Bab 6: Ada Masalah?
by Moonlit Night
11:56,Mar 15,2025
Seluruh Keluarga Sinclair kembali menatap Welliam.
Dengan senyum hangat dan ramah, Welliam membalas tatapan mereka yang penuh selidik. Dia sempat berpikir kalau Keluarga Sinclair akan menanyakan pekerjaannya, keluarganya, atau detail pribadinya yang lain. Namun, anehnya, mereka tidak menanyakan apa pun.
Nicholas melihatnya dengan tajam. "Welliam, sudah larut malam. Emily baru saja mengalami kejadian yang cukup mengejutkan. Kami akan membawanya pulang dulu. Jika besok kamu ada waktu, mampirlah ke rumah."
Welliam mengangguk sopan. "Baik, Paman."
"Perlu aku menyuruh seseorang untuk mengantarmu pulang?"
"Terima kasih, Paman. Tapi, tidak perlu. Rumahku dekat dari sini."
Nicholas hanya memberi anggukan singkat. Kemudian, dia memimpin keluarganya angkat kaki bersama Emily.
Melihat iring-iringan mobil Keluarga Sinclair menghilang di kejauhan, Welliam melangkah ke tepi jalan. Dia mengambil ponsel lamanya untuk mengirimkan serangkaian angka sebagai balasan.
Sepanjang perjalanan, dia terus mengirim pesan secara diam-diam untuk menenangkan pihak atasannya.
Setelah itu, dia menghentikan sebuah taksi untuk menuju ke Grup Talhart.
Pada saat ini, gedung perusahaan sudah kosong. Setiap kali ada misi yang berlangsung, seluruh personel keamanan akan ditarik.
Welliam mengambil kartu identitas kerjanya. Dari luar, kartu itu terlihat sama seperti milik karyawan biasa. Namun, di dalamnya terdapat chip khusus yang memungkinkannya mengakses markas bawah tanah.
Masuk ke dalam lift khusus untuk CEO, Welliam menekan tombol menuju lantai dua bawah tanah dan memindai kartunya.
Lift mulai bergerak turun. Namun, bukannya berhenti di lantai dua bawah tanah, lift terus meluncur ke bawah, melewati tujuh hingga delapan lantai sebelum akhirnya berhenti.
Ding! Pintu lift terbuka.
Welliam melangkah keluar dan tiba di sebuah ruang bawah tanah rahasia sebesar lapangan sepak bola. Lampu-lampu terang menerangi ruangan itu seolah-olah masih siang hari.
Ini adalah markas cabang organisasi pembunuh bayaran di Kota Averton.
Dalam catatan, ada 24 pembunuh bayaran yang terdaftar di tempat ini. Setelah kematian Hades dan tiga lainnya, kini sisanya hanya ada 20 orang.
Pembunuh yang sedang latihan menoleh ke arahnya, tatapan mereka dingin dan tajam.
Welliam adalah pembunuh level SSS, setara dengan Hades. Pada dasarnya, dia berada di tingkatan tertinggi di dunia pembunuh bayaran.
Ada satu aturan tak tertulis di profesi mereka. Siapa pun yang berhasil membunuh pembunuh yang levelnya lebih tinggi, posisinya akan menjadi milik orang itu.
Itulah sebabnya para pembunuh di tempat ini menatap Welliam dengan campuran rasa takut dan kekaguman.
Tanpa menghiraukan tatapan mereka, Welliam melangkah lurus menuju sebuah ruangan di ujung area.
Setibanya di pintu, Welliam mengetuk dua kali.
Dari dalam, terdengar suara dalam bahasa asing yang mempersilakannya masuk.
Welliam membuka pintu dan melangkah memasuki ruangan. Tata letak ruangan itu sederhana dan terlihat seperti kantor biasa.
Di balik meja kerja, duduk seorang pria asing bertubuh gendut dan hampir botak. Tangannya sibuk menyantap makanan berkalori tinggi yang memenuhi meja dengan rakus.
Dia Franz, kepala cabang organisasi pembunuh di Kota Averton. Tentu saja, ini hanya nama samarannya di dunia pembunuh.
Franz bukan pembunuh. Dia hanya seorang perantara yang diutus langsung oleh markas pusat. Keahlian terbesarnya bukan dalam bertarung, melainkan menjilat atasan.
Melihat kedatangan Welliam, Franz tersenyum memuakkan. Wajah bulatnya yang berminyak dan penuh lemak bergetar setiap kali bergerak. "Drogo, apa misinya sudah selesai? Oh, maaf, harusnya aku tidak tanya soal itu. Kalau kamu yang turun tangan, kegagalan tentu tidak mungkin terjadi."
Welliam berjalan ke meja kerja dan melihatnya dengan serius. "Misinya gagal."
Senyum di bibir Franz langsung tertahan. Namun, sedetik kemudian, tawanya terdengar. Dia menganggap Welliam sedang melontarkan candaan padanya. Baginya, kalau Drogo yang legendaris turun tangan, mustahil misinya akan mengalami kegagalan.
Welliam tetap melihatnya dengan tatapan datar. "Hades dan tiga pembunuh lain telah tewas. Aku yang sudah bunuh mereka."
Tawa Franz langsung terhenti, seolah-olah seseorang baru mencekik lehernya. Matanya membelalak dengan ekspresi terkejut dan kebingungan saat melihatnya.
"Drogo, ini candaanmu saja, 'kan?"
Welliam diam membisu dengan raut wajah yang tetap datar.
Mata Franz perlahan melebar. Dia akhirnya sadar bahwa ini bukan candaan Welliam semata. Raut wajahnya seketika berubah masam.
Welliam tetap santai. "Target pembunuhan kali ini adalah seseorang yang pernah menyelamatkan nyawaku. Aku telah memutuskan untuk melindunginya. Siapa saja yang berani macam-macam dengannya akan mati di tanganku."
"Aku akan tanggung konsekuensi atas kematian Hades dan pembunuh lain. Aku juga akan membayar kompensasi atas kerugian yang markas alami. Sebutkan saja harganya."
"Selain itu, aku mau tahu siapa klien yang memesan misi pembunuhan ini."
Setelah menyampaikan maksudnya, Welliam meraih burger di atas meja dan menggigitnya. Sambil mengunyah, dia berbicara dengan penuh arti. "Sebelum aku selesai makan burger ini, aku ingin mendapatkan jawaban."
Mata biru Franz melihatnya dengan tajam. Nada suaranya menjadi penuh kebencian. "Drogo, apa kamu sadar dengan tindakanmu ini? Markas telah menghabiskan banyak dana dan sumber daya untuk membentuk Hades. Kamu mengerti seberapa besar kerugiannya?"
"Membunuh rekan sendiri dalam misi adalah pelanggaran terbesar. Tindakanmu telah membuat seluruh organisasi menjadi musuhmu. Kamu ...."
Welliam menyela dengan suara dingin. "Aku tidak tertarik mendengar omong kosongmu. Apa markas pusat pernah menghitung berapa banyak uang yang sudah aku hasilkan untuk organisasi selama ini? Jumlah uangnya cukup untuk membeli seratus nyawa Hades!"
"Kalau markas pusat memang berencana menghabisiku, silakan datang. Aku akan menunggu. Aku ragu mereka berani melakukannya. Sekarang, beri tahu aku. Siapa klien yang memesan misi?"
Franz menyipitkan mata dengan sorot tajam. "Ternyata ini ancaman? Untukku? Untuk markas pusat?"
Welliam tersenyum tipis. "Benar. Ada masalah dengan itu?"
Franz akhirnya kehilangan kesabaran dan berteriak, "Drogo, kamu sungguh mengira dirimu mampu menghadapi markas pusat? Aku yakin, setelah markas pusat tahu tindakanmu, dua minggu saja nyawamu pasti sudah melayang."
Welliam tetap tenang. "Kalau begitu, jangan sampai markas pusat mengetahuinya. Aku tanya sekali lagi, siapa klien dari misi ini?"
"Drogo, kamu mau melanggar aturan? Identitas klien adalah ...."
Swush!
Kilatan cahaya dingin melesat.
Franz terdiam seketika.
Welliam menelan gigitan terakhir burgernya. Dia dengan santai meraih tisu dari meja untuk mengelap tangannya. Setelah itu, dia menghampiri Franz untuk menarik dua pisau lempar dari tubuhnya. Satu tertancap di dahinya, satu lagi di tenggorokannya. Dengan tenang, dia mengusap pisau-pisau itu pada pakaian Franz untuk menghilangkan bekas darah.
Bahkan, Franz tidak sempat memejamkan matanya sebelum ajal menjemput. Darah segar keluar dari dahinya, menyatu dengan darah dari tenggorokannya yang langsung menodai jas putihnya. Darah itu pun membentuk bercak merah yang perlahan melebar.
"Aku telah memperingatkan. Jangan sampai markas pusat mengetahuinya. Namun, terus saja mengoceh. Jangan kira aku tidak mengetahui niat busukmu bersama Hades. Kalian telah lama berencana menyingkirkanku, 'kan? Sayang sekali, kamu tidak akan pernah mendapat kesempatan itu."
Welliam tersenyum sinis. Dia meraih kalung di leher Franz. Liontinnya berbentuk peluru sepanjang jari tengah. Saat dibuka, isinya adalah sebuah USB flash drive.
Dia menyalakan komputer dan menyambungkan USB tersebut. Jemarinya dengan cekatan mengetik di atas keyboard.
Tak butuh waktu lama, Welliam menemukan sesuatu yang selama ini dia cari.
Saat melihat foto yang muncul di layar, matanya langsung memicing tajam. Napasnya memburu. Aura pembunuhan menyelimuti tubuhnya, begitu pekat hingga terasa nyata.
Foto itu tampaknya diambil diam-diam karena kualitasnya tidak terlalu jelas. Orang dalam foto telah banyak berubah dibanding bertahun-tahun lalu. Akan tetapi, dia masih bisa mengenali sosok itu dalam sekejap.
"Richard Jafferson, akhirnya kamu ketemu olehku juga."
Senyum Welliam terlihat mengerikan. Sorot matanya penuh dengan kebencian yang dingin. Kedua tangannya mengepal erat hingga buku-buku jarinya memucat.
Tatapannya kembali terfokus pada Franz yang telah mati. "Aku minta kamu mencari orang ini untukku. Namun, kamu justru menjadikannya klien? Bahkan, kamu suruh aku untuk menghabisi nyawa penyelamatku demi dia? Seharusnya aku membuatmu mati dengan lebih menyakitkan."
Aura dingin dan mematikan menyelimuti tubuh Welliam. Dia menyimpan USB flash drive tersebut dengan hati-hati. Di dalamnya terdapat banyak rahasia kelam yang tidak boleh terungkap. Suatu saat nanti, benda ini pasti akan bermanfaat untuknya.
Tanpa ragu, Welliam menggunakan komputer Franz untuk mengirimkan sebuah memo resmi kepada semua petinggi perusahaan. Isi memo itu sederhana. "Aku akan keluar negeri untuk sementara waktu. Selama aku tidak ada, Welliam Oscar akan ditunjuk sebagai manajer umum dan akan mengelola semua urusan perusahaan."
Setelah memastikan semuanya telah beres, dia merogoh pistol yang tersembunyi di bawah meja. Franz mungkin berencana menggunakannya di situasi darurat. Namun, di hadapan Welliam, bahkan Franz tidak sempat mengambil pistol itu.
Dengan pistol di tangan, Welliam melangkah keluar.
Dengan senyum hangat dan ramah, Welliam membalas tatapan mereka yang penuh selidik. Dia sempat berpikir kalau Keluarga Sinclair akan menanyakan pekerjaannya, keluarganya, atau detail pribadinya yang lain. Namun, anehnya, mereka tidak menanyakan apa pun.
Nicholas melihatnya dengan tajam. "Welliam, sudah larut malam. Emily baru saja mengalami kejadian yang cukup mengejutkan. Kami akan membawanya pulang dulu. Jika besok kamu ada waktu, mampirlah ke rumah."
Welliam mengangguk sopan. "Baik, Paman."
"Perlu aku menyuruh seseorang untuk mengantarmu pulang?"
"Terima kasih, Paman. Tapi, tidak perlu. Rumahku dekat dari sini."
Nicholas hanya memberi anggukan singkat. Kemudian, dia memimpin keluarganya angkat kaki bersama Emily.
Melihat iring-iringan mobil Keluarga Sinclair menghilang di kejauhan, Welliam melangkah ke tepi jalan. Dia mengambil ponsel lamanya untuk mengirimkan serangkaian angka sebagai balasan.
Sepanjang perjalanan, dia terus mengirim pesan secara diam-diam untuk menenangkan pihak atasannya.
Setelah itu, dia menghentikan sebuah taksi untuk menuju ke Grup Talhart.
Pada saat ini, gedung perusahaan sudah kosong. Setiap kali ada misi yang berlangsung, seluruh personel keamanan akan ditarik.
Welliam mengambil kartu identitas kerjanya. Dari luar, kartu itu terlihat sama seperti milik karyawan biasa. Namun, di dalamnya terdapat chip khusus yang memungkinkannya mengakses markas bawah tanah.
Masuk ke dalam lift khusus untuk CEO, Welliam menekan tombol menuju lantai dua bawah tanah dan memindai kartunya.
Lift mulai bergerak turun. Namun, bukannya berhenti di lantai dua bawah tanah, lift terus meluncur ke bawah, melewati tujuh hingga delapan lantai sebelum akhirnya berhenti.
Ding! Pintu lift terbuka.
Welliam melangkah keluar dan tiba di sebuah ruang bawah tanah rahasia sebesar lapangan sepak bola. Lampu-lampu terang menerangi ruangan itu seolah-olah masih siang hari.
Ini adalah markas cabang organisasi pembunuh bayaran di Kota Averton.
Dalam catatan, ada 24 pembunuh bayaran yang terdaftar di tempat ini. Setelah kematian Hades dan tiga lainnya, kini sisanya hanya ada 20 orang.
Pembunuh yang sedang latihan menoleh ke arahnya, tatapan mereka dingin dan tajam.
Welliam adalah pembunuh level SSS, setara dengan Hades. Pada dasarnya, dia berada di tingkatan tertinggi di dunia pembunuh bayaran.
Ada satu aturan tak tertulis di profesi mereka. Siapa pun yang berhasil membunuh pembunuh yang levelnya lebih tinggi, posisinya akan menjadi milik orang itu.
Itulah sebabnya para pembunuh di tempat ini menatap Welliam dengan campuran rasa takut dan kekaguman.
Tanpa menghiraukan tatapan mereka, Welliam melangkah lurus menuju sebuah ruangan di ujung area.
Setibanya di pintu, Welliam mengetuk dua kali.
Dari dalam, terdengar suara dalam bahasa asing yang mempersilakannya masuk.
Welliam membuka pintu dan melangkah memasuki ruangan. Tata letak ruangan itu sederhana dan terlihat seperti kantor biasa.
Di balik meja kerja, duduk seorang pria asing bertubuh gendut dan hampir botak. Tangannya sibuk menyantap makanan berkalori tinggi yang memenuhi meja dengan rakus.
Dia Franz, kepala cabang organisasi pembunuh di Kota Averton. Tentu saja, ini hanya nama samarannya di dunia pembunuh.
Franz bukan pembunuh. Dia hanya seorang perantara yang diutus langsung oleh markas pusat. Keahlian terbesarnya bukan dalam bertarung, melainkan menjilat atasan.
Melihat kedatangan Welliam, Franz tersenyum memuakkan. Wajah bulatnya yang berminyak dan penuh lemak bergetar setiap kali bergerak. "Drogo, apa misinya sudah selesai? Oh, maaf, harusnya aku tidak tanya soal itu. Kalau kamu yang turun tangan, kegagalan tentu tidak mungkin terjadi."
Welliam berjalan ke meja kerja dan melihatnya dengan serius. "Misinya gagal."
Senyum di bibir Franz langsung tertahan. Namun, sedetik kemudian, tawanya terdengar. Dia menganggap Welliam sedang melontarkan candaan padanya. Baginya, kalau Drogo yang legendaris turun tangan, mustahil misinya akan mengalami kegagalan.
Welliam tetap melihatnya dengan tatapan datar. "Hades dan tiga pembunuh lain telah tewas. Aku yang sudah bunuh mereka."
Tawa Franz langsung terhenti, seolah-olah seseorang baru mencekik lehernya. Matanya membelalak dengan ekspresi terkejut dan kebingungan saat melihatnya.
"Drogo, ini candaanmu saja, 'kan?"
Welliam diam membisu dengan raut wajah yang tetap datar.
Mata Franz perlahan melebar. Dia akhirnya sadar bahwa ini bukan candaan Welliam semata. Raut wajahnya seketika berubah masam.
Welliam tetap santai. "Target pembunuhan kali ini adalah seseorang yang pernah menyelamatkan nyawaku. Aku telah memutuskan untuk melindunginya. Siapa saja yang berani macam-macam dengannya akan mati di tanganku."
"Aku akan tanggung konsekuensi atas kematian Hades dan pembunuh lain. Aku juga akan membayar kompensasi atas kerugian yang markas alami. Sebutkan saja harganya."
"Selain itu, aku mau tahu siapa klien yang memesan misi pembunuhan ini."
Setelah menyampaikan maksudnya, Welliam meraih burger di atas meja dan menggigitnya. Sambil mengunyah, dia berbicara dengan penuh arti. "Sebelum aku selesai makan burger ini, aku ingin mendapatkan jawaban."
Mata biru Franz melihatnya dengan tajam. Nada suaranya menjadi penuh kebencian. "Drogo, apa kamu sadar dengan tindakanmu ini? Markas telah menghabiskan banyak dana dan sumber daya untuk membentuk Hades. Kamu mengerti seberapa besar kerugiannya?"
"Membunuh rekan sendiri dalam misi adalah pelanggaran terbesar. Tindakanmu telah membuat seluruh organisasi menjadi musuhmu. Kamu ...."
Welliam menyela dengan suara dingin. "Aku tidak tertarik mendengar omong kosongmu. Apa markas pusat pernah menghitung berapa banyak uang yang sudah aku hasilkan untuk organisasi selama ini? Jumlah uangnya cukup untuk membeli seratus nyawa Hades!"
"Kalau markas pusat memang berencana menghabisiku, silakan datang. Aku akan menunggu. Aku ragu mereka berani melakukannya. Sekarang, beri tahu aku. Siapa klien yang memesan misi?"
Franz menyipitkan mata dengan sorot tajam. "Ternyata ini ancaman? Untukku? Untuk markas pusat?"
Welliam tersenyum tipis. "Benar. Ada masalah dengan itu?"
Franz akhirnya kehilangan kesabaran dan berteriak, "Drogo, kamu sungguh mengira dirimu mampu menghadapi markas pusat? Aku yakin, setelah markas pusat tahu tindakanmu, dua minggu saja nyawamu pasti sudah melayang."
Welliam tetap tenang. "Kalau begitu, jangan sampai markas pusat mengetahuinya. Aku tanya sekali lagi, siapa klien dari misi ini?"
"Drogo, kamu mau melanggar aturan? Identitas klien adalah ...."
Swush!
Kilatan cahaya dingin melesat.
Franz terdiam seketika.
Welliam menelan gigitan terakhir burgernya. Dia dengan santai meraih tisu dari meja untuk mengelap tangannya. Setelah itu, dia menghampiri Franz untuk menarik dua pisau lempar dari tubuhnya. Satu tertancap di dahinya, satu lagi di tenggorokannya. Dengan tenang, dia mengusap pisau-pisau itu pada pakaian Franz untuk menghilangkan bekas darah.
Bahkan, Franz tidak sempat memejamkan matanya sebelum ajal menjemput. Darah segar keluar dari dahinya, menyatu dengan darah dari tenggorokannya yang langsung menodai jas putihnya. Darah itu pun membentuk bercak merah yang perlahan melebar.
"Aku telah memperingatkan. Jangan sampai markas pusat mengetahuinya. Namun, terus saja mengoceh. Jangan kira aku tidak mengetahui niat busukmu bersama Hades. Kalian telah lama berencana menyingkirkanku, 'kan? Sayang sekali, kamu tidak akan pernah mendapat kesempatan itu."
Welliam tersenyum sinis. Dia meraih kalung di leher Franz. Liontinnya berbentuk peluru sepanjang jari tengah. Saat dibuka, isinya adalah sebuah USB flash drive.
Dia menyalakan komputer dan menyambungkan USB tersebut. Jemarinya dengan cekatan mengetik di atas keyboard.
Tak butuh waktu lama, Welliam menemukan sesuatu yang selama ini dia cari.
Saat melihat foto yang muncul di layar, matanya langsung memicing tajam. Napasnya memburu. Aura pembunuhan menyelimuti tubuhnya, begitu pekat hingga terasa nyata.
Foto itu tampaknya diambil diam-diam karena kualitasnya tidak terlalu jelas. Orang dalam foto telah banyak berubah dibanding bertahun-tahun lalu. Akan tetapi, dia masih bisa mengenali sosok itu dalam sekejap.
"Richard Jafferson, akhirnya kamu ketemu olehku juga."
Senyum Welliam terlihat mengerikan. Sorot matanya penuh dengan kebencian yang dingin. Kedua tangannya mengepal erat hingga buku-buku jarinya memucat.
Tatapannya kembali terfokus pada Franz yang telah mati. "Aku minta kamu mencari orang ini untukku. Namun, kamu justru menjadikannya klien? Bahkan, kamu suruh aku untuk menghabisi nyawa penyelamatku demi dia? Seharusnya aku membuatmu mati dengan lebih menyakitkan."
Aura dingin dan mematikan menyelimuti tubuh Welliam. Dia menyimpan USB flash drive tersebut dengan hati-hati. Di dalamnya terdapat banyak rahasia kelam yang tidak boleh terungkap. Suatu saat nanti, benda ini pasti akan bermanfaat untuknya.
Tanpa ragu, Welliam menggunakan komputer Franz untuk mengirimkan sebuah memo resmi kepada semua petinggi perusahaan. Isi memo itu sederhana. "Aku akan keluar negeri untuk sementara waktu. Selama aku tidak ada, Welliam Oscar akan ditunjuk sebagai manajer umum dan akan mengelola semua urusan perusahaan."
Setelah memastikan semuanya telah beres, dia merogoh pistol yang tersembunyi di bawah meja. Franz mungkin berencana menggunakannya di situasi darurat. Namun, di hadapan Welliam, bahkan Franz tidak sempat mengambil pistol itu.
Dengan pistol di tangan, Welliam melangkah keluar.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved