Bab 10 Bertemu Alma.
by Taurus girls
16:32,Aug 05,2023
"Hai juga Alma.. bagaimana kabarnya Om Darsono dan Tante Vera"sapa Mas Brian kepada Alma sambil menggenggam salah satu tanganku.Mas Brian menunjukkan kalau hanya aku yang ada di hatinya, tidak akan ada wanita lain yang akan menggantikan posisiku.
"Alhamdulillah baik semua.. gimana juga kabar Om Airlangga dan Tante Rima."Alma menanyakan kabar kedua orang tuanya Mas Brian, tanpa melepaskan tatapan matanya pada genggaman tangan kami berdua terlihat sangat erat.
"Alhamdulillah Mama sama Papa juga baik."sahut Mas Brian,kini dia sudah lepaskan tangannya dari tanganku yang langsung berpindah ke pinggang rampingku.Di saat kami sedang ngobrol tiba-tiba ke dua buah hatiku datang menghampiri kami.Tapi mereka datang bukan hanya berdua,ada anak laki laki di samping mereka terlihat anak laki-laki tersebut bergandengan tangan dengan Al Jazair.
"Ayah... Bunda... Kami sudah selesai bermainnya,oh ya, Ayah... Bunda kenalin ini teman saya namanya Aldrick kami satu kelas, Aldrick... kenalin ini Ayah sama Bundaku."Al Jazair memperkenalkan temannya kepadaku dan Mas Brian, Aldrick langsung menyalami tangan kami berdua, selesai menyalami aku dan Mas Brian, Aldrick langsung berlalu memeluk Alma dan tersenyum kepadanya.
"Tante... Kenalin ini temannya Aldrick, namanya Al Jazair kami satu kelas,Al Jazair kenalin ini tanteku namanya Tante Alma."Al Jazair menyalami tangannya Alma.
"Aldrick..oh jadi kalian sudah saling kenal,tau nggak Opanya Al Jazair ini temannya opa Darsono jadi keluarga kita itu sudah saling mengenal satu sama lainnya."terang Alma sambil tersenyum menatap ke arah Al Jazair.
Namun sayangnya putra bungsuku itu langsung melengos,Al Jazair tidak suka dengan keberadaan Alma di sekitar kami.
Sepanjang kami ngobrol, Mas Brian terus merangkul pinggang rampingku dengan posesif,dan tidak mempermasalahkan itu, bagiku itu lah cara Mas Brian menunjukkan kalau dia tidak akan pernah berbagi hatinya dengan orang lain, mataku selalu memperhatikan cara Alma menatap mukanya Mas Brian, Alma selalu mencuri pandang ke pada Mas Brian,aku melihat Alma menatap Mas Brian itu seperti sedang memendam rasa cinta yang paling dalam.Aku sangat jengah dan tidak suka dengan cara Alma memandang suamiku.Aku perhatikan Mas Brian juga tidak nyaman dengan tatapan mata Alma terhadap dirinya.
Ku alihkan sejenak atensiku dari Alma,akuu memperhatikan muka ke dua buah hatiku itu sudah kelelahan dan mengantuk.
"Ayah... Bunda... ayo kita pulang kami berdua sudah puas mainnya dan sekarang kami lelah sekali,kami berdua sudah mengantuk."kedua buah hatiku itu sudah meminta kami untuk segera pulang.Aku melihat Aldrick juga sudah mengantuk.Obrolan kami pun berakhir, Mas Brian langsung menggandeng tangan kedua buah hatiku untuk masuk ke dalam mobil, Alma juga langsung mengajak Aldrick untuk pulang.
Waktu sudah menunjukkan jam 11 siang saking lelahnya kedua buah hatiku sampai sampai mereka berdua tertidur pulas di dalam mobil,di sepanjang perjalanan pulang aku kembali teringat dengan apa yang di katakan Papanya Mas Brian apa ini akan menjadi kenyataan kalau anaknya Om Darsono itu mau di nikah kan dengan Mas Brian, karena aku melihat cara Alma menatap muka suamiku, terlihat sekali dia sangat tertarik dengan Mas Brian, mengingat semua itu membuat hatiku gelisah tidak karuan saja
Hufff..
Aku membuang napas dengan keras, berusaha melepaskan semua beban yang sedang menghimpit dadaku,aku sengaja menggelengkan kepala beberapa kali hanya untuk menyingkirkan berbagai macam pikiran buruk yang saat ini sedang bergelayut di atas kepalaku.Aku tidak bisa membayangkan kalau suatu saat Mas Brian meninggalkan kami, terutama hati dan perasaan kedua buah hatiku, betapa hancurnya mereka.
Mas Brian menggenggam tanganku, seolah olah dia bisa membaca semua isi hati dan pikiran ku saat ini.
"Bunda... apapun yang terjadi di kemudian hari nanti, jangan tinggalkan aku,ya...!!aku tau Bunda adalah wanita yang hebat dan kuat, kita akan hadapi bersama,semua masalah yang datang akan menghancurkan bahtera rumah tangga kita."ucap Mas Brian Aku balas genggaman tangan Mas Brian bahkan lebih erat lagi.
"Iya Mas.... Trimakasih kasih sudah kasih semangat dan support sama aku,in syaa Allah kita akan hadapi bersama semua masalah yang datang menghampiri rumah tangga kita."Aku berusaha untuk tetap tersenyum, walaupun aku tidak tau apakah itu sebuah senyuman atau hanya sebuah lengkungan patah dari kedua bibirku.
Mas Brian membangun kedua buah hati kami karena sudah sampai di depan kediaman kami.
"Kakak,adik...ayo bangun..!!ini kita sudah sampai di rumah,ayo turun langsung bersihkan tubuh kalian berdua, Ayah sama Bunda juga mau membersihkan diri, nanti kalau sudah selesai tunggu Ayah sama Bunda di ruang keluarga ya."titah Mas Brian kepada ke buah hati kami, Almere dan Al Jazair
"Iya,ayah...."sahut keduanya secara serempak.
Begitu keluar dari dalam mobil,mereka berdua langsung masuk ke dalam rumah menuju kamar mereka masing masing untuk segera membersihkan diri.Aku sama Mas Brian juga masuk ke dalam kamar pribadi kami.
"Sayang...ayo mandi bareng..."ajak Mas Brian yang sudah merengkuh tubuhku dari belakang, dengan sengaja pria yang telah menghalalkan diriku sejak 11 tahun yang lalu itu menghembuskan nafas di tengkukku,sontak saja seluruh bulu kudukku meremang seketika.
Tanpa menunggu jawaban dariku, Mas Brian langsung menggendong tubuhku ala bridal style menuju kamar mandi.
"Sayang aku merindukanmu..."lirih Mas Brian dengan suara seraknya, sesuatu yang sedang berada di bawah sana sudah mulai menggeliat dengan sempurna."Bolehkah.."tanyanya lagi dengan tatapan penuh damba.
"Lakukanlah... aku akan melayani Mas Brian dengan sepenuh hati dan jiwa ragaku... semoga dengan pelayananku ini, tidak akan pernah membuat Mas Brian berpaling pada wanita yang lain.."dengan pelan aku mulai mengalunkan kedua tanganku pada lehernya Mas Brian, dengan cepat Mas Brian menyatukan nafas kami hingga akhirnya kami berdua saling melepaskan karena sudah mulai kehabisan oksigen.
Mas Brian membawakku masuk kedalam bathtub, yang sudah di isi dengan air hangat dan juga sabun cair yang biasa aku gunakan selama ini.Mas Brian mengajakku mendaki nirwana, mereguk manisnya madu pernikahan, walaupun hanya sebentar saja,tapi itu sudah cukup memuaskan dahaga kami berdua.
"Terimakasih banyak, sayang.. kamu selalu mengerti dan paham apa yang aku inginkan...aku sangat mencintai kamu, Humairaku.."cup, sebuah kecupan hangat mendarat sempurna di keningku, setelah kami sama sama terkulai lemas karena permainan singkat yang kami ciptakan sendiri.
"Sama sama, Mas..aku juga, sangat mencintai Mas Brian, jangan pernah tinggalkan aku,ya..."dengan pelan kembali ku raih daging tebal tak bertulang miliknya Mas Brian, menyatukan nafas kami untuk beberapa menit, setelah itu kami saling melepaskan.
Mas Brian mulai membantuku untuk membersihkan tubuhku bagian belakang, hingga aku benar benar merasa bersih.Setelah itu pria yang telah menjadi imam dunia akhiratku mulai membersihkan diri sendiri hingga selesai.
Aku langsung mengenakan gamis sederhana begitu keluar dari kamar mandi,tak lupa aku juga menyiapkan setelan baju santai untuk Mas Brian.
Kami berdua langsung keluar menuju ruang keluarga,di sana sudah ada Almeera dan Al Jazair telah menunggu kedatangan kami berdua.
"Bunda.... Kakak sama Adik sudah lapar ini, tadi di taman bermain kami hanya makan roti sandwich saja."keluh Almere sambil memegang perutmya,Al Jazair pun melakukan hal yang sama.
"Baiklah... kalian tunggu disini saja, lanjutkan ngobrolnya bersama ayah, bunda akan siapkan makan siang untuk kita semua.."aku langsung menuju dapur untuk menyiapkan makan siang untuk kami semua, sekaligus aku minta Bi Jumi untuk membantuku agar cepat selesai.
Siang ini aku menyajikan menu berupa ikan bawal saus asam manis,tumis kangkung sama ayam goreng mentega,dan juga minuman dingin jus buah mangga, untuk sayur dan buah mangganya aku sama Bi Jumi panen dari halaman belakang. Alhamdulillah sejak ada kebun sayur dan kebun buah dihalaman belakang rumahku, semenjak itu juga aku tidak pernah lagi beli sayur sayuran,karena aku menanam berbagai jenis sayur dan juga beberapa jenis pohon buah,kalau lagi musim panen buah aku juga jarang beli buah dari toko buah.
Dengan cepat aku segera menatap makanan yang telah aku masak di atas meja makan.
"Mas..Kakak,Adik...ayo kita makan, Bunda sudah siapkan semua di meja makan, buruan selagi masih hangat, kalau sudah dingin sudah tidak sedap di lidah.."aku mengajak Mas Brian dan juga kedua buah hatiku.
"Iya, bunda..."sahut ke dua buah hatiku itu dengan penuh antusias dengan langkah panjang mereka berdua menuju meja makan dan langsung menyiapkan kursi mereka masing masing.
"Bunda, silahkan duduk..."ucap Mas Brian yang telah menarik kan sebuah kursi kosong untuk aku tempati.
"Makasih, Mas.."aku langsung menjatuhkan bobot tubuhku di atas kursi yang telah disiapkan oleh Mas Brian.
"Bi...ayo, sini makan bareng kami.."aku mengajak Bi Jumi untuk ikut makan bersama kami.
"Terimakasih banyak, Bu... tidak usah, nanti bibi malam di belakang saja, kasian mang Udin tidak ada yang temani makan.."tolak Bi Jumi dengan halus
Karena Bi Jumi tidak mau ikut bergerak dengan kami,aku segera melayani Mas Brian, sementara ke dua buah hatiku itu sudah melayani diri mereka masing-masing tanpa menunggu aku yang layani mereka berdua.
"Kakak... Adik...nanti kalau sudah selesai makan istirahat dulu sebentar, setelah selesai shalat ashar kita latihan olahraga beladiri karate ya, karena itu penting untuk menjaga keselamatan diri sendiri pada saat kita dalam keadaan terdesak, olahraga beladiri karate itu bukan untuk pamer sok jagoan, tapi lebih untuk melindungi diri dari serangan orang yang kita tidak kenal."aku menjelaskan bahwa sangat penting bagi kita untuk memiliki Ilmu beladiri, untuk menjaga keselamatan diri kita sendiri dari serangan musuh.
"Iya Bunda...kakak selalu siap tapi adik itu tidak pernah serius latihannya,adik... dengar itu apa yang di katakan oleh Bunda...!!adik itu anak laki laki harus kuat untuk melindungi keluarga terutama Bunda."Almeera mengingatkan pesan kakeknya untuk Al Jazair , sementara Mas Brian hanya tersenyum sambil mendengarkan percakapanku dengan ke dua anak kami.
Begitu usai makan siang ,aku sama Bi Jumi segera membereskan meja makan dan sekalian mencuci peralatan kotor, bekas yang kami gunakan untuk memasak beberapa jam sebelumnya.Mas Brian dan kedua anak kami langsung menuju ke ruang keluarga untuk ngobrol, aku pun ikut bergabung setelah semuanya beres.
Allahu Akbar, Allahu Akbar.Suara adzan sudah terdengar dari mesjid yang berada tidak jauh dari rumah kami, itu menandakan sudah waktunya shalat ashar,kami pun langsung bergegas siap siap untuk melaksanakan shalat ashar berjamaah,Mas Brian yang bertindak sebagai imam.Itulah kegiatan keluargaku, sudah menjadi hal yang wajib kami lakukan apabila kami semua berkumpul di rumah,sedapat mungkin agar kami bisa shalat berjamaah.
"Alhamdulillah baik semua.. gimana juga kabar Om Airlangga dan Tante Rima."Alma menanyakan kabar kedua orang tuanya Mas Brian, tanpa melepaskan tatapan matanya pada genggaman tangan kami berdua terlihat sangat erat.
"Alhamdulillah Mama sama Papa juga baik."sahut Mas Brian,kini dia sudah lepaskan tangannya dari tanganku yang langsung berpindah ke pinggang rampingku.Di saat kami sedang ngobrol tiba-tiba ke dua buah hatiku datang menghampiri kami.Tapi mereka datang bukan hanya berdua,ada anak laki laki di samping mereka terlihat anak laki-laki tersebut bergandengan tangan dengan Al Jazair.
"Ayah... Bunda... Kami sudah selesai bermainnya,oh ya, Ayah... Bunda kenalin ini teman saya namanya Aldrick kami satu kelas, Aldrick... kenalin ini Ayah sama Bundaku."Al Jazair memperkenalkan temannya kepadaku dan Mas Brian, Aldrick langsung menyalami tangan kami berdua, selesai menyalami aku dan Mas Brian, Aldrick langsung berlalu memeluk Alma dan tersenyum kepadanya.
"Tante... Kenalin ini temannya Aldrick, namanya Al Jazair kami satu kelas,Al Jazair kenalin ini tanteku namanya Tante Alma."Al Jazair menyalami tangannya Alma.
"Aldrick..oh jadi kalian sudah saling kenal,tau nggak Opanya Al Jazair ini temannya opa Darsono jadi keluarga kita itu sudah saling mengenal satu sama lainnya."terang Alma sambil tersenyum menatap ke arah Al Jazair.
Namun sayangnya putra bungsuku itu langsung melengos,Al Jazair tidak suka dengan keberadaan Alma di sekitar kami.
Sepanjang kami ngobrol, Mas Brian terus merangkul pinggang rampingku dengan posesif,dan tidak mempermasalahkan itu, bagiku itu lah cara Mas Brian menunjukkan kalau dia tidak akan pernah berbagi hatinya dengan orang lain, mataku selalu memperhatikan cara Alma menatap mukanya Mas Brian, Alma selalu mencuri pandang ke pada Mas Brian,aku melihat Alma menatap Mas Brian itu seperti sedang memendam rasa cinta yang paling dalam.Aku sangat jengah dan tidak suka dengan cara Alma memandang suamiku.Aku perhatikan Mas Brian juga tidak nyaman dengan tatapan mata Alma terhadap dirinya.
Ku alihkan sejenak atensiku dari Alma,akuu memperhatikan muka ke dua buah hatiku itu sudah kelelahan dan mengantuk.
"Ayah... Bunda... ayo kita pulang kami berdua sudah puas mainnya dan sekarang kami lelah sekali,kami berdua sudah mengantuk."kedua buah hatiku itu sudah meminta kami untuk segera pulang.Aku melihat Aldrick juga sudah mengantuk.Obrolan kami pun berakhir, Mas Brian langsung menggandeng tangan kedua buah hatiku untuk masuk ke dalam mobil, Alma juga langsung mengajak Aldrick untuk pulang.
Waktu sudah menunjukkan jam 11 siang saking lelahnya kedua buah hatiku sampai sampai mereka berdua tertidur pulas di dalam mobil,di sepanjang perjalanan pulang aku kembali teringat dengan apa yang di katakan Papanya Mas Brian apa ini akan menjadi kenyataan kalau anaknya Om Darsono itu mau di nikah kan dengan Mas Brian, karena aku melihat cara Alma menatap muka suamiku, terlihat sekali dia sangat tertarik dengan Mas Brian, mengingat semua itu membuat hatiku gelisah tidak karuan saja
Hufff..
Aku membuang napas dengan keras, berusaha melepaskan semua beban yang sedang menghimpit dadaku,aku sengaja menggelengkan kepala beberapa kali hanya untuk menyingkirkan berbagai macam pikiran buruk yang saat ini sedang bergelayut di atas kepalaku.Aku tidak bisa membayangkan kalau suatu saat Mas Brian meninggalkan kami, terutama hati dan perasaan kedua buah hatiku, betapa hancurnya mereka.
Mas Brian menggenggam tanganku, seolah olah dia bisa membaca semua isi hati dan pikiran ku saat ini.
"Bunda... apapun yang terjadi di kemudian hari nanti, jangan tinggalkan aku,ya...!!aku tau Bunda adalah wanita yang hebat dan kuat, kita akan hadapi bersama,semua masalah yang datang akan menghancurkan bahtera rumah tangga kita."ucap Mas Brian Aku balas genggaman tangan Mas Brian bahkan lebih erat lagi.
"Iya Mas.... Trimakasih kasih sudah kasih semangat dan support sama aku,in syaa Allah kita akan hadapi bersama semua masalah yang datang menghampiri rumah tangga kita."Aku berusaha untuk tetap tersenyum, walaupun aku tidak tau apakah itu sebuah senyuman atau hanya sebuah lengkungan patah dari kedua bibirku.
Mas Brian membangun kedua buah hati kami karena sudah sampai di depan kediaman kami.
"Kakak,adik...ayo bangun..!!ini kita sudah sampai di rumah,ayo turun langsung bersihkan tubuh kalian berdua, Ayah sama Bunda juga mau membersihkan diri, nanti kalau sudah selesai tunggu Ayah sama Bunda di ruang keluarga ya."titah Mas Brian kepada ke buah hati kami, Almere dan Al Jazair
"Iya,ayah...."sahut keduanya secara serempak.
Begitu keluar dari dalam mobil,mereka berdua langsung masuk ke dalam rumah menuju kamar mereka masing masing untuk segera membersihkan diri.Aku sama Mas Brian juga masuk ke dalam kamar pribadi kami.
"Sayang...ayo mandi bareng..."ajak Mas Brian yang sudah merengkuh tubuhku dari belakang, dengan sengaja pria yang telah menghalalkan diriku sejak 11 tahun yang lalu itu menghembuskan nafas di tengkukku,sontak saja seluruh bulu kudukku meremang seketika.
Tanpa menunggu jawaban dariku, Mas Brian langsung menggendong tubuhku ala bridal style menuju kamar mandi.
"Sayang aku merindukanmu..."lirih Mas Brian dengan suara seraknya, sesuatu yang sedang berada di bawah sana sudah mulai menggeliat dengan sempurna."Bolehkah.."tanyanya lagi dengan tatapan penuh damba.
"Lakukanlah... aku akan melayani Mas Brian dengan sepenuh hati dan jiwa ragaku... semoga dengan pelayananku ini, tidak akan pernah membuat Mas Brian berpaling pada wanita yang lain.."dengan pelan aku mulai mengalunkan kedua tanganku pada lehernya Mas Brian, dengan cepat Mas Brian menyatukan nafas kami hingga akhirnya kami berdua saling melepaskan karena sudah mulai kehabisan oksigen.
Mas Brian membawakku masuk kedalam bathtub, yang sudah di isi dengan air hangat dan juga sabun cair yang biasa aku gunakan selama ini.Mas Brian mengajakku mendaki nirwana, mereguk manisnya madu pernikahan, walaupun hanya sebentar saja,tapi itu sudah cukup memuaskan dahaga kami berdua.
"Terimakasih banyak, sayang.. kamu selalu mengerti dan paham apa yang aku inginkan...aku sangat mencintai kamu, Humairaku.."cup, sebuah kecupan hangat mendarat sempurna di keningku, setelah kami sama sama terkulai lemas karena permainan singkat yang kami ciptakan sendiri.
"Sama sama, Mas..aku juga, sangat mencintai Mas Brian, jangan pernah tinggalkan aku,ya..."dengan pelan kembali ku raih daging tebal tak bertulang miliknya Mas Brian, menyatukan nafas kami untuk beberapa menit, setelah itu kami saling melepaskan.
Mas Brian mulai membantuku untuk membersihkan tubuhku bagian belakang, hingga aku benar benar merasa bersih.Setelah itu pria yang telah menjadi imam dunia akhiratku mulai membersihkan diri sendiri hingga selesai.
Aku langsung mengenakan gamis sederhana begitu keluar dari kamar mandi,tak lupa aku juga menyiapkan setelan baju santai untuk Mas Brian.
Kami berdua langsung keluar menuju ruang keluarga,di sana sudah ada Almeera dan Al Jazair telah menunggu kedatangan kami berdua.
"Bunda.... Kakak sama Adik sudah lapar ini, tadi di taman bermain kami hanya makan roti sandwich saja."keluh Almere sambil memegang perutmya,Al Jazair pun melakukan hal yang sama.
"Baiklah... kalian tunggu disini saja, lanjutkan ngobrolnya bersama ayah, bunda akan siapkan makan siang untuk kita semua.."aku langsung menuju dapur untuk menyiapkan makan siang untuk kami semua, sekaligus aku minta Bi Jumi untuk membantuku agar cepat selesai.
Siang ini aku menyajikan menu berupa ikan bawal saus asam manis,tumis kangkung sama ayam goreng mentega,dan juga minuman dingin jus buah mangga, untuk sayur dan buah mangganya aku sama Bi Jumi panen dari halaman belakang. Alhamdulillah sejak ada kebun sayur dan kebun buah dihalaman belakang rumahku, semenjak itu juga aku tidak pernah lagi beli sayur sayuran,karena aku menanam berbagai jenis sayur dan juga beberapa jenis pohon buah,kalau lagi musim panen buah aku juga jarang beli buah dari toko buah.
Dengan cepat aku segera menatap makanan yang telah aku masak di atas meja makan.
"Mas..Kakak,Adik...ayo kita makan, Bunda sudah siapkan semua di meja makan, buruan selagi masih hangat, kalau sudah dingin sudah tidak sedap di lidah.."aku mengajak Mas Brian dan juga kedua buah hatiku.
"Iya, bunda..."sahut ke dua buah hatiku itu dengan penuh antusias dengan langkah panjang mereka berdua menuju meja makan dan langsung menyiapkan kursi mereka masing masing.
"Bunda, silahkan duduk..."ucap Mas Brian yang telah menarik kan sebuah kursi kosong untuk aku tempati.
"Makasih, Mas.."aku langsung menjatuhkan bobot tubuhku di atas kursi yang telah disiapkan oleh Mas Brian.
"Bi...ayo, sini makan bareng kami.."aku mengajak Bi Jumi untuk ikut makan bersama kami.
"Terimakasih banyak, Bu... tidak usah, nanti bibi malam di belakang saja, kasian mang Udin tidak ada yang temani makan.."tolak Bi Jumi dengan halus
Karena Bi Jumi tidak mau ikut bergerak dengan kami,aku segera melayani Mas Brian, sementara ke dua buah hatiku itu sudah melayani diri mereka masing-masing tanpa menunggu aku yang layani mereka berdua.
"Kakak... Adik...nanti kalau sudah selesai makan istirahat dulu sebentar, setelah selesai shalat ashar kita latihan olahraga beladiri karate ya, karena itu penting untuk menjaga keselamatan diri sendiri pada saat kita dalam keadaan terdesak, olahraga beladiri karate itu bukan untuk pamer sok jagoan, tapi lebih untuk melindungi diri dari serangan orang yang kita tidak kenal."aku menjelaskan bahwa sangat penting bagi kita untuk memiliki Ilmu beladiri, untuk menjaga keselamatan diri kita sendiri dari serangan musuh.
"Iya Bunda...kakak selalu siap tapi adik itu tidak pernah serius latihannya,adik... dengar itu apa yang di katakan oleh Bunda...!!adik itu anak laki laki harus kuat untuk melindungi keluarga terutama Bunda."Almeera mengingatkan pesan kakeknya untuk Al Jazair , sementara Mas Brian hanya tersenyum sambil mendengarkan percakapanku dengan ke dua anak kami.
Begitu usai makan siang ,aku sama Bi Jumi segera membereskan meja makan dan sekalian mencuci peralatan kotor, bekas yang kami gunakan untuk memasak beberapa jam sebelumnya.Mas Brian dan kedua anak kami langsung menuju ke ruang keluarga untuk ngobrol, aku pun ikut bergabung setelah semuanya beres.
Allahu Akbar, Allahu Akbar.Suara adzan sudah terdengar dari mesjid yang berada tidak jauh dari rumah kami, itu menandakan sudah waktunya shalat ashar,kami pun langsung bergegas siap siap untuk melaksanakan shalat ashar berjamaah,Mas Brian yang bertindak sebagai imam.Itulah kegiatan keluargaku, sudah menjadi hal yang wajib kami lakukan apabila kami semua berkumpul di rumah,sedapat mungkin agar kami bisa shalat berjamaah.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved