Bab 9: Tidak Akan Bertemu Lagi
by Moonlit Night
11:56,Mar 15,2025
Pemuda bergaya modis itu akhirnya tersadar dari rasa terkejutnya. Dia memandang Welliam dengan penuh permusuhan. "Hari ini, kamu harus bercerai dengannya!"
Welliam tersenyum tipis, tatapannya penuh ejekan. "Apa hakmu untuk memutuskan itu?"
Pemuda itu mendengus, lalu berkata dengan percaya diri, "Karena Zara sudah tidak cinta kamu lagi. Orang yang dia cintai adalah aku. Kalau kamu memang pria sejati, berhenti memaksanya dan lepaskan dia!"
Cinta?
Ha! Seperti kata pepatah, Ketulusan tak sebanding dengan uang kertas merah, dan cinta hanya sekadar pemenuhan kebutuhan biologis. Zara tidak pernah mencintai siapa pun selain uang dan dirinya sendiri. Welliam mengejeknya dalam hati.
Tentu saja, dia tidak akan repot-repot membocorkan fakta ini kepada pemuda naif di hadapannya. Kalau pemuda ini bersikap lebih sopan, mungkin Welliam masih bisa memberi dia sedikit peringatan. Akan tetapi, tidak sekarang. Berbagi penderitaan lebih menyenangkan dibanding merasakannya sendirian. Dia tidak akan membiarkan pemuda ini lolos dari nasib buruk yang menantinya.
"Kamu sungguh mau aku bercerai dengannya?"
Pemuda itu mengangguk mantap.
Welliam menggosok dua jarinya, seolah-olah menghitung uang. "Perempuan ini telah menumpang hidup denganku selama berbulan-bulan, menguras semua tenagaku setiap saat. Harus ada kompensasi, bukan?"
Pemuda itu mengerutkan alisnya, tatapannya makin tajam. Belum pernah dalam hidupnya dia bertemu seseorang yang sebegitu tak tahu malunya.
Dengan nada mengejek, dia tertawa sinis. "Ternyata ujung-ujungnya hanya mau uang? Baiklah. Sebutkan jumlahnya."
"10 miliar."
Pemuda itu langsung tercengang bukan main.
Melihat reaksinya, Welliam hampir tidak bisa menahan tawanya. Dasar bodoh! Kalau dia tidak mempermainkan pemuda ini, rasanya dia berdosa. Dengan nada berlebihan, dia pura-pura terkejut. "Jangan bilang kamu tidak sanggup mengeluarkan 10 miliar? Jangan-jangan mobil sportmu itu cuma mobil sewaan?"
Wajah pemuda itu langsung merah padam karena malu dan marah. "Omong kosong! Aku tidak kekurangan uang! Aku hanya merasa kamu terlalu tidak tahu malu. Kamu sama sekali tidak pantas mendapatkan jumlah sebesar itu! Paling banyak aku bisa memberimu 1 miliar."
Welliam bisa melihatnya dengan jelas. Pemuda ini mungkin anak orang kaya, tetapi tidak terlalu kaya. Kemungkinan besar, mobil itu dibeli kredit atau hadiah dari keluarganya. Sepertinya 1 miliar sudah batas maksimal yang bisa dia keluarkan.
Sata tahu pemuda itu akan memberikan Welliam 1 miliar, Zara langsung tidak terima.
Dia tidak pernah mendapat sepeser pun keuntungan dari Welliam. Sekarang dia justru harus menyandang status janda cerai. Meskipun tidak begitu aneh di zaman ini, tetap membuatnya merasa rugi besar.
1 miliar adalah uang yang sangat banyak. Asalkan dia cerai dengan Welliam dan bersama Johan Balmer, uang itu akan sepenuhnya menjadi miliknya.
Zara hampir membuka mulut untuk mencegahnya, tetapi dia melihat sorot mata Welliam yang tajam. Akhirnya, dia tidak berani bersuara dengan tubuh yang gemetar takut.
Welliam tersenyum licik. Dia mengambil ponselnya untuk memasukkan nomor rekeningnya. Usai menyerahkannya, dia berkata, "Baik, 1 miliar pun cukup. Transfer uangnya, lalu kami akan segera bercerai."
Johan menerima ponsel itu. Sambil menahan rasa kesal, dia pun mengirimkan uang 1 miliar kepada Welliam. Hatinya perih saat melihat angka itu menghilang dari rekeningnya. Dia memang memiliki sedikit kekayaan, tetapi 1 miliar tetap bukan jumlah yang sedikit baginya.
"Selesai. Sekarang ayo pergi mengurus perceraian!"
Welliam mengambil ponselnya. Setelah mengecek uangnya telah masuk, dia menatap Johan, si malang yang kena tipu habis-habisan. Dia berkata dengan senyum penuh arti, "Ayo. Aku doakan kalian berdua, ehm, apa ya? Oh iya, pasangan yang serasi! Wanita murahan dan si bodoh."
Ekspresi Johan langsung meradang. Dia bersumpah dalam hati. Setelah bajingan ini benar-benar putus hubungan dengan Zara, dia pasti akan cari orang untuk membuat Welliam babak belur!
Welliam berjalan menuju gedung kantor. Namun, sebelum masuk, dia menyadari bahwa Johan masih bergeming di tempatnya.
Zara menarik lengan pakaian Johan dan menyuruhnya cepat masuk.
Setelah sadar dari lamunan, Johan melayangkan tatapan nyalang ke arah Welliam yang sedang berbalik melihatnya. "Apa lihat-lihat?"
Dia masih geram atas kehilangan 1 miliar barusan. Andai punya kekuatan, dia pasti sudah menghajar Welliam habis-habisan. Akan tetapi, sekarang dia paling-paling hanya bisa menahan amarahnya.
Welliam menyeringai penuh arti. "Oh, jangan tersinggung. Ini hanya sudah terbiasa. Aku selalu menoleh sekali lagi setelah buang hajat."
"Kamu ...." Johan saking marahnya sampai kehabisan kata-kata.
Zara menyadari penghinaan tersirat dalam ucapan Welliam. Namun, dia tidak peduli. Baginya, asal bisa lepas dari si iblis miskin Welliam, menerima beberapa hinaan bukan masalah sama sekali.
"Johan, maaf, ya. Aku yang menyebabkanmu kehilangan 1 miliar. Tenang saja. Sekalipun aku harus bekerja mencuci piring, aku pasti akan mengganti uang itu untukmu."
Ekspresi Zara terlihat penuh penyesalan dan air mata hampir tumpah dari matanya.
Johan tersentuh, naluri pelindungnya terpancing seketika. Dia menggenggam tangan Zara sambil menenangkan. "Zara, tidak perlu menyalahkan dirimu. Aku rela berbuat apa saja demi kamu. 1 miliar bukan jumlah yang besar. Selain itu, sekarang kita bersama. Semua yang menjadi milikku otomatis akan menjadi punyamu juga."
Welliam nyaris tidak bisa menahan tawa kencang. Orang bodoh ini benar-benar terlalu naif. Membayangkan 1 miliar ini dipakai bersenang-senang di tempat hiburan. Dia masih bisa menikmatinya cukup lama, bahkan bisa dengan orang yang berbeda setiap hari.
Beginilah nasib pengemis cinta. Terus memberi hingga akhirnya kehilangan segalanya.
Sedangkan Zara? Dia terlahir sebagai seorang aktris sejati. Dalam hal memperdaya pria, dia memiliki berbagai macam trik licik.
Sebelumnya, Welliam pun pernah terpedaya oleh triknya. Namun, dia beruntung karena yang hilang darinya hanya tubuh, bukan hartanya.
Mereka bertiga memasuki Kantor Catatan Sipil. Namun, mereka terkejut saat mengetahui bahwa peraturan baru telah diberlakukan. Ada masa tenang satu bulan sebelum perceraian dapat disahkan. Lebih buruk lagi, masa tunggu ini hanya dihitung pada hari kerja.
Artinya, kalau kamu ingin bercerai, mereka harus menunggu sekitar 38 hari untuk benar-benar resmi bercerai.
Welliam malas menunggu, sementara Zara lebih tidak sabar. Namun, yang paling panik adalah Johan. Dia sudah keluar uang 1 miliar. Bagaimana kalau dalam waktu satu bulan ini Welliam dan Zara rujuk kembali? Kalau itu terjadi, 1 miliar miliknya akan terbuang sia-sia, 'kan?
Tanpa membuang waktu, dia pergi ke sudut ruangan untuk menghubungi seseorang, yang entah siapa.
Ternyata, Johan memang punya kenalan yang berpengaruh. Entah bagaimana, dia berhasil menghapus masa tenang satu bulan itu. Akhirnya, perceraian mereka langsung diproses hari itu juga.
Saat surat cerai akhirnya berada di tangan mereka, orang yang paling bahagia justru Johan. Melihat betapa lebarnya senyum pria itu, Welliam hanya bisa membatin dengan tak berdaya. "Nikmati saja dulu. Akan tiba waktunya kamu merasa menyesal."
"Zara, selamat! Sekarang kamu sudah bebas!"
Setelah resmi bercerai, ketakutan Zara pada Welliam juga lenyap. Dengan nada sinis, dia menanggapi. "Aku tetap harus berterima kasih padamu karena bersedia melepaskan aku."
"Jangan berterima kasih padaku. Kalau mau berterima kasih, silakan kepada pria naif di sampingmu itu. Dia yang terlalu murah hati."
Senyuman Johan langsung sirna. Tatapannya penuh kebencian saat menatap Welliam.
Welliam tidak peduli. Dia justru melirik Zara. "Bisa bicara sebentar?"
Johan langsung berdiri di hadapan Zara sambil membentak. "Hubungan kalian berdua sudah bubar. Masih mau bicara apa lagi?"
Welliam menatap langsung ke mata Zara. "Kalau kamu tidak mendengar ini, kamu akan menyesalinya."
Kamu pasti akan menyesal seumur hidup, sampai-sampai kamu ingin membenturkan kepalamu ke tembok. Tentu saja, bagian terakhir itu hanya Welliam ucapkan dalam hati.
Zara ragu sejenak, lalu berkata pelan, "Tidak apa-apa, Johan. Kita sudah bercerai. Apa lagi yang bisa dia lakukan padaku?"
Mereka berdua berjalan ke sudut ruangan yang lebih sepi.
Begitu mereka berdua sendirian, sikap lembut Zara langsung menghilang dan berkata dengan tidak sabar, "Cepat bicara."
Welliam mengambil ponselnya. Dengan beberapa ketukan, dia pun menunjukkan layar ke hadapan Zara. Dia tersenyum penuh arti. "Coba tebak ini apa?"
Mata Zara langsung melebar dengan terkejut. Di layar tampak halaman login bank yang menampilkan angka dengan deretan nol yang sangat panjang. Setelah cepat-cepat menghitung, dia menyadari totalnya lebih dari 200 miliar. Seketika, kepalanya terasa pening dan pandangannya mengabur.
"Aku memang kaya raya. Ini juga cuma uang sakuku. Ini saja aku belum memperlihatkan saldo rekening utamaku." Dia tersenyum sinis sebelum melanjutkan. "Lucunya, semua uang ini seharusnya akan menjadi milikmu. Namun, kamu bilang kamu membenci orang kaya dan lebih mementingkan cinta daripada materi. Aku memercayai omong kosongmu ini. Sekarang, kamu sendiri yang membuktikan betapa bodohnya ucapan itu."
"Selamat tinggal, Zara. Kita tidak akan pernah bertemu lagi."
Welliam memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku. Setelah itu, dia memunggungi Zara saat berjalan menjauh dengan sikap yang penuh percaya diri.
Pikiran Zara mendadak kacau. Ucapan Welliam menusuk tepat ke jantungnya
Ekspresinya muram. Rasanya seperti baru saja kehilangan 200 miliar. Tidak, ini bukan sekadar perasaan. Dia memang telah kehilangan 200 miliar! Begitu tersadar, dia langsung berlari seperti orang kesetanan.
Namun, saat tiba di luar gedung, dia hanya bisa melihat mobil Welliam telah melesat dengan kecepatan tinggi.
Tak peduli tatapan heran dari orang-orang di sekitarnya, air matanya tumpah. Zara jongkok di lantai sambil menutupi mukanya dan menangis sejadi-jadinya.
Welliam tersenyum tipis, tatapannya penuh ejekan. "Apa hakmu untuk memutuskan itu?"
Pemuda itu mendengus, lalu berkata dengan percaya diri, "Karena Zara sudah tidak cinta kamu lagi. Orang yang dia cintai adalah aku. Kalau kamu memang pria sejati, berhenti memaksanya dan lepaskan dia!"
Cinta?
Ha! Seperti kata pepatah, Ketulusan tak sebanding dengan uang kertas merah, dan cinta hanya sekadar pemenuhan kebutuhan biologis. Zara tidak pernah mencintai siapa pun selain uang dan dirinya sendiri. Welliam mengejeknya dalam hati.
Tentu saja, dia tidak akan repot-repot membocorkan fakta ini kepada pemuda naif di hadapannya. Kalau pemuda ini bersikap lebih sopan, mungkin Welliam masih bisa memberi dia sedikit peringatan. Akan tetapi, tidak sekarang. Berbagi penderitaan lebih menyenangkan dibanding merasakannya sendirian. Dia tidak akan membiarkan pemuda ini lolos dari nasib buruk yang menantinya.
"Kamu sungguh mau aku bercerai dengannya?"
Pemuda itu mengangguk mantap.
Welliam menggosok dua jarinya, seolah-olah menghitung uang. "Perempuan ini telah menumpang hidup denganku selama berbulan-bulan, menguras semua tenagaku setiap saat. Harus ada kompensasi, bukan?"
Pemuda itu mengerutkan alisnya, tatapannya makin tajam. Belum pernah dalam hidupnya dia bertemu seseorang yang sebegitu tak tahu malunya.
Dengan nada mengejek, dia tertawa sinis. "Ternyata ujung-ujungnya hanya mau uang? Baiklah. Sebutkan jumlahnya."
"10 miliar."
Pemuda itu langsung tercengang bukan main.
Melihat reaksinya, Welliam hampir tidak bisa menahan tawanya. Dasar bodoh! Kalau dia tidak mempermainkan pemuda ini, rasanya dia berdosa. Dengan nada berlebihan, dia pura-pura terkejut. "Jangan bilang kamu tidak sanggup mengeluarkan 10 miliar? Jangan-jangan mobil sportmu itu cuma mobil sewaan?"
Wajah pemuda itu langsung merah padam karena malu dan marah. "Omong kosong! Aku tidak kekurangan uang! Aku hanya merasa kamu terlalu tidak tahu malu. Kamu sama sekali tidak pantas mendapatkan jumlah sebesar itu! Paling banyak aku bisa memberimu 1 miliar."
Welliam bisa melihatnya dengan jelas. Pemuda ini mungkin anak orang kaya, tetapi tidak terlalu kaya. Kemungkinan besar, mobil itu dibeli kredit atau hadiah dari keluarganya. Sepertinya 1 miliar sudah batas maksimal yang bisa dia keluarkan.
Sata tahu pemuda itu akan memberikan Welliam 1 miliar, Zara langsung tidak terima.
Dia tidak pernah mendapat sepeser pun keuntungan dari Welliam. Sekarang dia justru harus menyandang status janda cerai. Meskipun tidak begitu aneh di zaman ini, tetap membuatnya merasa rugi besar.
1 miliar adalah uang yang sangat banyak. Asalkan dia cerai dengan Welliam dan bersama Johan Balmer, uang itu akan sepenuhnya menjadi miliknya.
Zara hampir membuka mulut untuk mencegahnya, tetapi dia melihat sorot mata Welliam yang tajam. Akhirnya, dia tidak berani bersuara dengan tubuh yang gemetar takut.
Welliam tersenyum licik. Dia mengambil ponselnya untuk memasukkan nomor rekeningnya. Usai menyerahkannya, dia berkata, "Baik, 1 miliar pun cukup. Transfer uangnya, lalu kami akan segera bercerai."
Johan menerima ponsel itu. Sambil menahan rasa kesal, dia pun mengirimkan uang 1 miliar kepada Welliam. Hatinya perih saat melihat angka itu menghilang dari rekeningnya. Dia memang memiliki sedikit kekayaan, tetapi 1 miliar tetap bukan jumlah yang sedikit baginya.
"Selesai. Sekarang ayo pergi mengurus perceraian!"
Welliam mengambil ponselnya. Setelah mengecek uangnya telah masuk, dia menatap Johan, si malang yang kena tipu habis-habisan. Dia berkata dengan senyum penuh arti, "Ayo. Aku doakan kalian berdua, ehm, apa ya? Oh iya, pasangan yang serasi! Wanita murahan dan si bodoh."
Ekspresi Johan langsung meradang. Dia bersumpah dalam hati. Setelah bajingan ini benar-benar putus hubungan dengan Zara, dia pasti akan cari orang untuk membuat Welliam babak belur!
Welliam berjalan menuju gedung kantor. Namun, sebelum masuk, dia menyadari bahwa Johan masih bergeming di tempatnya.
Zara menarik lengan pakaian Johan dan menyuruhnya cepat masuk.
Setelah sadar dari lamunan, Johan melayangkan tatapan nyalang ke arah Welliam yang sedang berbalik melihatnya. "Apa lihat-lihat?"
Dia masih geram atas kehilangan 1 miliar barusan. Andai punya kekuatan, dia pasti sudah menghajar Welliam habis-habisan. Akan tetapi, sekarang dia paling-paling hanya bisa menahan amarahnya.
Welliam menyeringai penuh arti. "Oh, jangan tersinggung. Ini hanya sudah terbiasa. Aku selalu menoleh sekali lagi setelah buang hajat."
"Kamu ...." Johan saking marahnya sampai kehabisan kata-kata.
Zara menyadari penghinaan tersirat dalam ucapan Welliam. Namun, dia tidak peduli. Baginya, asal bisa lepas dari si iblis miskin Welliam, menerima beberapa hinaan bukan masalah sama sekali.
"Johan, maaf, ya. Aku yang menyebabkanmu kehilangan 1 miliar. Tenang saja. Sekalipun aku harus bekerja mencuci piring, aku pasti akan mengganti uang itu untukmu."
Ekspresi Zara terlihat penuh penyesalan dan air mata hampir tumpah dari matanya.
Johan tersentuh, naluri pelindungnya terpancing seketika. Dia menggenggam tangan Zara sambil menenangkan. "Zara, tidak perlu menyalahkan dirimu. Aku rela berbuat apa saja demi kamu. 1 miliar bukan jumlah yang besar. Selain itu, sekarang kita bersama. Semua yang menjadi milikku otomatis akan menjadi punyamu juga."
Welliam nyaris tidak bisa menahan tawa kencang. Orang bodoh ini benar-benar terlalu naif. Membayangkan 1 miliar ini dipakai bersenang-senang di tempat hiburan. Dia masih bisa menikmatinya cukup lama, bahkan bisa dengan orang yang berbeda setiap hari.
Beginilah nasib pengemis cinta. Terus memberi hingga akhirnya kehilangan segalanya.
Sedangkan Zara? Dia terlahir sebagai seorang aktris sejati. Dalam hal memperdaya pria, dia memiliki berbagai macam trik licik.
Sebelumnya, Welliam pun pernah terpedaya oleh triknya. Namun, dia beruntung karena yang hilang darinya hanya tubuh, bukan hartanya.
Mereka bertiga memasuki Kantor Catatan Sipil. Namun, mereka terkejut saat mengetahui bahwa peraturan baru telah diberlakukan. Ada masa tenang satu bulan sebelum perceraian dapat disahkan. Lebih buruk lagi, masa tunggu ini hanya dihitung pada hari kerja.
Artinya, kalau kamu ingin bercerai, mereka harus menunggu sekitar 38 hari untuk benar-benar resmi bercerai.
Welliam malas menunggu, sementara Zara lebih tidak sabar. Namun, yang paling panik adalah Johan. Dia sudah keluar uang 1 miliar. Bagaimana kalau dalam waktu satu bulan ini Welliam dan Zara rujuk kembali? Kalau itu terjadi, 1 miliar miliknya akan terbuang sia-sia, 'kan?
Tanpa membuang waktu, dia pergi ke sudut ruangan untuk menghubungi seseorang, yang entah siapa.
Ternyata, Johan memang punya kenalan yang berpengaruh. Entah bagaimana, dia berhasil menghapus masa tenang satu bulan itu. Akhirnya, perceraian mereka langsung diproses hari itu juga.
Saat surat cerai akhirnya berada di tangan mereka, orang yang paling bahagia justru Johan. Melihat betapa lebarnya senyum pria itu, Welliam hanya bisa membatin dengan tak berdaya. "Nikmati saja dulu. Akan tiba waktunya kamu merasa menyesal."
"Zara, selamat! Sekarang kamu sudah bebas!"
Setelah resmi bercerai, ketakutan Zara pada Welliam juga lenyap. Dengan nada sinis, dia menanggapi. "Aku tetap harus berterima kasih padamu karena bersedia melepaskan aku."
"Jangan berterima kasih padaku. Kalau mau berterima kasih, silakan kepada pria naif di sampingmu itu. Dia yang terlalu murah hati."
Senyuman Johan langsung sirna. Tatapannya penuh kebencian saat menatap Welliam.
Welliam tidak peduli. Dia justru melirik Zara. "Bisa bicara sebentar?"
Johan langsung berdiri di hadapan Zara sambil membentak. "Hubungan kalian berdua sudah bubar. Masih mau bicara apa lagi?"
Welliam menatap langsung ke mata Zara. "Kalau kamu tidak mendengar ini, kamu akan menyesalinya."
Kamu pasti akan menyesal seumur hidup, sampai-sampai kamu ingin membenturkan kepalamu ke tembok. Tentu saja, bagian terakhir itu hanya Welliam ucapkan dalam hati.
Zara ragu sejenak, lalu berkata pelan, "Tidak apa-apa, Johan. Kita sudah bercerai. Apa lagi yang bisa dia lakukan padaku?"
Mereka berdua berjalan ke sudut ruangan yang lebih sepi.
Begitu mereka berdua sendirian, sikap lembut Zara langsung menghilang dan berkata dengan tidak sabar, "Cepat bicara."
Welliam mengambil ponselnya. Dengan beberapa ketukan, dia pun menunjukkan layar ke hadapan Zara. Dia tersenyum penuh arti. "Coba tebak ini apa?"
Mata Zara langsung melebar dengan terkejut. Di layar tampak halaman login bank yang menampilkan angka dengan deretan nol yang sangat panjang. Setelah cepat-cepat menghitung, dia menyadari totalnya lebih dari 200 miliar. Seketika, kepalanya terasa pening dan pandangannya mengabur.
"Aku memang kaya raya. Ini juga cuma uang sakuku. Ini saja aku belum memperlihatkan saldo rekening utamaku." Dia tersenyum sinis sebelum melanjutkan. "Lucunya, semua uang ini seharusnya akan menjadi milikmu. Namun, kamu bilang kamu membenci orang kaya dan lebih mementingkan cinta daripada materi. Aku memercayai omong kosongmu ini. Sekarang, kamu sendiri yang membuktikan betapa bodohnya ucapan itu."
"Selamat tinggal, Zara. Kita tidak akan pernah bertemu lagi."
Welliam memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku. Setelah itu, dia memunggungi Zara saat berjalan menjauh dengan sikap yang penuh percaya diri.
Pikiran Zara mendadak kacau. Ucapan Welliam menusuk tepat ke jantungnya
Ekspresinya muram. Rasanya seperti baru saja kehilangan 200 miliar. Tidak, ini bukan sekadar perasaan. Dia memang telah kehilangan 200 miliar! Begitu tersadar, dia langsung berlari seperti orang kesetanan.
Namun, saat tiba di luar gedung, dia hanya bisa melihat mobil Welliam telah melesat dengan kecepatan tinggi.
Tak peduli tatapan heran dari orang-orang di sekitarnya, air matanya tumpah. Zara jongkok di lantai sambil menutupi mukanya dan menangis sejadi-jadinya.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved