Bab 8 Sepasang Tas.

by Taurus girls 08:30,Aug 05,2023
Kami berdua mengunjungi mall yang menjual berbagai perlengkapan aksesoris untuk wanita.Aku memilih sebuah tas model terbaru dari salah satu merek terkenal.Secara kebetulan tas yang saya pilih ini ada 2 buah hanya berbeda warna, yang satu berwarna colat tanah,dan yang satu lagi berwarna biru dongker,aku langsung memesan kedua duanya.Salah satunya akan saya berikan kepada Winda.Secara tidak sengaja saat kami melewati gerai ini, aku sempat melihat Winda menanyakan tas yang telah aku beli ini.Memang sih tas yang saya pesan ini limited edition jadi pasti harganya juga sangat fantastis, makanya Winda hanya sempat menanyakan saja tanpa ada maksud untuk membelinya.

Di saat kita berdua lagi melihat lihat gamis,tiba tiba secara tidak sengaja saya melihat mamanya Mas Brian bersama dengan seorang wanita mungkin seumuran Alia.Aku langsung menyembunyikan diri di sela sela pajangan baju gamis yang berjejer di depan toko itu,sambil sekali sekali melihat ke arah mereka berdua, takut saja jangan sampai aku ketahuan sama mereka berdua. 

"Al... ngapain kamu sembunyi di sini,ada apa". Hampir saja aku ketahuan karena Winda mengagetkan ku dengan teriakannya.

"Ssst.... Winda jangan kencang kencang dong suaranya itu di depan ada mamanya Mas Brian sama temannya."sahutku tanpa melepaskan tatapanku kepada mereka berdua yang sedang menuju tempat lapak penjual tas yang tadi kami singgahi.Siapa sih wanita yang bersama dengan mamanya Mas Brian ini, kelihatannya cukup akrab dengan mamanya Mas Brian.Samar samar aku mendengar suara mamanya Mas Brian menanyakan nama tas branded terkenal, kalau tidak salah tas tersebut aku sudah pesan tadi.

"Mbak.... Gimana tas pesanan saya,sudah ada,belum model yang terbaru...??"tanya mamanya Mas Brian sama penjaga lapaknya.

"Sudah Bu.... Tapi tadi sudah di pesan kebetulan pembelinya sudah bayar DP 50 persen karena mereka lagi cari-cari gamis, nanti sebentar kalau sudah selesai belanja mereka akan mampir ke sini untuk bayar full sekalian ambil barangnya.Dari tempat aku bersembunyi,aku perhatikan muka wanita yang ada di samping mamanya Mas Brian langsung cemberut, sepertinya dia tidak terima kalau tas tersebut sudah ada yang pesan.

"Mbak.... gimana sih kan waktu terakhir kali ke sini, saya sudah pesan kalau tasnya sudah ada jangan di jual ke orang lain,gimana saya ganti saja uang DP tasnya yang sudah di bayar dan saya tambahkan 5 persen lagi deh."ucap wanita yang baru saja menanyakan tas yang telah aku pesan, sementara Mamanya Mas Brian akh perhatikan hanya diam saja sambil menunggu temannya yang lagi tawar menawar dengan penjual sekaligus pemilik lapak.

"Maaf ya Bu...barang yang sudah dibayar walaupun baru DP 50 persen saya tidak bisa jual kembali kepada orang lain,itu sama saja membuat lapak saya kedepannya tidak kan ada pembelinys,sekali lagi saya minta maaf."sahut penjual tersebut tetap mempertahankan kepercayaan pelanggannya walaupun di iming-iming dengan uang tambahan.

"Winda... Tolong di ambil tas yang tadi aku sudah pesan,di bayar pakai kartu kredit aku, nomor PIN nya tanggal lahirku."aku menyerahkan sebuah kartu kredit berwarna platinum ke tangannya Winda.

"Iya Al....kamu tuh dari dulu memang tidak pernah berubah, tidak pernah ada yang di rahasiakan, emangnya kamu tidak takut kalau suatu saat aku bobol kartu kreditmu ini."jawab Winda sambil berlalu menuju kasir untuk membayar sisa uang tas tadi yang masih tersisa 50 persen lagi.Di depan lapak itu masih ada mamanya Mas Brian bersama temannya.

"Mbak... Mana tasnya yang tadi sudah dipesan sama teman saya,ini saya bayar pakai kartu kredit saja."Winda langsung menyerahkan kartu kredit kepada penjual sekaligus pemilik lapak.

Saya perhatikan muka mamanya Mas Brian dan juga temannya itu setelah melihat kartu kredit yang diberikan Winda kepada penjual tas tersebut sepertinya kaget sekali,waow sejarah gitu lho yang memiliki kartu kredit berwarna platinum ini bisa di hitung dengan jari karena tidak semua pengusaha bisa memiliki kartu kredit seperti itu, satu kali transaksi kartu kredit tersebut nominal angkanya sangat fantastis mencapai 10 miliar.

Mamanya Mas Brian sempat melihat nama pemilik kartu kredit tersebut, di atas kartu kredit itu tertera namaku tapi tidak di sertai dengan foto,aku sengaja tidak melampirkan foto di atas kartu kredit itu.Mamanya Mas Brian, bingung melihat nama di atas kartu kredit tertera 'Al Humaira Razak' itu tidak salah kan, karena mamanya Mas Brian taunya,aku itu hanya ibu rumah tangga yang setiap hari hanya mengurus suami dan anak anak, jadi tidak mungkin aku bisa memiliki kartu kredit yang seperti itu, begitu pikir wanita paruh baya tersebut.

"Al... Ayo ini tasnya aku ambil,tau nggak... begitu aku kasihkan kartu kredit kamu ke penjualnya,raut muka Mama mertua kamu itu langsung pucat,apalagi pas dia lihat nama kamu ada di atas kartu kredit tersebut wah mukanya itu tidak bisa di bayangkan,itu juga wanita yang bersamanya tadi langsung melongo saja, memangnya ada apa sih dengan mama mertumu itu...??"cerocos Winda penasaran dengan mamanya Mas Brian.

"Iya Winda... Sebenarnya Mama sama Papanya Mas Brian itu tidak terlalu respect dengan kehadiran aku di keluarga mereka,kata mereka aku ini hanya dari keluarga kampunganlah,tidak tau dunia bisnislah dan menantu yang tidak bisa di andalkan.Aku juga bingung sebenarnya kriteria wanita yang menjadi menantu mereka itu seperti apa dan bagaimana."Aku langsung menceritakan perlakuan kedua mertuaku selama aku menjalani kehidupan berumahtangga dengan Mas Brian.

Aku menceritakan semuanya kepada Winda atas apa yang telah di lakukan oleh kedua orangtuanya Mas Brian kepadaku dan juga kedua anakku, sambil kami berjalan menuju sebuah salon kecantikan yang sudah menjadi langganan aku selama ini, kebetulan letaknya masih satu area dengana mall tempat kami berada saat ini.

Kami berdua langsung masuk ke ruangan khusus karena selama ini aku memang memilih ruangan VVIP biar tidak terganggu dengan adanya pelanggan yang lain.Selama 2 jam kami berdua melakukan treatment perawatan untuk seluruh tubuh mulai dari luar hingga pada bagian yang paling sensitif dari milik kami berdua, tidak luput dari kegiatan perawatan yang kami lakukan kali ini,aku merasa rileks dan nyaman sekali setelah melakukan perawatan,aku menatap wajahnya Winda terlihat segar sekali setelah melakukan perawatan,aku pun demikian.

Setelah selesai semua kegiatan kami berdua lakukan hari ini, kami berdua langsung pulang.

"Al... Trimakasih ya sudah mau mengajak aku keluar hari ini,aku bahagia sekali jujur saja setelah aku menikah jarang sekali keluar untuk sekedar memanjakan diri sendiri, maklum keuangan aku terbatas tidak seperti kamu."ucap Winda dengan sumringah.

"Iya sama-sama... Nanti kapan-kapan kita keluar bareng lagi ya, nanti aku ajak kamu ke perusahaan yang ada di Malang dan ke restoran yang ada di Bandung kita bawa serta anak anak untuk liburan, Winda itu tasnya ada dua kamu ambil satu,terserah mau ambil yang warna apa karena keduanya adalah warna favorit kita berdua."aku menyuruh Winda untuk memilih salah satu tas yang tadi aku beli.

"Benar nih..??satu untuk aku...kamu baik banget sih, Al..."sahut Winda seolah olah tidak percaya dengan ucapanku barusan.

"Iya, benar.. tadi aku sengaja pesan dua, satu untuk kamu dan satunya lagi untuk aku sendiri, kamu pilih saja salah satunya.."aku menegaskan kalau yang aku katakan barusan benar adanya.

"Al... sekali lagi terimakasih banyak ya atas pemberiannya,kamu memang sahabat sekaligus saudara bagiku."Winda langsung memelukku dengan erat sebelum turun dari mobil, aku pun balas memeluknya.

Setelah mengantar Winda aku pun langsung pulang ke rumah.Hari juga sudah semakin sore.


Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

171