semua pun persis dengan hubungan ayah dan anak.
Sekarang Tuan Huang sudah meninggal, ada orang yang ingin merebut wilayah Tuan Huang, bagaimana mungkin mereka bisa menerimanya.
Saat ini, di kedua sisi jalan raya tersebut sama-sama muncul sekelompok orang yang bersetelan gelap dan berjalan mendekati kemari dengan membawa berbagai macam jenis senjata dan jumlah orang yang mencapai ratusan lebih.
“Sisi barat ada aku, kalian pergi ke sisi timur.”
Bodhi hanya berujar singkat.
Ketiga puluh pria bertubuh kekar itu langsung berputar ke arah timur tanpa ragu sama sekali, dan menyambut sekelompok orang bersetelan gelap.
Wajah Bodhi tanpa raut pun muncul sedikit kekejaman. Ia mengangkat Pedang Tebasan Tang di tangannya, dan diam-diam berlari ke arah sana.
“Serang!”
“Bunuh mereka semua, Kota Xijing akan menjadi milik kita.”
“Charlie Huang, akhirnya kamu mati juga, akhirnya aku bisa sukses juga.”
“Raja Surgawi Wen, setelah menginjak kaki di Sky Tower, Kota Xijing akan menjadi duniaku dan kamu.”
Bodhi tahu mereka itu adalah anak buahnya Raja Surgawi Wen dan Raja Surgawi Shou, sedangkan mereka berdua berada di tengah kerumunan sana.
“Ting, ting, duk, duk.”
Suara baja yang bertemu dan suara tabrakan antar pedang tajam dan tulang pun terdengar.
Di bawah Pedang Tebasan Tang, tidak ada satupun orang yang bisa berdiri di hadapan Bodhi.
Sedangkan Bodhi juga tidak peduli lagi dengan pedang panjang ataupun pisau pendek yang menyerang ke arahnya, dan hanya menebas, dan menebas lagi.
Dalam seketika, tubuhnya muncul beberapa luka pisau dan pedang, sedangkan di permukaan tanah sana juga terbaring belasan musuh yang semuanya mati karena ditebas dari pinggang.
Bodhi yang terus terdiam seperti sepenuhnya berubah menjadi mesin pembunuh, tidak tahu rasa sakit, tidak ada rasa takut, pandangan yang dingin juga tidak pernah berubah sama sekali.
Seiring lukanya yang semakin banyak, mayat yang terjatuh ke tanah juga terus bertambah. Perlahan-lahan, musuh yang menyerangnya bersama juga ketakutan melihat Bodhi yang menggila.
“Tidak perlu takut, ia sudah tidak kuat lagi. Kalian semua maju, aku jamin setelah malam ini, kalian tidak perlu khawatir lagi akan kehidupan nanti.”
Teriak Raja Surgawi Wen yang berdiri di tengah kerumunan kepada anak buahnya sendiri.
Raja Surgawi Wen tahu malam ini adalah sebuah kesempatan yang baik. Charlie Huang tiba-tiba meninggal, ia dan Raja Surgawi Shou pun berjanjian untuk menutup jalan raya.
Hanya perlu membunuh habis semuanya dengan anak buah setia milik Charlie Huang yang dipimpin Bodhi dan menginjakkan kaki ke dalam kantor KTV Sky Tower, sejak saat itu, tekanan di atas mereka pun tidak ada lagi, dan saat itu juga menjadi waktu yang sesungguhnya mereka menjadi sukses.
Jadi, mau Bodhi sekejam apa, berapa anak buah yang meninggal ataupun terluka, ia juga tidak mengizinkan mereka untuk mundur. Asal bisa berhasil membunuh Bodhi, segalanya pun akan berakhir.
Di sini, Bodhi mengganti luka dengan luka, mengganti nyawa dengan nyawa dan memakai aura yang tidak menyerah sama sekali untuk melawan banyak orang, serta bunuh besar-besaran.
Di sisi lain, tiga puluh pria bertubuh kekar bertabrakan bersama dengan ratusan anak buah Raja Surgawi Shou. Baru saja saling bertemu, lima enam orang dari mereka pun terkalahkan, tapi mereka juga pelan-pelan menjadi stabil, dan mulai saling melindungi satu sama lain, mulai menyerang satu sama lain.
Detik ini, mata Bodhi sudah tidak ada yang lain lagi. Asal ada sesuatu di depan matanya, ia pun langsung menebasnya. Untuk luka pada tubuhnya, ia sudah tidak peduli sama sekali. Ia berhutang budi kepada Tuan Huang akan nyawanya, mau dirinya bertarung hingga mati, ia juga tidak masalah.
Tebasan demi tebasan, Bodhi sudah tidak peduli lagi dengan jumlah luka pada tubuhnya. Ia hanya merasakan tenaganya yang terus berkurang, pedang di tangannya juga terasa sangat berat.
Tiba-tiba, ada sebuah pedang panjang yang langsung menusuk punggung belakangnya dari sudut yang sangat sulit, sehingga menembus ke dadanya.
Ia memakai kekuatan terakhirnya, memakai darah dagingnya untuk menjepit pedang tajam tersebut, agar ia tidak memberontak lagi. Bodhi berbalik badan dan menebas ke arah sana.
Darah dan keringat telah menutup sepasang matanya. Ia juga tidak tahu siapa yang menusuknya, namun semua ini sudah tidak penting lagi, karena ia sudah tidak kuat mengangkat pedang lagi.
“Tuan Huang, aku datang menyusulmu.”
Bodhi bergumam di dalam hati. Pedang di tangannya akhirnya terjatuh ke lantai, dan sekujur tubuhnya juga pelan-pelan terjatuh.
Namun, detik-detik ketika ia terjatuh ke tanah, ia dapat melihat seseorang yang tampak tidak tinggi namun bertubuh besar, pelan-pelan berjalan ke sampingnya.
……
Di kantor teratas KTV Sky Tower.
Terry Lu memangku kakinya duduk di kursi, sembari memandang keempat orang yang tertata rapi, atau bisa dikatakan juga empat mayat.
Satunya adalah Bodhi, dan tiga yang lainnya adalah anak buah setia Charlie Huang.
Awalnya ia tengah tertidur di dalam toko kelontong, namun gerak-gerik Bodhi membuatnya terus mengingat temannya dulu. Waktu itu, mereka juga seperti itu, sangat setia kepada dirinya dan rela berkorban demi dirinya.
Pada akhirnya, ia masih tidak dapat menahan dirinya, datang kemari dan menatap proses pertarungan itu.
Ia tidak ikut campur akan pertarungan ini sama sekali. Untuk masalah kalangan mereka, ia tidak ingin ikut terlibat ke dalam, ia masih ada urusan yang harus ia lakukan.
Tapi ia juga cukup terkagum dengan Charlie Huang yang bisa-bisanya memiliki anak buah yang begitu setia.
Perang hingga akhir, anak buah Raja Surgawi Wen yang mati dan terluka hampir mencapai setengah lebih dan semangat perang mereka juga berkurang banyak. Orang-orang takut akan perang dan tidak berani maju. Raja Surgawi Wen maju sendiri dan diam-diam menyerang Bodhi, tapi Bodhi malah menggunakan tubuhnya untuk menahan pedangnya, serta menebasnya menjadi dua bagian.
Sedangkan di sisi lain, dua belas anak buah setia Charlie Huang juga telah meninggal. Begitu pula dengan anak buah Raja Surgawi Shou yang terluka dan meninggal, pada saat yang sama, mereka juga muncul rasa takut akan perang.
Dengan terpaksa, Raja Surgawi Shou juga hanya bisa turun tangan sendiri.
Melihat kemunculan Raja Surgawi Shou, anak-anak buah setia Charlie Huang pun mulai menyerang tanpa peduli nyawa mereka.
Ganti nyawa dengan nyawa!
Dengan mengorbankan sembilan nyawa, mereka akhirnya membunuh Raja Surgawi Shou, sedangkan ketiga orang yang tersisa juga sudah sekarat.
Kedua pemimpin itu telah meninggal, sedangkan yang sisanya malah kabur ketakutan usai melihat sejumlah mayat yang memenuhi area sana.
Terry Lu pun baru membawa Bodhi dan ketiga anak buah setia Charlie Huang keluar dari kumpulan mayat datang kemari.
Bodhi yang terbaring di lantai sudah penuh dengan luka besar dan darah yang sudah mengalir habis, tanpa sekujur tubuhnya yang masih terlihat lengkap. Sedangkan ketiga orang lainnya juga sama.
Terry Lu pun mengerutkan alis, seperti sedang memikirkan sesuatu.
Pada akhirnya, ia hanya bisa menggelengkan kepala dan memakai ibu jarinya melintasi jari manisnya, datang ke hadapan keempat orang itu.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved