Bab 3: Masih Tidak Jera, Ya?
by Moonlit Night
11:56,Mar 15,2025
Dalam dunia ini, yang berkuasa adalah kekuatan. Sopan santun tidak ada gunanya, apalagi persahabatan. Kalau seseorang tidak menikammu dari belakang, itu sudah termasuk kemurahan hati.
Hades hendak mengatakan sesuatu. Namun, pada saat itu, dua mobil yang mereka tunggu sudah makin dekat.
Dia melirik Welliam dengan tatapan penuh amarah. Dalam hati dia bersumpah akan membereskan urusan ini setelah misi berakhir. Kesempatan menjadi pemimpin misi ini telah dia perjuangkan dengan susah payah. Dia tidak mau kalau sampai ada kesalahan.
Dengan satu gerakan tangan dari Hades, para pembunuh lain langsung turun dari mobil.
Dua mobil tampak bergerak pelan di jalan pegunungan yang berliku-liku.
Kedua mobil yang melaju adalah sedan Mercedes-Benz berwarna hitam.
Pada saat itu, mobil di depan melakukan pengereman yang mendadak, diikuti oleh mobil di belakangnya.
Di dalam mobil kedua, seorang wanita bernama Emily Sinclair yang duduk di kursi belakang terhuyung ke depan akibat hentakan mendadak. Berkas dokumen yang dia pegang pun terlepas dan berhamburan. Alisnya yang indah berkerut. Bibirnya yang sempurna terkatup rapat saat bertanya, "Ada apa ini?"
Sang sopir juga kebingungan. Sebelum dia sempat bereaksi, pintu depan mobil pertama terbuka. Seorang pria bertubuh kekar dalam balutan pakaian hitam yang merupakan salah satu pengawal bergegas menghampiri. Pengawal itu baru mau bertanya saat kaca mobil mulai turun. Namun, suara peluru yang melesat terdengar dan sebuah lubang peluru tiba-tiba muncul di keningnya.
Darah segar yang hangat menyembur ke wajah sopir. Dia bergeming, matanya terbelalak saking takutnya. Saat dia akan berteriak, sebuah pistol berperedam suara menyelinap masuk melalui jendela dan ujungnya menempel di dahinya.
Si pembunuh menekan pelatuknya tanpa ragu.
Peluru menembus kepala sopir dan keluar dari tengkuknya. Akibatnya, semburan darah menghiasi kursi berwarna cerah dengan warna merah pekat.
Emily membeku. Wajahnya pucat pasi, seolah-olah darahnya berhenti mengalir. Kilau kecemasan memenuhi matanya yang jernih. Saat dia nyaris menjerit, pria asing yang memegang pistol di jendela menaruh jari di bibirnya. "Ssst ...."
Hades dengan santai membuka kunci pintu mobil sebelum menariknya terbuka. Senyum sinis tersungging di wajahnya. "Nona Emily, silakan turun."
Emily masih memiliki sedikit kesadaran. Dia sadar bahwa ini bukan saatnya untuk melawan. Oleh sebab itu, dia turun dari mobil dengan tubuh menggigil. Karena lututnya terasa lemas, dia hampir terjatuh. Dia hanya bisa menahan bobot tubuhnya dengan berpegangan pada pintu mobil.
Saat dia berbalik, hatinya jatuh ke jurang ketakutan. Jendela mobil di depan penuh dengan darah. Tanpa melihat lebih jauh, dia tahu bahwa semua pengawalnya sudah dibantai.
Bagi pembunuh profesional, misi seperti ini sama sekali bukan tantangan.
Moran, Sickle dan Shadow tampak menghampiri dengan membawa rekaman kamera dashboard dari kedua mobil.
Saat tatapan mereka tertuju pada Emily, mata mereka langsung berbinar
Emily memiliki tinggi sekitar 168 cm dengan tubuh yang proporsional sempurna. Kulitnya putih bersih dan balutan setelan kerja berwarna terang yang dia kenakan makin membentuk lekuk tubuhnya. Dada yang penuh, pinggang ramping, dan pinggul yang indah.
Namun, yang paling memikat adalah wajahnya. Alisnya melengkung sempurna, di antara kedua alisnya ada tahi lalat kecil yang justru menambah pesona. Hidungnya mancung sempurna dan bibirnya merah merona seperti buah ceri yang tampak begitu menggoda.
Namun, saat ini, tubuh Emily terasa menggigil. Ketakutan menyelimuti hatinya, menekan begitu kuat hingga hampir menghancurkannya. Dia sadar bahwa malam ini dia mungkin tidak akan selamat. Para pria ini tidak berusaha menyembunyikan wajah mereka. Artinya sudah jelas.
Masih berharap bisa selamat, dia mencoba mencari jalan keluar. Dengan suara bergetar, dia bertanya, "Apa ... apa kalian mau uang? Aku bisa memberikan uang."
Hades seorang pria yang dikenal sangat mesum. Dia berusaha menyembunyikan kliatan hasrat di matanya. Dengan terbata-bata, dia berbicara dalam bahasa Negara Dragosta. "Nona Emily, kami menginginkan seluruh data penelitian obat kanker."
Sekarang, Emily akhirnya paham motif para pembunuh ini. Rupanya mereka mengincar formula obat kanker terbaru!
Obat untuk kanker hati ini baru saja mencapai kemajuan, tetapi belum diuji secara klinis. Kerahasiaan informasi ini seharusnya dijaga sangat ketat. Bagaimana bisa bocor?
Seseorang pasti mengkhianatinya. Dia sadar bahwa ada mata-mata di dalam perusahaannya. Pertanyaannya, apa dia masih memiliki kesempatan untuk menyelidiki siapa pengkhianat ini?
Grup Sinclair telah mencurahkan segala sumber daya untuk penelitian obat antikanker ini. Oleh sebab itu, perusahaan mereka pun mengalami krisis keuangan. Namun, kalau dia berhasil dalam uji klinis, bukan hanya ribuan pasien kanker hati yang akan terselamatkan, tetapi juga Grup Sinclair itu sendiri.
Dia mengatur napas untuk mencoba tetap tenang. "Sesuatu sepenting itu, mana mungkin aku bawa terus bersamaku?"
Hades menyeringai penuh ancaman. "Nona Emily, aku sarankan kamu bekerja sama dengan baik. Jangan coba bermain-main dengan kami."
"Serahkan dia padaku. Beri aku setengah jam, dia pasti akan berbicara."
Scythe di belakang menampilkan ekspresi penuh hasrat.
Shadow menyeringai dengan penuh nafsu. "Serahkan dia padaku. Lima belas menit sudah cukup."
"Kenapa tidak kita lakukan bersama?"
Mata Moran berkilat dengan tatapan mesum.
Hades menyeringai licik. "Ide menarik. Karena Nona Emily menolak bekerja sama dengan kita, kita saja yang bekerja sama dengannya."
Wajah cantik Emily pucat pasi. Rasa takut terpancar jelas di matanya, seperti anak kecil yang tersesat.
Hades menghampirinya. Dia menggenggam rambutnya dan menariknya ke dalam mobil dengan seringai mesum.
Emily meronta sekuat tenaga. Namun, mana mungkin tenaganya bisa menandingi Hades?
"Hei, lihat kemari."
Suara santai Welliam tiba-tiba terdengar.
Secara refleks, Hades dan ketiga pembunuh lain berbalik menatapnya. Mereka mendapati Welliam memainkan sebuah pisau lempar yang berkilauan di tangannya.
"Tampaknya insiden yang menimpa Mantis masih tidak membuat kalian jera, ya?"
Welliam sudah menetapkan aturan, Di Negara Dragosta, seseorang bisa membunuh, tetapi tidak boleh menodai seseorang.
Membunuh adalah pekerjaan mereka, tetapi menodai seseorang adalah perbuatan biadab para bajingan.
Mantis yang merupakan bagian dari kelompok mereka, pernah melanggar aturan itu. Saat melakukan misi, dia tidak menggubris peringatan Welliam dengan menodai seorang gadis. Hasilnya? Di hadapan pembunuh lainnya, Welliam menghujaninya dengan pisau lempar hingga tubuhnya berlubang-lubang.
Setelah insiden itu, mereka semua beranggapan bahwa nasib Welliam akan tamat. Namun, di luar dugaan, pihak atasan hanya mengenakan denda dan mengurungnya selama tiga hari. Itu saja. Itu adalah kekuatan pembunuh bayaran level top.
Karena dalam dunia pembunuh bayaran, pembunuh level SSS adalah mesin uang. Tidak satu pun atasan yang rela kehilangan sumber keuntungan mereka.
Sorot mata Welliam tampak makin tajam. "Kenapa kalian masih tidak jera juga? Tampaknya yang mati masih kurang banyak, ya."
Kata-katanya sontak membuat Hades dan ketiga pembunuh panik. Mereka pun mundur dengan penuh kewaspadaan. Jari-jari mereka yang menggenggam pistol sudah memucat. Namun, tak satu pun yang berani menodongkannya.
Mereka tahu betul seberapa menakutkannya pisau lempar milik Welliam. Dalam jarak sedekat ini, Hades yang seorang pembunuh level SSS pun tidak yakin bisa menembakkan pelurunya lebih cepat daripada pisau lempar Welliam.
Dia sudah sering bertarung melawan Welliam. Dalam jarak sepuluh meter, bahkan dia tidak punya kesempatan untuk menarik pelatuk. Yang lebih dahsyatnya lagi, Welliam tidak pernah meleset dalam membunuh. Tidak ada yang cukup nekat untuk mempertaruhkan nyawanya.
"Fokus pada misi."
Hades menggertakkan giginya saat mengucapkannya.
"Oh? Aku pikir kalian akan bilang fokus pada wanita saja. Payah! Kalian sudah buang-buang waktu."
Sembari terus memainkan pisau lemparnya, Welliam berjalan ke arah mereka dengan santai.
Hades dan anak buahnya bersikap waspada. Mata mereka terpaku pada bilah pisau yang mengkilap itu.
"Tenang saja. Kalau aku mau bunuh kalian, bukan sekarang waktunya. Bagaimanapun, membersihkan kekacauan ini bukan tugasku. Jadi, seperti apa wanita yang bisa membuat kalian berubah dari manusia menjadi binatang?"
Sejak tadi, tubuh Hades yang besar telah menghalangi pandangannya. Bahkan, dia belum sempat melihat wajah target mereka.
Hades akhirnya melepaskan cengkeramannya pada Emily.
"Ayo, angkat wajahmu. Biar aku lihat wajahmu."
Tubuh Emily gemetar hebat. Dengan ragu-ragu, dia pun mengangkat wajah pucatnya dan memandang Welliam.
Saat mereka saling bertatapan, pupil Welliam langsung menyusut tajam. Kenangan lama menghantamnya seperti gelombang pasang.
"Kakak kecil, kakak kecil, bangun! Bangunlah ...."
Seorang bocah laki-laki berusia sepuluh tahun berlumuran darah. Sebelum dia kehilangan kesadaran, yang terakhir dia lihat adalah wajah seorang gadis cilik yang panik. Tahi lalat kecil di antara alisnya, wajahnya yang ketakutan. Selain itu, gadis cilik itu memegang permen lolipop rasa stroberi yang masih terbungkus rapi.
Hades hendak mengatakan sesuatu. Namun, pada saat itu, dua mobil yang mereka tunggu sudah makin dekat.
Dia melirik Welliam dengan tatapan penuh amarah. Dalam hati dia bersumpah akan membereskan urusan ini setelah misi berakhir. Kesempatan menjadi pemimpin misi ini telah dia perjuangkan dengan susah payah. Dia tidak mau kalau sampai ada kesalahan.
Dengan satu gerakan tangan dari Hades, para pembunuh lain langsung turun dari mobil.
Dua mobil tampak bergerak pelan di jalan pegunungan yang berliku-liku.
Kedua mobil yang melaju adalah sedan Mercedes-Benz berwarna hitam.
Pada saat itu, mobil di depan melakukan pengereman yang mendadak, diikuti oleh mobil di belakangnya.
Di dalam mobil kedua, seorang wanita bernama Emily Sinclair yang duduk di kursi belakang terhuyung ke depan akibat hentakan mendadak. Berkas dokumen yang dia pegang pun terlepas dan berhamburan. Alisnya yang indah berkerut. Bibirnya yang sempurna terkatup rapat saat bertanya, "Ada apa ini?"
Sang sopir juga kebingungan. Sebelum dia sempat bereaksi, pintu depan mobil pertama terbuka. Seorang pria bertubuh kekar dalam balutan pakaian hitam yang merupakan salah satu pengawal bergegas menghampiri. Pengawal itu baru mau bertanya saat kaca mobil mulai turun. Namun, suara peluru yang melesat terdengar dan sebuah lubang peluru tiba-tiba muncul di keningnya.
Darah segar yang hangat menyembur ke wajah sopir. Dia bergeming, matanya terbelalak saking takutnya. Saat dia akan berteriak, sebuah pistol berperedam suara menyelinap masuk melalui jendela dan ujungnya menempel di dahinya.
Si pembunuh menekan pelatuknya tanpa ragu.
Peluru menembus kepala sopir dan keluar dari tengkuknya. Akibatnya, semburan darah menghiasi kursi berwarna cerah dengan warna merah pekat.
Emily membeku. Wajahnya pucat pasi, seolah-olah darahnya berhenti mengalir. Kilau kecemasan memenuhi matanya yang jernih. Saat dia nyaris menjerit, pria asing yang memegang pistol di jendela menaruh jari di bibirnya. "Ssst ...."
Hades dengan santai membuka kunci pintu mobil sebelum menariknya terbuka. Senyum sinis tersungging di wajahnya. "Nona Emily, silakan turun."
Emily masih memiliki sedikit kesadaran. Dia sadar bahwa ini bukan saatnya untuk melawan. Oleh sebab itu, dia turun dari mobil dengan tubuh menggigil. Karena lututnya terasa lemas, dia hampir terjatuh. Dia hanya bisa menahan bobot tubuhnya dengan berpegangan pada pintu mobil.
Saat dia berbalik, hatinya jatuh ke jurang ketakutan. Jendela mobil di depan penuh dengan darah. Tanpa melihat lebih jauh, dia tahu bahwa semua pengawalnya sudah dibantai.
Bagi pembunuh profesional, misi seperti ini sama sekali bukan tantangan.
Moran, Sickle dan Shadow tampak menghampiri dengan membawa rekaman kamera dashboard dari kedua mobil.
Saat tatapan mereka tertuju pada Emily, mata mereka langsung berbinar
Emily memiliki tinggi sekitar 168 cm dengan tubuh yang proporsional sempurna. Kulitnya putih bersih dan balutan setelan kerja berwarna terang yang dia kenakan makin membentuk lekuk tubuhnya. Dada yang penuh, pinggang ramping, dan pinggul yang indah.
Namun, yang paling memikat adalah wajahnya. Alisnya melengkung sempurna, di antara kedua alisnya ada tahi lalat kecil yang justru menambah pesona. Hidungnya mancung sempurna dan bibirnya merah merona seperti buah ceri yang tampak begitu menggoda.
Namun, saat ini, tubuh Emily terasa menggigil. Ketakutan menyelimuti hatinya, menekan begitu kuat hingga hampir menghancurkannya. Dia sadar bahwa malam ini dia mungkin tidak akan selamat. Para pria ini tidak berusaha menyembunyikan wajah mereka. Artinya sudah jelas.
Masih berharap bisa selamat, dia mencoba mencari jalan keluar. Dengan suara bergetar, dia bertanya, "Apa ... apa kalian mau uang? Aku bisa memberikan uang."
Hades seorang pria yang dikenal sangat mesum. Dia berusaha menyembunyikan kliatan hasrat di matanya. Dengan terbata-bata, dia berbicara dalam bahasa Negara Dragosta. "Nona Emily, kami menginginkan seluruh data penelitian obat kanker."
Sekarang, Emily akhirnya paham motif para pembunuh ini. Rupanya mereka mengincar formula obat kanker terbaru!
Obat untuk kanker hati ini baru saja mencapai kemajuan, tetapi belum diuji secara klinis. Kerahasiaan informasi ini seharusnya dijaga sangat ketat. Bagaimana bisa bocor?
Seseorang pasti mengkhianatinya. Dia sadar bahwa ada mata-mata di dalam perusahaannya. Pertanyaannya, apa dia masih memiliki kesempatan untuk menyelidiki siapa pengkhianat ini?
Grup Sinclair telah mencurahkan segala sumber daya untuk penelitian obat antikanker ini. Oleh sebab itu, perusahaan mereka pun mengalami krisis keuangan. Namun, kalau dia berhasil dalam uji klinis, bukan hanya ribuan pasien kanker hati yang akan terselamatkan, tetapi juga Grup Sinclair itu sendiri.
Dia mengatur napas untuk mencoba tetap tenang. "Sesuatu sepenting itu, mana mungkin aku bawa terus bersamaku?"
Hades menyeringai penuh ancaman. "Nona Emily, aku sarankan kamu bekerja sama dengan baik. Jangan coba bermain-main dengan kami."
"Serahkan dia padaku. Beri aku setengah jam, dia pasti akan berbicara."
Scythe di belakang menampilkan ekspresi penuh hasrat.
Shadow menyeringai dengan penuh nafsu. "Serahkan dia padaku. Lima belas menit sudah cukup."
"Kenapa tidak kita lakukan bersama?"
Mata Moran berkilat dengan tatapan mesum.
Hades menyeringai licik. "Ide menarik. Karena Nona Emily menolak bekerja sama dengan kita, kita saja yang bekerja sama dengannya."
Wajah cantik Emily pucat pasi. Rasa takut terpancar jelas di matanya, seperti anak kecil yang tersesat.
Hades menghampirinya. Dia menggenggam rambutnya dan menariknya ke dalam mobil dengan seringai mesum.
Emily meronta sekuat tenaga. Namun, mana mungkin tenaganya bisa menandingi Hades?
"Hei, lihat kemari."
Suara santai Welliam tiba-tiba terdengar.
Secara refleks, Hades dan ketiga pembunuh lain berbalik menatapnya. Mereka mendapati Welliam memainkan sebuah pisau lempar yang berkilauan di tangannya.
"Tampaknya insiden yang menimpa Mantis masih tidak membuat kalian jera, ya?"
Welliam sudah menetapkan aturan, Di Negara Dragosta, seseorang bisa membunuh, tetapi tidak boleh menodai seseorang.
Membunuh adalah pekerjaan mereka, tetapi menodai seseorang adalah perbuatan biadab para bajingan.
Mantis yang merupakan bagian dari kelompok mereka, pernah melanggar aturan itu. Saat melakukan misi, dia tidak menggubris peringatan Welliam dengan menodai seorang gadis. Hasilnya? Di hadapan pembunuh lainnya, Welliam menghujaninya dengan pisau lempar hingga tubuhnya berlubang-lubang.
Setelah insiden itu, mereka semua beranggapan bahwa nasib Welliam akan tamat. Namun, di luar dugaan, pihak atasan hanya mengenakan denda dan mengurungnya selama tiga hari. Itu saja. Itu adalah kekuatan pembunuh bayaran level top.
Karena dalam dunia pembunuh bayaran, pembunuh level SSS adalah mesin uang. Tidak satu pun atasan yang rela kehilangan sumber keuntungan mereka.
Sorot mata Welliam tampak makin tajam. "Kenapa kalian masih tidak jera juga? Tampaknya yang mati masih kurang banyak, ya."
Kata-katanya sontak membuat Hades dan ketiga pembunuh panik. Mereka pun mundur dengan penuh kewaspadaan. Jari-jari mereka yang menggenggam pistol sudah memucat. Namun, tak satu pun yang berani menodongkannya.
Mereka tahu betul seberapa menakutkannya pisau lempar milik Welliam. Dalam jarak sedekat ini, Hades yang seorang pembunuh level SSS pun tidak yakin bisa menembakkan pelurunya lebih cepat daripada pisau lempar Welliam.
Dia sudah sering bertarung melawan Welliam. Dalam jarak sepuluh meter, bahkan dia tidak punya kesempatan untuk menarik pelatuk. Yang lebih dahsyatnya lagi, Welliam tidak pernah meleset dalam membunuh. Tidak ada yang cukup nekat untuk mempertaruhkan nyawanya.
"Fokus pada misi."
Hades menggertakkan giginya saat mengucapkannya.
"Oh? Aku pikir kalian akan bilang fokus pada wanita saja. Payah! Kalian sudah buang-buang waktu."
Sembari terus memainkan pisau lemparnya, Welliam berjalan ke arah mereka dengan santai.
Hades dan anak buahnya bersikap waspada. Mata mereka terpaku pada bilah pisau yang mengkilap itu.
"Tenang saja. Kalau aku mau bunuh kalian, bukan sekarang waktunya. Bagaimanapun, membersihkan kekacauan ini bukan tugasku. Jadi, seperti apa wanita yang bisa membuat kalian berubah dari manusia menjadi binatang?"
Sejak tadi, tubuh Hades yang besar telah menghalangi pandangannya. Bahkan, dia belum sempat melihat wajah target mereka.
Hades akhirnya melepaskan cengkeramannya pada Emily.
"Ayo, angkat wajahmu. Biar aku lihat wajahmu."
Tubuh Emily gemetar hebat. Dengan ragu-ragu, dia pun mengangkat wajah pucatnya dan memandang Welliam.
Saat mereka saling bertatapan, pupil Welliam langsung menyusut tajam. Kenangan lama menghantamnya seperti gelombang pasang.
"Kakak kecil, kakak kecil, bangun! Bangunlah ...."
Seorang bocah laki-laki berusia sepuluh tahun berlumuran darah. Sebelum dia kehilangan kesadaran, yang terakhir dia lihat adalah wajah seorang gadis cilik yang panik. Tahi lalat kecil di antara alisnya, wajahnya yang ketakutan. Selain itu, gadis cilik itu memegang permen lolipop rasa stroberi yang masih terbungkus rapi.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved