Bab 5 Kakak Ipar

by Muhammad Alwi 14:28,Aug 02,2022
Zaina buru-buru meninggalkan kamar Zoe dan langsung berlari ke kamar Vinzo!

"Tok tok tok!"

“Kakak ipar! Kakak ipar! Buka pintunya!” Zaina mengetuk pintu tanpa berhenti.

Pada saat ini, Vinzo sedang duduk bersila, pernafasan teratur di tubuhnya segera berhenti ketika mendengar ketukan di pintu, dia bangun dari tempat tidur.

Membuka pintu, Vinzo melihat seorang gadis yang mirip dengan Zoe dan langsung tahu bahwa itu adalah Zaina.

“Halo kakak ipar! Namaku Zaina!” Sapa Zaina dengan senyum di wajahnya.

“Halo! Panggil saja aku Vinzo, aku hanya punya nikah kontrak dengan kakakmu, belum resmi menikah.” Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman yang tidak perlu, Vinzo segera menjelaskan.

Tapi di telinga Zaina, tidak terdengar seperti--

Hmm, masih berani mengoceh omong kosong? Berani berlagak di depanku! Mimpi kalau bisa menikahi kakakku? Tidak akan pernah terjadi!

"Hanya tinggal masalah waktu saja!"

"Hehe, Kakak ipar baru saja datang ke Hagia, kamu pasti belum pernah berkeliling?"

"Betul, aku tidak punya waktu untuk jalan-jalan!" Kata Vinzo.

“Bagus kalau gitu, kakakku masih sibuk dengan pekerjaan, aku punya waktu kosong.” Zaina terkikik dan mengulurkan tangannya untuk menarik Vinzo “Kakak ipar, aku akan mengajakmu berkeliling! Ayo pergi!”

Tanpa basa-basi lagi, Zaina menarik Vinzo keluar.

Dia tidak peduli apakah Vinzo mau menolak atau tidak, dia harus memberi pelajaran pada pria ini dengan baik.

Kalau tidak, pria ini akan benar-benar membuatnya berpikir bahwa dia bisa bersikap seenaknya.

Vinzo tersenyum tipis, dia tidak menolak.

Keduanya masuk ke mobil Zaina "Kakak ipar, aku baru saja dapat SIM, aku belum bisa mengemudi dengan baik, jadi kencangkan sabuk pengamanmu."

Zaina tersenyum licik, pedal gas di bawah kakinya diinjak, mobil sport itu dengan cepat mundur, bergerak melingkar, seluruh mobil ini berputar dengan cepat, membuat Vinzo tidak punya waktu untuk mengencangkan sabuk pengamannya.

Tepat ketika Zaina menoleh untuk melihat Vinzo yang ketakutan, dia melihat Vinzo duduk di tempatnya dengan tenang, bahkan jika dia tidak memakai sabuk pengamannya, Vinzo terlihat stabil seperti gunung yang kokoh!

Zaina bicara dalam hatinya, bagaimana ini mungkin bisa terjadi!

Vinzo menatap Zaina, selagi dia membetulkan posisinya, tubuhnya tidak terlihat miring sedikit pun, dia menarik sabuk pengaman perlahan, bahkan berkata dengan santai "Lumayan juga, cara mengemudimu cukup stabil."

Zaina kesal dalam hatinya, dia terpaksa menunjukan senyumnya "Terima kasih kakak ipar atas pujiannya, kalau begitu duduk dulu saja degan tenang!"

Zaina menginjak pedal gas lagi, dia menggunakan seluruh keterampilan mengemudi sepanjang hidupnya.

Namun, tidak peduli gerakan mendebarkan seperti apa yang dia lakukan, Vinzo tetap duduk tenang seperti gunung yang kokoh dari awal hingga akhir, tidak ada rasa takut sedikit pun.

Hal ini membuat Zaina mulai meragukan kemampuan mengemudinya yang dibanggakannya!

Satu jam kemudian, Zaina akhirnya merasa bosan dan memarkir mobilnya di depan sebuah klub malam.

"Ayo, kakak ipar, kita akan bersenang-senang di klub!"

Zaina menarik Vinzo ke dalam sebuah ruangan, di mana musik yang keras membuat Vinzo mengerutkan keningnya.

Rokok, anggur, ada juga beberapa wanita berpakaian seksi menemani beberapa anak muda yang terlihat seperti anak sma, mereka semua menyapa ketika melihat Zaina masuk.

"Zaina, kamu datang!"

Begitu dia masuk ke ruangan ini, Vinzo melihat meja penuh dengan rokok dan anggur.

Beberapa wanita berpenampilan seksi terlihat menemani beberapa anak muda yang berpenampilan seperti siswa sma, mereka semua berteriak ketika melihat Zaina masuk.

"Hadeh, Diva Zaina terlambat, kamu harus minum sebagBillykuman!"

Zaina duduk dan terlihat menikmati suasana, mengambil botol bir di atas meja dan membukanya "Haha, kalau terlambat harus dihukum minum, apakah satu botol cukup?"

“Tentu tidak cukup! Setidaknya harus tiga botol, hari ini adalah hari ulang tahun Gandhi, bagaimana kamu bisa terlambat?” Beberapa orang berkata dan mendorong Zaina untuk minum.

"Tiga botol! Harus habis tiga botol, sang Diva Zaina pasti akan minum kan?"

Terlihat seseorang telah membuka tiga botol anggur dan meletakkannya di depan Zaina, Vinzo sedikit mengernyit.

Memangnya gadis kecil ini bisa minum banyak?

Namun, Zaina tidak buru-buru mengambil anggur tersebut, melainkan melirik Vinzo dan berkata "Kakak ipar, ayo, minum bersama!"

Setelah ocehan ini, seluruh ruangan tiba-tiba hening.

Seseorang bahkan menghentikan musiknya, semua orang menatap Vinzo bersamaan.

Kakak ipar?

Ini suami dari si Cantik Kota Hagia, Zoe dari Keluarga Rosvena?

Mustahil!

"Zaina, siapa pria ini?"

"Ini bukan kakak iparmu beneran kan?"

Mata semua orang tertuju pada Vinzo, menatapnya dengan pakaian norak, dengan ekspresi aneh di wajahnya.

"Sini, izinkan aku memperkenalkan pada kalian, ini adalah kakak iparku! Meskipun dia baru turun dari gunung dan belum lulus dari universitas, bahkan anak magang di Perusahaan Keluarga Rosvena, kita semua tetap bisa teman yang baik!"

Zaina berkata dengan lantang, meski perkenalannya terkesan biasa saja, tapi maksudnya sudah jelas.

Kali ini, di dalam ruangan, semua orang mulai tertawa.

Ini tidak mungkin! Seseorang yang baru turun dari gunung, tidak lulus kuliah, bahkan harus bergantung dengan koneksi orang dalam untuk mencari pekerjaan, bisakah menjadi suami Zoe, wanita paling cantik dari Hagia?

“Kakak, apa benar kamu baru turun dari gunung? Apakah kamu pernah minum di kota? Apakah kamu ingin duduk dan mencobanya?” Seorang pria berpakaian penuh gaya berdiri dengan senyum di wajahnya, terlihat sangat tidak ramah.

“Tidak, aku tidak minum.” Vinzo langsung menolak.

Dalam sekejap, ekspresi pria itu berubah.

Beraninya orang yang baru turun dari gunung ini menolaknya?

Tapi dia tidak terburu-buru menyerang, pemuda itu berkata "Tidak minum? Kalau menurutku sih kamu takut minum! Pasti karena baru turun dan keluar dari gunung jadi belum pernah melihat banyak hal di kota jadi takut minum ya? Tenang saja, aku yang bayar!"

"Lagipula..." Pemuda itu mengambil sebotol anggur di atas meja dan mengetuk perlahan dengan jari-jarinya "Kamu mungkin tidak akan mampu membayar sebotol anggur ini walaupun dengan gaji magangmu selama setahun!"

Setelah bicara, pria itu akhirnya tidak bisa melepas tawanya, lalu yang lainnya segera mengikuti.

“Tuan Muda Tirto, bagaimana kamu bisa mengatakan hal seperti itu? Ini adalah kakak ipar Zaina, tentu saja dia bisa meminta istrinya memberikan uang saku untuk membeli dua botol anggur?” Mendengar bahwa Gandhi sengaja mempermalukan Vinzo, yang lain juga mengikuti.

Vinzo tetap santai, melirik pria itu dengan tenang, terus mengabaikannya.

Uang?

Baginya, hal semacam ini hanyalah angka, jika dia ingin menghasilkan uang, selama dia meminta, berapa banyak orang yang mau memberikannya secara sukarela.

Vindo melirik Zaina, dia tahu untuk apa Zaina membawanya keluar.

Sambil menggelengkan kepalanya, Vinzo berkata "Zaina, jika kamu minum cukup banyak seperti ini, kakakmu pasti akan khawatir, ayo kita pulang."

"Apa maksudmu? Zaina adalah teman kami, aku yang mengundangnya untuk datang, memangnya siapa kamu mau membawanya pulang?"

Gandhi langsung emosi, dia berjalan ke arah Vinzo, mengulurkan jarinya, menyodok keras dada Vinzo, dia berkata "Apakah kamu mengerti aturannya? Kalau tidak mampu, mending pulang saja sendiri!"

Tatapan mematikan terlintas di mata Vinzo.

Vinzo melihat jari yang menusuk dadanya, suaranya berubah jadi berat "Singkirkan jarimu."

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

2499