Bab 6 Sudahkah Menemukan Wanita di Hotel Itu?
by Leony Abrey
09:58,May 23,2020
Emily menggigit bibirnya, memaksakan diri untuk tenang. Ia berkata, "Aku hanya ingin berkata padamu, kita bisa melakukan inseminasi buatan, dengan begini akan lebih baik untuk semuanya."
Hal semacam ini, Austin seharusnya mengerti, tidak perlu diucapkan secara langsung.
Seorang gay, berhubungan intim dengan wanita, pasti sangat menderita.
Dan orang yang ia siksa, akan lebih menderita.
"Apa yang harus dilakukan, aku yang putuskan," katanya, tatapan dinginnya yang setajam es itu menyapu wajah Emily, bagaikan mengeruk selapis kulitnya.
"Aku hanya ingin berdiskusi denganmu," gumam Emily.
"Kamu tidak pantas untuk itu," ucapnya dingin, lalu naik begitu saja ke atas, bagaikan jika berdiam 1 menit lebih lama saja bersamanya, atau berkata lebih banyak 1 kalimat saja, semuanya akan menodai identitasnya yang terhormat.
Ia hanyalah sebuah boneka, sebuah pajangan, tugasnya hanya untuk menuruti, tidak punya hak untuk berdiskusi.
Emily tidak mengerti pemikirannya, rasanya Austin hanya ingin menyiksanya, membuatnya tidak tahan untuk tetap di sana, dan enyah baik-baik.
Ia tidak akan menuruti kemauannya! Demi adiknya, mau seberapa menderita dan dipermalukan pun, ia tetap akan meneruskannya.
Sorenya, datang seorang tamu, ia adalah seorang perempuan cantik.
Namanya Carmine Pratama, ia adalah putri Grup Agung Pratama.
Melihat Emily, ia memandangnya sekilas, lalu berkata, "Bibi Yanti, Keluarga Wijaya kedatangan seorang pembantu baru lagi?"
"Ini adalah Nyonya Muda baru," ujar Bibi Yanti mengucapkan setiap katanya dengan jelas.
Seketika Carmine merasa bagaikan tersambar petir, dengan tidak percaya bertanya, "Orang Keluarga Tasmania?"
"Benar, putri kedua Keluarga Tasmania," kata Bibi Yanti.
Saraf di wajah Carmine bagaikan tersentak, bagaikan tersengat seekor tawon.
Perempuan hina dari Keluarga Tasmania akhirnya benar-benar dinikahi!
Ia mengamatinya dengan teliti, penampilan yang natural, sama sekali tak ada riasan di wajahnya, dan juga pakaian murahannya yang dibeli dari Shopee, sebuah situs belanja online bahkan pembantu Keluarga Wijaya saja berpakaian lebih baik darinya.
Orang kampung begini juga masih punya muka menikah dan masuk ke Keluarga Wijaya?
Saat pandangannya jatuh pada bekas yang samar di lehernya itu, sorot mata Carmine menajam, dalam hati ia berpikir, "Perempuan rendah sialan, dengan penampilannya yang menjijikkan ini, masih berani merayu Austin!"
Ia menarik sudut bibirnya yang kaku, menampakkan sebuah senyuman palsu yang heboh dan berkata, "Nona Emily, kamu harus berdandan dengan baik, kamu membuatku salah mengira bahwa kamu adalah pembantu, maaf sekali."
Mana mungkn Emily tak mengerti sindirannya, sikap memusuhi yang jelas terlihat darinya itu, membuat Emily tahu bahwa ia sepertinya menyukai Austin, masa ia tak tahu yang Austin sukai itu pria?
"Nona Carmine datang kemari, ada hal apa?" Tanyanya untuk berbasa-basi.
"Di mana Kak Austin-ku?" Tanya Carmine sambil sengaja menekankan kata"-ku", seperti memperjelas wewenangnya.
"Tuan Muda di ruang baca," kata Bibi Yanti.
"Kalau begitu aku naik dulu mencarinya," ujar Carmine, kemudian segera akan naik, namun dihentikan oleh Bibi Yanti, "Nona Carmine, kamu seharusnya tahu temperamen Tuan Muda, ia paling benci diganggu."
Carmine menarik kembali langkah kakinya, "Kalau begitu kutunggu di bawah saja."
Ia pun kembali duduk di sebelah Emily, terlintas sekelibat cahaya dingin yang canggung dari matanya, ia pun mengobrol, "Nona Emily, apa kamu tahu? Sejak kecil aku besar di Amerika, ibuku dan Bibi Ina adalah sahabat baik, aku dan Kak Austin juga kenal di Amerika.
Kami memiliki minat dan hobi yang sama, sama-sama suka menunggang kuda, main golf, main motorboat ... Kak Austin selalu bilang aku adalah gadis paling spesial yang pernah ia temui."
Kata Carmine sambil menyeruput sedikit tehnya, sikapnya sangat elegan.
Saat ia bicara, matanya menampakkan cahaya yang manis dan lembut bagaikan bintang, perasaan cintanya pada Austin, sama sekali tidak ia tutupi.
Dalam hati Emily sangat kaget.
Sepertinya ia benar-benar tidak tahu masalah penyimpangan seksual Austin.
"Apakah saat di Amerika, Austin juga setampan ini?" Tanyanya dengan sengaja.
Kalau tahu Austin sebelum operasi plastik adalah seorang pria gemuk dengan berat 130 kg, mungkin ia tak akan terpesona pada lelaki semacam itu kan?
Carmine menatapnya perlahan, terlihat ekspresi yang tak dapat dideskripsikan di matanya, ia berkata, "Cinta adalah saat dua jiwa hatinya berdegup seirama, tidak ada hubungan apapun dengan penampilan, kalau hanya memperhatikan penampilan, benar-benar terlalu dangkal."
Emily meminum tehnya seteguk.
Ia tak akan percaya Carmine akan menyukai Austin sebelum operasi plastik, saat ia mengenal Austin, Austin pasti sudah berhasil operasi plastik.
Kakak sepupunyalah yang mendapatkan foto Austin yang dulu.
"Nona Carmine berkata begini, apakah pernah pacaran dengan Austin?"
Carmine menyibakkan rambut indahnya yang terjuntai di depan dada dan berkata, "Kami adalah sahabat terbaik bagi satu sama lain, memiliki hubungan yang saling menghargai. Ada pepatah Cina yang mengatakan semakin lama perasaan dua orang, maka akan berlangsung selamanya. Aku tahu ia harus mengikuti arahan keluarganya, dan menikah denganmu. Aku tidak akan menghalangi dia, asalkan hatinya ada padaku sudah tak apa."
Setelah berhenti sejenak, ia berkata lagi, "Aku tidak masalah dengan keberadaanmu, kamu adalah istrinya, aku adalah sahabat sejatinya, kita bisa berhubungan dengan damai."
Nada bicaranya yang yakin itu, seperti ialah yang istri resmi, dan Emily-lah yang selingkuhan.
Dan lagi perkataan ini bukannya berasal dari lubuk hatinya, ia hanya ingin membuat Emily merasa diabaikan.
Austin adalah miliknya seorang, ia tidak akan membaginya dengan siapapun.
Posisi nyonya muda Keluarga Wijaya, juga akan menjadi miliknya, ia punya cara untuk menyingkirkan orang kampungan ini.
Emily memutar-mutar gelas keramik di tangannya.
Ia selalu mengira saingan cintanya adalah laki-laki, tak disangka juga ada perempuan, Austin si muka dua ini menyembunyikan penyimpangan seksualnya dengan terlalu baik.
"Nona Carmine, aku adalah orang yang besar hati. Austin yang hebat ini, mana boleh hanya ada seorang wanita di sisinya, entah itu kamu, atau pun orang lain, aku tidak akan mempermasalahkannya."
Ia tersenyum dengan ramah dan lembut.
Mata Carmine diam-diam memancarkan cahaya dingin yang suram.
Orang kampung ini pasti sedang mempermainkannya, membingungkannya, aneh kalau ia dermawan.
"Nona Emily, bagus sekali kalau kamu bisa begitu. Pernikahan yang diatur tidak berarti apa pun, perasaan baru adalah yang terpenting, menurutmu begitu bukan?"
Dalam perkataannya tersembunyi mata pisau, yang mengarah langsung sebagai orang ketiga dalam hubungannya dan Austin.
"Benar, sayangnya hukum hanya melindungi pernikahan, tidak melindungi perasaan," kata Emily sambil tersenyum tipis.
Begitu kalimat ini dikeluarkan, langsung membuat wajah Carmine pucat, tangannya yang menggenggam cangkir itu perlahan semakin erat.
Di ruang baca, lantai atas.
Austin sedang menelepon Asisten Axel. "Apa kamu sudah menemukan wanita di hotel itu?"
Hal semacam ini, Austin seharusnya mengerti, tidak perlu diucapkan secara langsung.
Seorang gay, berhubungan intim dengan wanita, pasti sangat menderita.
Dan orang yang ia siksa, akan lebih menderita.
"Apa yang harus dilakukan, aku yang putuskan," katanya, tatapan dinginnya yang setajam es itu menyapu wajah Emily, bagaikan mengeruk selapis kulitnya.
"Aku hanya ingin berdiskusi denganmu," gumam Emily.
"Kamu tidak pantas untuk itu," ucapnya dingin, lalu naik begitu saja ke atas, bagaikan jika berdiam 1 menit lebih lama saja bersamanya, atau berkata lebih banyak 1 kalimat saja, semuanya akan menodai identitasnya yang terhormat.
Ia hanyalah sebuah boneka, sebuah pajangan, tugasnya hanya untuk menuruti, tidak punya hak untuk berdiskusi.
Emily tidak mengerti pemikirannya, rasanya Austin hanya ingin menyiksanya, membuatnya tidak tahan untuk tetap di sana, dan enyah baik-baik.
Ia tidak akan menuruti kemauannya! Demi adiknya, mau seberapa menderita dan dipermalukan pun, ia tetap akan meneruskannya.
Sorenya, datang seorang tamu, ia adalah seorang perempuan cantik.
Namanya Carmine Pratama, ia adalah putri Grup Agung Pratama.
Melihat Emily, ia memandangnya sekilas, lalu berkata, "Bibi Yanti, Keluarga Wijaya kedatangan seorang pembantu baru lagi?"
"Ini adalah Nyonya Muda baru," ujar Bibi Yanti mengucapkan setiap katanya dengan jelas.
Seketika Carmine merasa bagaikan tersambar petir, dengan tidak percaya bertanya, "Orang Keluarga Tasmania?"
"Benar, putri kedua Keluarga Tasmania," kata Bibi Yanti.
Saraf di wajah Carmine bagaikan tersentak, bagaikan tersengat seekor tawon.
Perempuan hina dari Keluarga Tasmania akhirnya benar-benar dinikahi!
Ia mengamatinya dengan teliti, penampilan yang natural, sama sekali tak ada riasan di wajahnya, dan juga pakaian murahannya yang dibeli dari Shopee, sebuah situs belanja online bahkan pembantu Keluarga Wijaya saja berpakaian lebih baik darinya.
Orang kampung begini juga masih punya muka menikah dan masuk ke Keluarga Wijaya?
Saat pandangannya jatuh pada bekas yang samar di lehernya itu, sorot mata Carmine menajam, dalam hati ia berpikir, "Perempuan rendah sialan, dengan penampilannya yang menjijikkan ini, masih berani merayu Austin!"
Ia menarik sudut bibirnya yang kaku, menampakkan sebuah senyuman palsu yang heboh dan berkata, "Nona Emily, kamu harus berdandan dengan baik, kamu membuatku salah mengira bahwa kamu adalah pembantu, maaf sekali."
Mana mungkn Emily tak mengerti sindirannya, sikap memusuhi yang jelas terlihat darinya itu, membuat Emily tahu bahwa ia sepertinya menyukai Austin, masa ia tak tahu yang Austin sukai itu pria?
"Nona Carmine datang kemari, ada hal apa?" Tanyanya untuk berbasa-basi.
"Di mana Kak Austin-ku?" Tanya Carmine sambil sengaja menekankan kata"-ku", seperti memperjelas wewenangnya.
"Tuan Muda di ruang baca," kata Bibi Yanti.
"Kalau begitu aku naik dulu mencarinya," ujar Carmine, kemudian segera akan naik, namun dihentikan oleh Bibi Yanti, "Nona Carmine, kamu seharusnya tahu temperamen Tuan Muda, ia paling benci diganggu."
Carmine menarik kembali langkah kakinya, "Kalau begitu kutunggu di bawah saja."
Ia pun kembali duduk di sebelah Emily, terlintas sekelibat cahaya dingin yang canggung dari matanya, ia pun mengobrol, "Nona Emily, apa kamu tahu? Sejak kecil aku besar di Amerika, ibuku dan Bibi Ina adalah sahabat baik, aku dan Kak Austin juga kenal di Amerika.
Kami memiliki minat dan hobi yang sama, sama-sama suka menunggang kuda, main golf, main motorboat ... Kak Austin selalu bilang aku adalah gadis paling spesial yang pernah ia temui."
Kata Carmine sambil menyeruput sedikit tehnya, sikapnya sangat elegan.
Saat ia bicara, matanya menampakkan cahaya yang manis dan lembut bagaikan bintang, perasaan cintanya pada Austin, sama sekali tidak ia tutupi.
Dalam hati Emily sangat kaget.
Sepertinya ia benar-benar tidak tahu masalah penyimpangan seksual Austin.
"Apakah saat di Amerika, Austin juga setampan ini?" Tanyanya dengan sengaja.
Kalau tahu Austin sebelum operasi plastik adalah seorang pria gemuk dengan berat 130 kg, mungkin ia tak akan terpesona pada lelaki semacam itu kan?
Carmine menatapnya perlahan, terlihat ekspresi yang tak dapat dideskripsikan di matanya, ia berkata, "Cinta adalah saat dua jiwa hatinya berdegup seirama, tidak ada hubungan apapun dengan penampilan, kalau hanya memperhatikan penampilan, benar-benar terlalu dangkal."
Emily meminum tehnya seteguk.
Ia tak akan percaya Carmine akan menyukai Austin sebelum operasi plastik, saat ia mengenal Austin, Austin pasti sudah berhasil operasi plastik.
Kakak sepupunyalah yang mendapatkan foto Austin yang dulu.
"Nona Carmine berkata begini, apakah pernah pacaran dengan Austin?"
Carmine menyibakkan rambut indahnya yang terjuntai di depan dada dan berkata, "Kami adalah sahabat terbaik bagi satu sama lain, memiliki hubungan yang saling menghargai. Ada pepatah Cina yang mengatakan semakin lama perasaan dua orang, maka akan berlangsung selamanya. Aku tahu ia harus mengikuti arahan keluarganya, dan menikah denganmu. Aku tidak akan menghalangi dia, asalkan hatinya ada padaku sudah tak apa."
Setelah berhenti sejenak, ia berkata lagi, "Aku tidak masalah dengan keberadaanmu, kamu adalah istrinya, aku adalah sahabat sejatinya, kita bisa berhubungan dengan damai."
Nada bicaranya yang yakin itu, seperti ialah yang istri resmi, dan Emily-lah yang selingkuhan.
Dan lagi perkataan ini bukannya berasal dari lubuk hatinya, ia hanya ingin membuat Emily merasa diabaikan.
Austin adalah miliknya seorang, ia tidak akan membaginya dengan siapapun.
Posisi nyonya muda Keluarga Wijaya, juga akan menjadi miliknya, ia punya cara untuk menyingkirkan orang kampungan ini.
Emily memutar-mutar gelas keramik di tangannya.
Ia selalu mengira saingan cintanya adalah laki-laki, tak disangka juga ada perempuan, Austin si muka dua ini menyembunyikan penyimpangan seksualnya dengan terlalu baik.
"Nona Carmine, aku adalah orang yang besar hati. Austin yang hebat ini, mana boleh hanya ada seorang wanita di sisinya, entah itu kamu, atau pun orang lain, aku tidak akan mempermasalahkannya."
Ia tersenyum dengan ramah dan lembut.
Mata Carmine diam-diam memancarkan cahaya dingin yang suram.
Orang kampung ini pasti sedang mempermainkannya, membingungkannya, aneh kalau ia dermawan.
"Nona Emily, bagus sekali kalau kamu bisa begitu. Pernikahan yang diatur tidak berarti apa pun, perasaan baru adalah yang terpenting, menurutmu begitu bukan?"
Dalam perkataannya tersembunyi mata pisau, yang mengarah langsung sebagai orang ketiga dalam hubungannya dan Austin.
"Benar, sayangnya hukum hanya melindungi pernikahan, tidak melindungi perasaan," kata Emily sambil tersenyum tipis.
Begitu kalimat ini dikeluarkan, langsung membuat wajah Carmine pucat, tangannya yang menggenggam cangkir itu perlahan semakin erat.
Di ruang baca, lantai atas.
Austin sedang menelepon Asisten Axel. "Apa kamu sudah menemukan wanita di hotel itu?"
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved