Bab 11 Melindungi
by Leony Abrey
09:59,May 23,2020
Austin satu suara perintah, Finn langsung memanaskan air panas, tunggu suhu monitor mencapai 100 derajat, baru mulai menerima air.
Merisa Darwanti memeluk paha Carmine Pratama, gemetaran seperti daun layu yang ditiup angin kencang, “tolong aku, Ketua Carmine, tolong aku……”
Dalam hati Carmine Pratama juga muncul rasa dingin, meskipun Austin sejak lahir berperasaan dingin, tetapi karena hubungan mami dan Bibi Ina baik, dia terhadap dia masih lembut, tidak pernah kejam seperti sekarang begini.
Apakah dia sedang melindungi Emily?
Dia terpaksauntuk menikahi dia, sama sekali tidak ada perasaan terhadap dia, mengapa mau melindungi dia?
“Merisa Darwanti, kamu lepaskan aku, masalah kamu, kamu mengurusinya sendiri, aku sudah mau kembali bekerja.”
Pada saat letak persoalan, selamatkan diri sendiri dulu, dia tidak ingin pada saat menyiram air mendidih, dia juga mendapatnya.
Tetapi Merisa Darwanti menangkap sangat erat, tidak mau melepaskan, “Ketua Carmine, semua yang aku lakukan itu untuk kamu, bukankah kamu bilang direktur Wijaya adalah……”
Perkataan dia masih belum selesai, langsung diteriak dan diputuskan oleh Carmine Pratama, “sudahlah, aku tahu kamu tidak terbiasa melihat orang baru yang sombong, menekan orang, sikap yang tidak sopan yang sedikitpun tidak menghormati senior. Tetapi orang lain tidak sama dengan kita, orang lain adalah datang dari kampung, mana mengerti apa artinya sopan santun. Kamu begitu perhitungan dengan orang lain untuk apa, malah merendahkan status diri sendiri.”
Dalam perkataan setiap kata membawa duri, terhadap Emily malu sesaat, didengar oleh Merisa Darwanti, masih mengira adalah sedang mencari alasan demi diri sendiri, mengangguk kepala dengan sekuat tenaga, “aku tahu, aku sudah salah, meskipun dia marah orang, aku juga seharusnya bersabar, aku terlalu muda, sudah terlalu gampang untuk emosi.”
Emily sudah marah, masih mengira diri sendiri mengalah sebentar, mereka akan tahu batas, tidak kepikiran masih berubah menjadi lebih keterlaluan.
Dia mengulurkan tangan, mengangkat pegangan gelas.
Bibir tipis Austin tergores sebuah kedinginan, tunggu Emily menyiram kesana, tetapi dia sangat lama tidak bergerak, seperti ditekan tombol jeda.
“Jangan terlalu lamban, jika mau siram, jika tidak keluar dari perusahaan.” Satu kalimat dengan suara yang sangat kecil, penuh dengan tidak sabar, masih ada mengancam, Emily melihat dia sekilas, dalam mata dia ada sebuah cemooh, seperti sedang menyindir dia pengecut.
Jari tangan dia memegang erat, langsung melepaskan.
“Aku tidak ingin mengotori tanganku sendiri, bagaimanapun juga aku memiliki status...., melakukan begini tidak cocok, bagaimana menurut mu?”
Austin mengejek, pandangan mata yang dingin membuat seseorang menjadi takut.
Dia mengarah Finn memberi sebuah pandangan mata, Finn langsung mengerti, mengambil gelas disamping tangan Emily.
Carmine Pratama melihat keadaan, satu kaki menendang Merisa Darwanti pergi, ingin kabur, tetapi Finn sama sekali tidak memberi dia kesempatan, gerakan juga cepat dan kejam.
Segelas air panas yang mendidih disaat yang sama tersiram mereka berdua.
Dua suara jeritan sengsara yang keras muncul dari ruang dapur.
Merisa Darwanti menangis parah.
Carmine Pratama dengan gelisah menyerbu keluar, seperti seekor anjing gila.
Dia harus buru-buru pergi melihat dokter, tidak boleh meninggalkan bekas.
Wajah Austin tidak ada ekspresi, seperti masalah apapun tidak terjadi, dengan santai berjalan keluar.
Dia bukan melindungi Emily, tetapi adalah melindungi muka Keluarga Wijaya.
Memukul anjing juga harus melihat tuan rumah.
Emily memakai nama Keluarga Wijaya, meskipun dia tidak ada apa-apa, membuat dia sangat benci, bisa menghukum dia juga hanya ada Keluarga Wijaya, tidak perlu bergiliran orang luar gerak tangan.
Memukul wajah dia, adalah memukul wajah Keluarga Wijaya.
Emily sudah menyadari masalah ini.
Menundukkan kepala, mengikuti Austin berjalan keluar.
Tangan lengan dia masih sedang nyeri panas.
Tempat tidak jauh, ada sepasang mata terus mengintip adegan ini.
Ujung mulut dia mengangkat sedikit senyuman yang licik.
Carmine Pratama sudah kena, benar-benar patut mati!
Dalam tangan dia kebetulan ada sebuah krim luka bakar, ini benar-benar adalah kesempatan yang diberi oleh Tuhan.
Pada saat ini, dia mau kesana, pasti akan mendapat kesan baik dari direktur.
“Rekan kerja yang baru, tangan kamu sudah melepuh, membilas air dingin begini adalah tidak ada gunanya, aku disini ada krim luka bakar, kamu cepatan bawa pergi mengoles, jangan meninggalkan bekas.” Dia berlari kemari, memberikan krim luka bakar untuk dia.
Emily seperti mendapat penolong, “terima kasih, kamu adalah departemen bagian mana?”
“Aku adalah murid magang departemen personalia, nama aku Lusi Smith.” Lusi Smith selesai berkata, mengarah Austin dengan hormat menyapa, langsung sudah pergi meninggalkan.
Dia tidak perlu tinggal terlalu lama, tinggal terlalu lama malah ada kecurigaan menyanjung, percaya Austin sudah mengingat dia.
Setelah mengoles krim luka bakar, Emily merasa sudah lebih nyaman.
“Datang keruang kantor aku.”Austin tidak ada membalikkan kepala, meninggalkan satu kalimat.
Perkataan ini kelihatan jelas adalah berkata terhadap Emily.
Dalam hati dia gelisah, hanya takut Austin mau memberi pelajaran kepada dia.
Ruang kantor direktur yang sangat besar membuat dia terkejut.
Jvlear Jewelry hanya adalah sebuah group dibawah Louise Derier, jadi Austin tidak sering datang, seminggu juga hanya datang sekali.
Dia duduk keatas kursi bekerja, menggunakan mata mengejek memandang dia.
“Kamu bukannya sejak lahir memberontak, seluruh badan penuh dengan duri? Mengapa sudah takut?”
“Aku bukan takut, adalah merendahkan diri. Sebagai seorang baru yang masih belum lewat masa percobaan, baru masuk kerja, sudah bertengkar dengan rekan kerja, akan mengakibatkan pengaruh yang sangat tidak bagus. Lagipula, Merisa Darwanti adalah seorang yang sangat menjengkelkan, dalang komplotan dibelakang adalah Carmine Pratama. Dia adalah atasan aku, aku berhitungan dengan dia, akan mendapat kritik dari para rekan kerja. Aku mau mengalahkan dia, cara paling bagus, adalah memanjat sampai atas kepala dia, menjadi atasan dia.” Emily dengan serius berkata.
“Membantah dengan licik.” Ujung mulut Austin sedikit mengangkat, seperti ketawa juga seperti bukan ketawa.
Otak wanita bodoh masih belum berkarat sama sekali, masih ada seorang kepintaran.
“Terserah kamu berpikir bagaimana, aku adalah dengan jujur mengatakan pemikiran didalam hati aku.” Emily menjelaskan.
Pandangan mata Austin dingin, ekspresi tiba-tiba serius, “jangan lupa peraturan Keluarga Wijaya, wanita yang memalukan tidak bisa tinggal lama.”
“Aku sudah tahu.” Dia sedikit mengangguk kepala, membawa semacam ekspresi yang ketakutan.
Dia sudah menyadari, Austin adalah benar-benar dingin tidak berperasaan, tidak ada sedikit rasa belas kasihan, lebih tidak akan mengeluarkan kehangatan, masa lalu pasti adalah iblis dari neraka.
Ada pria begini menjadi suami, adalah kesedihan wanita.
“Keluar.” Mata Austin jatuh keatas komputer, tidak menghiraukan dia lagi.
Dia mengoles-oles bibir, tidak bergerak, dengan sangat hati-hati bertanya satu kalimat, “jika kamu tidak suka diganggu oleh Carmine Pratama, mengapa masih mau rekrut dia masuk perusahaan?”
Merisa Darwanti memeluk paha Carmine Pratama, gemetaran seperti daun layu yang ditiup angin kencang, “tolong aku, Ketua Carmine, tolong aku……”
Dalam hati Carmine Pratama juga muncul rasa dingin, meskipun Austin sejak lahir berperasaan dingin, tetapi karena hubungan mami dan Bibi Ina baik, dia terhadap dia masih lembut, tidak pernah kejam seperti sekarang begini.
Apakah dia sedang melindungi Emily?
Dia terpaksauntuk menikahi dia, sama sekali tidak ada perasaan terhadap dia, mengapa mau melindungi dia?
“Merisa Darwanti, kamu lepaskan aku, masalah kamu, kamu mengurusinya sendiri, aku sudah mau kembali bekerja.”
Pada saat letak persoalan, selamatkan diri sendiri dulu, dia tidak ingin pada saat menyiram air mendidih, dia juga mendapatnya.
Tetapi Merisa Darwanti menangkap sangat erat, tidak mau melepaskan, “Ketua Carmine, semua yang aku lakukan itu untuk kamu, bukankah kamu bilang direktur Wijaya adalah……”
Perkataan dia masih belum selesai, langsung diteriak dan diputuskan oleh Carmine Pratama, “sudahlah, aku tahu kamu tidak terbiasa melihat orang baru yang sombong, menekan orang, sikap yang tidak sopan yang sedikitpun tidak menghormati senior. Tetapi orang lain tidak sama dengan kita, orang lain adalah datang dari kampung, mana mengerti apa artinya sopan santun. Kamu begitu perhitungan dengan orang lain untuk apa, malah merendahkan status diri sendiri.”
Dalam perkataan setiap kata membawa duri, terhadap Emily malu sesaat, didengar oleh Merisa Darwanti, masih mengira adalah sedang mencari alasan demi diri sendiri, mengangguk kepala dengan sekuat tenaga, “aku tahu, aku sudah salah, meskipun dia marah orang, aku juga seharusnya bersabar, aku terlalu muda, sudah terlalu gampang untuk emosi.”
Emily sudah marah, masih mengira diri sendiri mengalah sebentar, mereka akan tahu batas, tidak kepikiran masih berubah menjadi lebih keterlaluan.
Dia mengulurkan tangan, mengangkat pegangan gelas.
Bibir tipis Austin tergores sebuah kedinginan, tunggu Emily menyiram kesana, tetapi dia sangat lama tidak bergerak, seperti ditekan tombol jeda.
“Jangan terlalu lamban, jika mau siram, jika tidak keluar dari perusahaan.” Satu kalimat dengan suara yang sangat kecil, penuh dengan tidak sabar, masih ada mengancam, Emily melihat dia sekilas, dalam mata dia ada sebuah cemooh, seperti sedang menyindir dia pengecut.
Jari tangan dia memegang erat, langsung melepaskan.
“Aku tidak ingin mengotori tanganku sendiri, bagaimanapun juga aku memiliki status...., melakukan begini tidak cocok, bagaimana menurut mu?”
Austin mengejek, pandangan mata yang dingin membuat seseorang menjadi takut.
Dia mengarah Finn memberi sebuah pandangan mata, Finn langsung mengerti, mengambil gelas disamping tangan Emily.
Carmine Pratama melihat keadaan, satu kaki menendang Merisa Darwanti pergi, ingin kabur, tetapi Finn sama sekali tidak memberi dia kesempatan, gerakan juga cepat dan kejam.
Segelas air panas yang mendidih disaat yang sama tersiram mereka berdua.
Dua suara jeritan sengsara yang keras muncul dari ruang dapur.
Merisa Darwanti menangis parah.
Carmine Pratama dengan gelisah menyerbu keluar, seperti seekor anjing gila.
Dia harus buru-buru pergi melihat dokter, tidak boleh meninggalkan bekas.
Wajah Austin tidak ada ekspresi, seperti masalah apapun tidak terjadi, dengan santai berjalan keluar.
Dia bukan melindungi Emily, tetapi adalah melindungi muka Keluarga Wijaya.
Memukul anjing juga harus melihat tuan rumah.
Emily memakai nama Keluarga Wijaya, meskipun dia tidak ada apa-apa, membuat dia sangat benci, bisa menghukum dia juga hanya ada Keluarga Wijaya, tidak perlu bergiliran orang luar gerak tangan.
Memukul wajah dia, adalah memukul wajah Keluarga Wijaya.
Emily sudah menyadari masalah ini.
Menundukkan kepala, mengikuti Austin berjalan keluar.
Tangan lengan dia masih sedang nyeri panas.
Tempat tidak jauh, ada sepasang mata terus mengintip adegan ini.
Ujung mulut dia mengangkat sedikit senyuman yang licik.
Carmine Pratama sudah kena, benar-benar patut mati!
Dalam tangan dia kebetulan ada sebuah krim luka bakar, ini benar-benar adalah kesempatan yang diberi oleh Tuhan.
Pada saat ini, dia mau kesana, pasti akan mendapat kesan baik dari direktur.
“Rekan kerja yang baru, tangan kamu sudah melepuh, membilas air dingin begini adalah tidak ada gunanya, aku disini ada krim luka bakar, kamu cepatan bawa pergi mengoles, jangan meninggalkan bekas.” Dia berlari kemari, memberikan krim luka bakar untuk dia.
Emily seperti mendapat penolong, “terima kasih, kamu adalah departemen bagian mana?”
“Aku adalah murid magang departemen personalia, nama aku Lusi Smith.” Lusi Smith selesai berkata, mengarah Austin dengan hormat menyapa, langsung sudah pergi meninggalkan.
Dia tidak perlu tinggal terlalu lama, tinggal terlalu lama malah ada kecurigaan menyanjung, percaya Austin sudah mengingat dia.
Setelah mengoles krim luka bakar, Emily merasa sudah lebih nyaman.
“Datang keruang kantor aku.”Austin tidak ada membalikkan kepala, meninggalkan satu kalimat.
Perkataan ini kelihatan jelas adalah berkata terhadap Emily.
Dalam hati dia gelisah, hanya takut Austin mau memberi pelajaran kepada dia.
Ruang kantor direktur yang sangat besar membuat dia terkejut.
Jvlear Jewelry hanya adalah sebuah group dibawah Louise Derier, jadi Austin tidak sering datang, seminggu juga hanya datang sekali.
Dia duduk keatas kursi bekerja, menggunakan mata mengejek memandang dia.
“Kamu bukannya sejak lahir memberontak, seluruh badan penuh dengan duri? Mengapa sudah takut?”
“Aku bukan takut, adalah merendahkan diri. Sebagai seorang baru yang masih belum lewat masa percobaan, baru masuk kerja, sudah bertengkar dengan rekan kerja, akan mengakibatkan pengaruh yang sangat tidak bagus. Lagipula, Merisa Darwanti adalah seorang yang sangat menjengkelkan, dalang komplotan dibelakang adalah Carmine Pratama. Dia adalah atasan aku, aku berhitungan dengan dia, akan mendapat kritik dari para rekan kerja. Aku mau mengalahkan dia, cara paling bagus, adalah memanjat sampai atas kepala dia, menjadi atasan dia.” Emily dengan serius berkata.
“Membantah dengan licik.” Ujung mulut Austin sedikit mengangkat, seperti ketawa juga seperti bukan ketawa.
Otak wanita bodoh masih belum berkarat sama sekali, masih ada seorang kepintaran.
“Terserah kamu berpikir bagaimana, aku adalah dengan jujur mengatakan pemikiran didalam hati aku.” Emily menjelaskan.
Pandangan mata Austin dingin, ekspresi tiba-tiba serius, “jangan lupa peraturan Keluarga Wijaya, wanita yang memalukan tidak bisa tinggal lama.”
“Aku sudah tahu.” Dia sedikit mengangguk kepala, membawa semacam ekspresi yang ketakutan.
Dia sudah menyadari, Austin adalah benar-benar dingin tidak berperasaan, tidak ada sedikit rasa belas kasihan, lebih tidak akan mengeluarkan kehangatan, masa lalu pasti adalah iblis dari neraka.
Ada pria begini menjadi suami, adalah kesedihan wanita.
“Keluar.” Mata Austin jatuh keatas komputer, tidak menghiraukan dia lagi.
Dia mengoles-oles bibir, tidak bergerak, dengan sangat hati-hati bertanya satu kalimat, “jika kamu tidak suka diganggu oleh Carmine Pratama, mengapa masih mau rekrut dia masuk perusahaan?”
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved