Bab 4: Apa Pria Ini Iblis?

by Moonlit Night 11:56,Mar 15,2025
Welliam kembali tersadar. Dia langsung masuk ke dalam mobil dan mulai menggeledah.

Saat dia membuka sebuah kotak dengan motif stroberi di kursi belakang, perlahan dia mengangkat tutupnya. Di dalamnya, ada belasan permen lolipop rasa stroberi.

"Akhirnya ketemu .…"

Suara Welliam mengandung nada kebahagiaan.

Dia turun dari mobil dengan membawa kotak itu dengan hati-hati.

Mata Hades dan pembunuh lain mengerjap semangat.

Akan tetapi, ketika kotak dibuka oleh Welliam, Hades dan pembunuh lain terperangah. Di dalam kotak itu tidak ada dokumen penting atau sesuatu yang mereka cari. Itu cuma belasan lolipop!

"Sejak kapan kamu mulai makan permen seperti ini?"

Welliam tidak menggubris mereka. Tatapannya fokus pada Emily, seolah-olah menanti sebuah jawaban yang sangat penting.

Emily merasa perilakunya tidak wajar. Namun, rasa takut membuatnya tidak berani melawan. Dia coba mengingat sebelum akhirnya menjawab. "Sejak kecil."

Saat ini, permen lolipop rasa stroberi dengan kemasan lama sudah jarang ada. Dia pun harus minta seseorang untuk bantu mencarikannya. Sekarang hanya tersisa beberapa.

"Ketemu. Akhirnya ketemu .…"

Welliam melihat tajam pada Emily. Dia terus menggumam dengan wajah penuh kebahagiaan.

Hades dan pembunuh lain saling bertatapan dengan ekspresi bingung.

"Kamu ini sedang apa? Kita datang ke sini untuk ...."

Shadow mulai menegur dengan nada kesal. Namun, belum selesai berbicara, kata-katanya mendadak terhenti. Dia limbung ke belakang dengan kedua tangan mencengkeram lehernya. Tatapannya terlihat panik. Sebilah pisau lempar yang berkilauan telah tertusuk di tenggorokannya.

Ekspresi Scythe langsung terkejut. Dia punya hubungan paling dekat dengan Shadow. Saat dia menyaksikan hal ini, matanya menyipit tajam. Dia hendak bersuara. Namun, wajahnya terkejut dalam ketakutan saat dia tidak bisa mengeluarkan suara. Entah sejak kapan tenggorokannya juga sudah tertancap sebilah pisau lempar.

Hades dan Moran terkejut bukan main. Secara refleks, mereka serentak mengangkat pistol masing-masing.

Namun, gerakan Welliam lebih cepat.

Empat kilatan tajam melesat membelah kegelapan.

Hades dan Moran sama-sama mengerang kesakitan. Pisau lempar telah menembus tangan mereka dan membuat pistol yang mereka genggam terjatuh ke tanah tanpa daya.

Moran hendak bersuara, tetapi matanya membelalak. Tubuhnya terjerembab ke belakang karena pisau lempar sudah menembus tenggorokannya.

Hades mundur dengan panik. Napasnya memburu dan tatapannya penuh ketakutan. Di lehernya terdapat luka menganga, dengan darah yang terus merembes keluar. Seandainya dia bereaksi sedikit lebih lambat, lehernya pasti sudah terbelah sepenuhnya.

"Drogo, apa .. apa kamu mau berkhianat dari organisasi?"

Welliam menyeringai, senyumnya dingin dan mengerikan. "Benar."

"Demi perempuan ini?"

Hades bukan orang bodoh. Jelas sekali bahwa Welliam baru bertindak membantai mereka setelah bertanya beberapa hal kepada perempuan itu.

"Benar."

"Apa hubungan kalian sebenarnya?"

"Dia menyelamatkan hidupku."

Hades melihat tajam dan penuh kewaspadaan. "Drogo, coba kamu pikir ulang. Kalau kamu bunuh kami, organisasi tidak akan melepaskanmu begitu saja."

"Itu akan menjadi masalahku nanti. Kamu yang sebentar lagi mati tidak perlu repot-repot memikirkannya."

Sambil berbicara, Welliam menyimpan pisau lemparnya. "Kamu selalu bilang aku ini tidak ada apa-apanya tanpa pisau lempar, 'kan?"

Setelah kata-katanya terucap, Welliam langsung melesat ke arah Hades.

Sekilas, mata Hades berbinar penuh kegembiraan. Drogo memilih bertarung tangan kosong? Tanpa pisau lempar, kemampuan Drogo tidak ada apa-apanya.

"Tanpa pisau lemparmu, kamu bisa apa."

Hades maju menyambut serangan Welliam. Tubuhnya yang besar memancarkan aura yang menekan. Dengan kepalan tangan seukuran mangkuk, dia mengayunkan pukulan ke arah kepala Welliam dengan suara angin yang tajam.

Jika terkena, pukulan ini cukup untuk menghabisi seekor banteng.

Welliam tidak berusaha mengelak. Dia justru membalas dengan pukulan yang sama kuatnya.

Duak!

Suara benturan berat menggema di udara.

Sesaat kemudian, Hades mengeluarkan jeritan kesakitan. Tangannya robek berdarah, tulangnya menyembul keluar, dan kelima jarinya patah dalam posisi aneh.

Saat pukulan mereka beradu, Hades merasakan kekuatan luar biasa ganas dari kepalan tangan Drogo.

Belum bisa bereaksi, Welliam sudah maju selangkah dan menghantam dadanya dengan satu pukulan.

Krak!

Suara tulang patah terdengar begitu tajam. Bagian dada Hades langsung penyok. Tubuh tinggi besarnya terhempas ke belakang sejauh beberapa meter. Dia berguling di tanah beberapa kali hingga akhirnya tak lagi bergerak.

Seandainya seseorang membedah tubuh Hades, mereka akan menemukan jantungnya telah remuk total.

Welliam menyeringai sinis sembari mencemooh. "Aku lupa bilang padamu. Sebenarnya aku adalah pembunuh level SSSS. Namun, kamu terlalu rendah untuk mengetahui hal itu. Di depanku, kalian cuma anak kecil yang tidak ada apa-apanya."

Wajah cantik Emily pucat pasi. Tatapannya yang ketakutan terpaku pada Welliam yang begitu santai menarik belati dari mayat-mayat itu. Bahkan, pria itu membersihkan darahnya menggunakan pakaian mereka.

Ketakutan yang bercampur dengan kebingungan memenuhi hatinya. Tadi pria ini bilang kalau dia telah menyelamatkan hidupnya?

Welliam menyimpan kembali semua pisau lempar miliknya. Kini, tatapannya tertuju pada Emily.

Emily tersentak takut. Dia melangkah mundur dengan panik dan baru berhenti saat punggungnya membentur mobil.

Melihat Welliam menghampiri dirinya, tubuh Emily gemetar hebat saking takutnya. "Kamu ... kamu jangan mendekat! Aku bisa beri kamu uang! Berapa pun yang kamu mau!"

Pria ini tega menghabisi rekan-rekannya sendiri tanpa ragu. Sangat kejam dan tanpa belas kasihan. Mana mungkin dia tidak takut?

Welliam mengangkat alis sambil memandangnya dengan ekspresi tertarik. "Oh? Seberapa banyak yang bisa kamu tawarkan kepadaku?"

"Kamu ... kamu mau berapa?"

Emily seperti mendapat secercah harapan. Kalau pria ini masih mau uang, artinya dia masih bisa membujuknya untuk berunding.

Welliam melihat Emily dari atas kepala hingga ujung kaki. "Dari penampilanmu, kamu pasti kaya raya. Namun, kenapa aku harus meminta uang? Kalau aku menikah denganmu, seluruh hartamu otomatis akan menjadi punyaku, kan? Dapat orangnya sekaligus hartanya, bukankah lebih menguntungkan?"

Emily tampak terkejut. Apa dia tidak salah dengar? Pria ini mau menikah dengannya?

Kalau bukan karena situasi yang tidak tepat, dia pasti sudah menyuruhnya untuk memeriksakan otaknya.

"Kalau sekarang aku membebaskanmu, apa kamu akan berkhianat dariku?"

Mata Emily langsung bersemangat. Dia menggeleng cepat. "Tidak, tidak! Aku janji ...."

"Omong kosong. Omongan wanita tidak bisa dipercaya. Aku baru saja tertipu oleh seorang gadis yang terlihat polos. Dia memanfaatkan aku selama dua bulan tanpa membayar apa pun."

Welliam mengelus dagunya saat berpikir. "Kamu sudah lihat wajahku. Kalau kamu melaporkanku, aku tidak bisa bertahan lagi di Negara Dragosta. Akan tetapi, aku juga tidak bisa pergi. Aku masih punya urusan mendesak yang harus kuselesaikan."

Mendadak, matanya berbinar. "Begini saja. Aku akan ambil sejumlah foto telanjangmu. Jika kamu berani melaporkan aku, aku akan menyebarkan foto-foto itu."

Emily panik. Tatapannya kosong, seakan-akan jiwanya telah lepas dari raganya. Apa pria ini adalah iblis? Ya, dia memang iblis. Pemandangan menakutkan saat dia membantai orang-orang tadi masih terbayang jelas di benaknya.

"Bisa ... bisakah menggunakan cara lain?"

Kalau foto-foto itu tersebar, bukan hanya namanya yang tercoreng. Namun, nasib Grup Sinclair juga akan berakhir.

"Cara lain? Mm, aku pikir-pikir dulu." Welliam berpura-pura berpikir sebentar. Kemudian, matanya sontak bersemangat. "Baiklah. Umumkan saja bahwa aku adalah pacarmu. Aku akan menjadi pengawal pribadimu. Dengan cara ini, aku bisa memantau setiap gerak-gerikmu. Kalau kamu berani mengkhianatiku, aku akan menghabisimu. Setelah itu, baru aku menghabisimu seluruh keluargamu."

Mata Emily melebar panik. Orang ini benar-benar gila! Apa ini cara berpikir yang wajar?

Bagaimana mungkin dia bisa membiarkan iblis seperti ini berada di sisinya?

"Baiklah, sudah diputuskan!"

Welliam berjalan menghampirinya sambil mengambil ponsel. Dia dengan santai menunjuk wajahnya. "Ayo, anggap saja ini keberuntunganmu."

Emily hanya bisa melihatnya dengan bingung. Dia tidak paham dengan maksudnya.

"Cium aku. Kita berpacaran sekarang, masa tidak punya beberapa foto mesra? Untuk foto di ranjang, itu nanti saja kalau ada kesempatan. Sekarang ambil foto yang lebih biasa dulu."

Melihat Emily masih diam seperti patung, Welliam akhirnya mengambil inisiatif sendiri. Dia memilih sudut yang bagus, memastikan tidak ada mayat dalam frame, lalu mengambil beberapa foto mesra. Foto mencium pipi, menempelkan wajah mereka, mencium kening, dan lainnya.

"Mana ponselmu? Tambahkan nomorku. Aku akan kirim foto-foto ini kepadamu. Jangan lupa simpan. Lebih baik lagi kalau kamu menjadikannya wallpaper."

Emily masih berdiri terpaku dengan tatapan kosong. Di sekeliling ada mayat berserakan, sementara di depannya berdiri seorang pembunuh yang baru saja membantai orang-orang itu. Kalau dia tidak pingsan sekarang, berarti mentalnya sudah sangat kuat.

Welliam menghela napas pasrah. Akhirnya, dia sendiri yang mengambil ponsel Emily dan menambahkan nomornya.

"Oh iya, siapa namamu?"

Emily mendongak dan melihatnya dengan linglung. "Emily."

"Tinggi badan? Ukuran tubuh, ah sudahlah. Pekerjaan? Berapa anggota keluargamu?"

"Tinggiku 168 cm ...."

Mata Welliam menyipit tak percaya. ""Kamu benar-benar 168 cm? Jangan-jangan bohong?"

Emily merasa geram dengan ucapannya. Namun, dia tidak berani memperlihatkan emosinya. Dia menjawab dengan suara pelan. "Tinggiku benar-benar 168 cm. Aku adalah manajer umum Grup Sinclair ...."

"Tunggu, kamu manajer umum Grup Sinclair? Ini perusahaan keluarga, bukan?"

Emily mengepalkan tangan. Dia merasa dianggap remeh, tetapi tetap mengangguk. "Iya, perusahaan keluarga."

"Lanjutkan."

Ketika Emily telah memberi tahu, Welliam mencatat semua informasi itu. Dia lantas berkata, "Sekarang giliranmu untuk tahu siapa pacarmu. Namaku Welliam Oscar. Aku yatim piatu. Sekarang aku bekerja sebagai pegawai biasa di Grup Talhart. Ah, tidak, pegawai biasa tidak cocok untukmu. Anggap saja aku juga seorang manajer umum."

Emily meliriknya dengan ragu. Apa bisa seperti itu?

"Jangan ragu. Di perusahaanku, aku bisa memilih jabatan sesukaku. Menjadi orang berbakat memang menyenangkan."

Itu bukan bualan Welliam semata. Grup Talhart memang sebuah anak perusahaan dari grup multinasional. Namun, pada kenyataannya itu hanya sebagai kedok. Kalau dia mengaku sebagai CEO, tidak seorang pun yang akan berani membantah.

Welliam terus memberi informasinya. ""Aku punya tinggi badan 184 cm ...."

Emily menatapnya sekilas sebelum buru-buru menunduk.

Welliam merasa agak canggung. Wanita ini ternyata sangat pendendam. Hanya karena dia meragukan tinggi badannya tadi, sekarang dia juga meragukan tinggi badannya? Dia pun berdeham ."Ekhem. Kalau pakai sepatu, tinggiku 184 cm."

"Sudahlah, jangan terlalu detail. Ingat baik-baik yang sudah aku beri tahu ...."

Setelah menjelaskan tentang dirinya, Welliam bertanya, "Sudah ingat?"

Emily mengangguk pelan dan menggumamkan suara kecil.

Welliam memutar malas bola matanya. "Kenapa kamu terlihat begitu terpaksa? Harusnya yang merasa terpaksa itu aku. Kamu sadar tidak, betapa berbahayanya posisimu sekarang? Dengan kegagalan mereka kali ini, mereka pasti akan terus mengerahkan pembunuh lain untuk menghabisi kamu. Namun, tenang saja. Meskipun baru pertama kali menjadi pengawal, aku bisa menjamin keselamatanmu."

Setelah itu, Welliam mulai membersihkan tempat kejadian.

Melihat Welliam yang sibuk mondar-mandir, Emily sesekali meliriknya. Setelah sempat ragu berbicara, akhirnya dia tak tahan lagi dan bertanya, "Kenapa kamu tidak menghabisi nyawaku?"

Welliam sedang sibuk menghapus jejak di mobil van itu. Mendengar pertanyaannya, dia menjawab tanpa melihat ke belakang. "Mungkin karena aku tergoda kecantikanmu?"

"Kamu bukan tipe pria yang mata keranjang."

"Mm?"

Welliam memutar badannya dengan ekspresi terkejut.

"Kalau kamu memang pria mata keranjang, tadi kamu pasti tidak akan menghentikan mereka yang hendak melecehkan aku. Selain itu, saat ini aku tidak bisa melawan. Kalau kamu memang berniat, kamu bisa saja memaksaku. Namun, kamu juga tidak berbuat apa-apa padaku."

Welliam tersenyum tipis. "Aku kan sudah bilang, aku ingin dapat harta sekaligus orangnya."

Emily memilih mengubah topik pembicaraan. "Kamu bilang aku yang menyelamatkan hidupmu. Apa kita pernah ada pertemuan sebelumnya?"

Welliam terdiam sesaat. Dia pun menjawab dengan datar. "Pernah. Saat itu kita masih kecil. Usiamu mungkin sekitar delapan atau sembilan tahun. Aku pun ragu kamu masih mengingatnya.

Sekitar delapan atau sembilan tahun?

Dia hanya berusaha mengingat sejak kapan dirinya mulai makan permen lolipop ini. Itu berarti saat pertama kali bertemu dengannya, dia sedang makan permen lolipop. Pada saat yang bersamaan, dia juga menolongnya.

Kenangan lama mendadak terlintas di benaknya. Dengan mata berbinar, Emily berseru, "Aku ingat sekarang. Kamu adalah kakak itu, kakak yang terluka parah dan berlumuran darah. Itu kamu yang pingsan di pintu toko, kan?"

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

50