Bab 12 Aku Akan Segera Menikah
by Elisa
10:01,Jan 26,2021
"Menikah?" Gavin tersenyum, "Kalau aku tidak salah ingat, kau juga baru saja putus tidak sampai tiga hari kan? Sebagai seorang wanita, apa kau tidak memerlukan waktu untuk memulihkan batinmu setelah putus?"
Lucia agak sedikit kelabakan, ternyata mengatakan satu kebohongan memang perlu ditutupi dengan 99 kebohongan lainnya.
Tapi ia sudah terlanjur mengatakannya, oleh karena itu ia juga tak bisa kembali lagi.
Lucia tersenyum dan berkata, "Alihkan perhatianku saja sudah cukup, lagipula, ia juga sudah mengejarku sejak lama, mati-matian ingin menikah denganku, sebenarnya bisa mendapatkan cadangan untuk menikah ternyata lumayan juga."
Alis Gavin agak sedikit terangkat ke atas, jadi dia hanyalah seorang cadangan saja?
Lucia melanjutkan, "Yang jelas aku sudah mengerti, daripada menikah dengan orang yang disukai tapi tidak menyukaiku kembali, lebih baik menikah dengan orang yang menyukaiku."
Gavin tersenyum dingin.
Di atas meja masih tersisa sepotong daging terakhir, Lucia melirik ke arah Gavin, "Kau sudah selesai makan?", sambil memasukkan potongan daging itu ke dalam mulutnya diam-diam.
Sambil minum air Gavin berkata, "Aku hanya teringat pada tunanganku saja tiba-tiba."
"Ah? Kau sudah punya tunangan?" Mata Lucia berubah bulat, habislah, habislah sudah, tanpa sengaja dirinya telah menjadi penjahat yang merusak rumah tangga orang lain!
Hal ini juga membuat Lucia semakin yakin bahwa dirinya tidak boleh mengenal pria ini.
"Iya." jawab Gavin.
Situasinya berubah sangat memalukan.
Untung saja makanan mereka sudah habis, Lucia pun mengeluarkan dompetnya hendak membayar santapan mereka, namun Gavin malah berkata, "Satu piring lagi."
"Tapi, aku sudah kenyang."
"Aku belum."
Seketika itu barulah Lucia teringat, sepertinya pria di hadapannya ini tidak makan begitu banyak, sepertinya dirinya hanya makan dengan asyik sendiri saja tadi.
Kalau tahu begitu, tadi ia tidak akan makan mati-matian seperti itu!
Sampai kekenyangan seperti ini!
Tapi ia telah berjanji untuk mentraktir pria ini makan, oleh karena itu Lucia pun memesan satu piring daging lagi.
Gavin tetap duduk di tempatnya tanpa bergerak, karena kmalu, Lucia pun memanggangkan beberapa porong daging dan ia letakkan di piring Gavin. Tapi Gavin tetap saja tidak bergerak, dan hanya menatap Lucia dengan tatapan yang campur aduk.
Akhirnya Lucia pun memasang wajah tebal dan berkata, "Lupakan saja kejadian waktu itu, aku tidak tahu bahwa kau memiliki tunangan. Hehe, kalau dilihat dari penampilanmu, tunanganmu pasti sangat cantik, pasti sangat cocok denganmu."
Ya Tuhan, cepat makanlah daging itu sampai habis jadi aku bisa pergi!
Bibir Gavin terangkat ke atas, "Sangat jelek."
"Hah?"
"Dan tidak berpendidikan."
"...... Oh."
"Oleh karena itu aku mau membatalkan pertunangan ini."
"Ah!" Sangking terkejutnya, Lucia pun menjatuhkan sepotong daging yang sedang ia panggang ke bajunya sendiri, tanpa mempedulikan bekas minyak itu, ia bertanya, "Kenapa?"
"Dia tidak tahu diri, sudah tahu dirinya telah memiliki tunangan, masih saja menggoda pria lain ke sana kemari, sama seperti......" Gavin pun berdiri, lalu melektakkan kedua tangannya di atas meja, dan mendekat pada Lucia, "Sama seperti dirimu."
Lucia pun ketakutan setengah mati, ia langsung melemparkan uang lima ratus RMB ke atas meja dan langsung pergi, ia merasa kalau mereka terus melanjutkan perbincangan mereka lagi, mungkin saja pria itu akan menyalahkan dirinya atas pembatalan pertungangan pria itu dengan tunangannya.
Ia masih ingat dengan perkataan terakhir pria itu, "Aku pasti akan membatalkan pertunangan ini!"
Menakutkan sekali!
Lucia langsung berlari kembali ke rumah sakit, saat itu Olivia sedang diinfus, begitu melihat Lucia datang dengan tangan kosong, Olivia pun mengerutkan keningnya dan bertanya, "Mana teh jahe gula merahku?"
"Aku...... lupa?"
"Lupa?" tanya Olivia dengan kencang, sambil melihat ke arah Daniel yang masuk ke ruangannya sambil membawa sebuah gelas.
"Di rumah sakit tidak ada jahe, jadi hanya kubuatkan teh gula merah saja." kata Daniel sambil meletakkan gelas itu.
"Terima kasih, Dokter Lan." seketika Olivia pun berubah manis.
Daniel tersenyum dan berkata, "Perhatikan istirahatmu, tidurlah secara teratur." Olivia pun mengangguk manis. Begitu Daniel mengangkat kepalanya, ia pun melihat Lucia dan tercengang sejenak, ia menggerak-gerakkan bibirnya dengan kaku, lalu segera berlari keluar dan menelepon Gavin di sebuah sudut yang sepi:
"Nona Besar Pei-mu ada di rumah sakit! Cepat kemari!"
Suara Gavin yang berada di seberang sana terdengar sangat licik dan tidak tertebak, "Berpura-puralah tidak mengenalnya."
Lucia agak sedikit kelabakan, ternyata mengatakan satu kebohongan memang perlu ditutupi dengan 99 kebohongan lainnya.
Tapi ia sudah terlanjur mengatakannya, oleh karena itu ia juga tak bisa kembali lagi.
Lucia tersenyum dan berkata, "Alihkan perhatianku saja sudah cukup, lagipula, ia juga sudah mengejarku sejak lama, mati-matian ingin menikah denganku, sebenarnya bisa mendapatkan cadangan untuk menikah ternyata lumayan juga."
Alis Gavin agak sedikit terangkat ke atas, jadi dia hanyalah seorang cadangan saja?
Lucia melanjutkan, "Yang jelas aku sudah mengerti, daripada menikah dengan orang yang disukai tapi tidak menyukaiku kembali, lebih baik menikah dengan orang yang menyukaiku."
Gavin tersenyum dingin.
Di atas meja masih tersisa sepotong daging terakhir, Lucia melirik ke arah Gavin, "Kau sudah selesai makan?", sambil memasukkan potongan daging itu ke dalam mulutnya diam-diam.
Sambil minum air Gavin berkata, "Aku hanya teringat pada tunanganku saja tiba-tiba."
"Ah? Kau sudah punya tunangan?" Mata Lucia berubah bulat, habislah, habislah sudah, tanpa sengaja dirinya telah menjadi penjahat yang merusak rumah tangga orang lain!
Hal ini juga membuat Lucia semakin yakin bahwa dirinya tidak boleh mengenal pria ini.
"Iya." jawab Gavin.
Situasinya berubah sangat memalukan.
Untung saja makanan mereka sudah habis, Lucia pun mengeluarkan dompetnya hendak membayar santapan mereka, namun Gavin malah berkata, "Satu piring lagi."
"Tapi, aku sudah kenyang."
"Aku belum."
Seketika itu barulah Lucia teringat, sepertinya pria di hadapannya ini tidak makan begitu banyak, sepertinya dirinya hanya makan dengan asyik sendiri saja tadi.
Kalau tahu begitu, tadi ia tidak akan makan mati-matian seperti itu!
Sampai kekenyangan seperti ini!
Tapi ia telah berjanji untuk mentraktir pria ini makan, oleh karena itu Lucia pun memesan satu piring daging lagi.
Gavin tetap duduk di tempatnya tanpa bergerak, karena kmalu, Lucia pun memanggangkan beberapa porong daging dan ia letakkan di piring Gavin. Tapi Gavin tetap saja tidak bergerak, dan hanya menatap Lucia dengan tatapan yang campur aduk.
Akhirnya Lucia pun memasang wajah tebal dan berkata, "Lupakan saja kejadian waktu itu, aku tidak tahu bahwa kau memiliki tunangan. Hehe, kalau dilihat dari penampilanmu, tunanganmu pasti sangat cantik, pasti sangat cocok denganmu."
Ya Tuhan, cepat makanlah daging itu sampai habis jadi aku bisa pergi!
Bibir Gavin terangkat ke atas, "Sangat jelek."
"Hah?"
"Dan tidak berpendidikan."
"...... Oh."
"Oleh karena itu aku mau membatalkan pertunangan ini."
"Ah!" Sangking terkejutnya, Lucia pun menjatuhkan sepotong daging yang sedang ia panggang ke bajunya sendiri, tanpa mempedulikan bekas minyak itu, ia bertanya, "Kenapa?"
"Dia tidak tahu diri, sudah tahu dirinya telah memiliki tunangan, masih saja menggoda pria lain ke sana kemari, sama seperti......" Gavin pun berdiri, lalu melektakkan kedua tangannya di atas meja, dan mendekat pada Lucia, "Sama seperti dirimu."
Lucia pun ketakutan setengah mati, ia langsung melemparkan uang lima ratus RMB ke atas meja dan langsung pergi, ia merasa kalau mereka terus melanjutkan perbincangan mereka lagi, mungkin saja pria itu akan menyalahkan dirinya atas pembatalan pertungangan pria itu dengan tunangannya.
Ia masih ingat dengan perkataan terakhir pria itu, "Aku pasti akan membatalkan pertunangan ini!"
Menakutkan sekali!
Lucia langsung berlari kembali ke rumah sakit, saat itu Olivia sedang diinfus, begitu melihat Lucia datang dengan tangan kosong, Olivia pun mengerutkan keningnya dan bertanya, "Mana teh jahe gula merahku?"
"Aku...... lupa?"
"Lupa?" tanya Olivia dengan kencang, sambil melihat ke arah Daniel yang masuk ke ruangannya sambil membawa sebuah gelas.
"Di rumah sakit tidak ada jahe, jadi hanya kubuatkan teh gula merah saja." kata Daniel sambil meletakkan gelas itu.
"Terima kasih, Dokter Lan." seketika Olivia pun berubah manis.
Daniel tersenyum dan berkata, "Perhatikan istirahatmu, tidurlah secara teratur." Olivia pun mengangguk manis. Begitu Daniel mengangkat kepalanya, ia pun melihat Lucia dan tercengang sejenak, ia menggerak-gerakkan bibirnya dengan kaku, lalu segera berlari keluar dan menelepon Gavin di sebuah sudut yang sepi:
"Nona Besar Pei-mu ada di rumah sakit! Cepat kemari!"
Suara Gavin yang berada di seberang sana terdengar sangat licik dan tidak tertebak, "Berpura-puralah tidak mengenalnya."
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved