Bab 12 Kamu Bercerai Duluan, Aku Selanjutnya

by Dennise 08:01,Nov 22,2022
Ketiganya lama melihat surat nikah itu, ekspresi mereka berubah-ubah, sangat menakjubkan.

Dennise Ye ingin bertanya pada Merly Chen, barusan kalimat sembarangan, orang tua mati lebih awal itu, apakah tamparan balik padanya itu sakit.

“Tidak mungkin... Kalian... Kalian tidak mungkin menikah....” Wajah Callista Chi pucat pasi, sekujur tubuhnya bergetar hebat. Gaston Chi adalah kakak satu-satunya, orang paling dekat dengannya, jadi di antara ketiganya, dia yang paling terpukul.

“Siapa bilang kami tidak boleh menikah?” Dennise Ye balik bertanya.

“Dengan status Gaston Chi, bagaimana mungkin menyukaimu?” Merly Chen tidak dapat menerima. Ekspresinya marah, tidak terlihat sedikit pun rasa angkuh nyonya kaya barusan.

“Ingin tahu? Lain hari aku bawa dia pulang, kamu tanyakan sendiri padanya.”

Dennise Ye satu lawan tiga, bertengkar dengan mereka, Thalia Tang sangat marah, dia akan gila. “Jalang, siapa menyuruhmu bicara sembarangan, aku akan merobek mulutmu.” Sambil bicara, dia akan menyerbu berkelahi dengannya.

“Sudah cukup! Semuanya jangan berisik!” Daniel Tang memukul meja dengan keras, ekspresinya juga sangat rumit, namun saat menoleh bicara dengan Dennise Ye, ekspresinya tetap melunak. “Sebenarnya apa yang terjadi? Apa Taylor tahu?”

Menggelengkan kepala, Dennise Ye menjawab. “Ini adalah keputusanku sendiri, tidak berdiskusi dengan siapapun.” Dia pernah membayangkan reaksinya, juga takut melihat reaksinya, satu kata yang paling dia takutkan adalah “Taylor”, itu cukup menghancurkan hatinya.

“Pernikahanmu sendiri, keputusan ada di tanganmu, tapi aku tetap berharap kamu bisa mengatakan lebih dulu padaku, juga tidak sampai ribut seperti sekarang.” Tahu dia selama ini selalu memiliki batas dan berdiskusi dalam melakukan apapun, jadi Daniel Tang sekarang baru begitu terkejut, untuk sesaat sulit menerimanya.

“Maaf.”

Daniel Tang tidak tahu keadaannya, tidak enak mengatakan apapun, juga perlu sedikit waktu mencernanya. “Naik dulu istirahat.”

“Berhenti, kamu jangan pergi... Aku akan memukulimu jalang ini...”

“Thalia, duduklah!”

“Ayah, dia merebut priaku, dia pantas mati... Ibu, kamu jangan menarikku, aku akan merobek wajah liciknya, lihat bagaimana dia menggoda kakak besar Chi.”

Dennise Ye mengabaikan makian Thalia Tang, naik ke atas. Baru masuk ke dalam kamar, belum sempat meminum segelas air yang dia tuangkan, Callista Chi mengejar masuk dengan buru-buru, di matanya berkilat rasa marah yang sulit dikendalikan.

Dia bertanya menyelidik dengan suara keras : “Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kamu bisa tiba-tiba menikah dengan kakakku? Kalian hanya pernah bertemu sekali, bagaimana bisa...”

Mengangkat mata dengan malas, Dennise Ye dengan dingin memandang wajah Callista Chi yang berusaha menahan amarah, hatinya diam-diam tertawa. “Takdir sudah tiba, ingin ditahan pun tidak bisa. Kami sudah menikah, mana ada begitu banyak kenapa? Tidak seperti orang-orang tertentu, merencanakan hati-hati selama dua tahun, sungguh sangat sabar.”

Callista Chi mendengar ejekan dari ucapannya, seperti tertusuk jarum, hampir saja memaki. Dia meremas tinju, kuku jarinya menusuk masuk ke dagingnya hingga merah keunguan. “Kamu salah paham padaku, aku sudah mengatakan, Taylor yang menyatakan perasaan padaku dulu. Karena aku mempertimbangkan tentangmu, aku masih ragu sangat lama, sampai dia menghadapi bahaya di kamp musim dingin, aku baru tahu betapa aku mencintainya.”

Dia masih punya muka mengungkit perihal kamp musim dingin? Sejujurnya mengguncangkan pandangan Dennise Ye, orang bisa tidak punya muka, namun tidak bisa sampai ke langkah ini. Jalang seperti ini harus diatasi, bila tidak memberinya pelajaran, bahkan Tuhan pun tidak akan setuju.

“Jadi kamu menikah dengan kakakku hanya untuk membalas dendam padaku? Tapi ini sungguh salah paham, kita bertengkar bagaimanapun juga boleh, jangan melibatkan kakakku.” Callista Chi marah hingga suaranya terdengar seperti akan menangis. Dia sangat marah, namun lebih banyak karena takut, takut Gaston Chi direbut.

Dari kecil sampai besar, Gaston Chi selalu melindunginya, dia menikmati rasa cintanya tanpa batas. Di hatinya, posisinya tidak tergantikan, Taylor Tang juga setara dengannya. Dia tahu walaupun dirinya menikah, Gaston Chi adalah pria yang paling baik padanya di seluruh dunia, dia bisa menikmati sendiri cintanya seumur hidup.

Dia ingin selamanya menempati posisi satu-satunya di dalam hatinya, wanita manapun tidak dapat merebut darinya, terlebih lagi Dennise Ye, tidak akan boleh!

Dennise Ye menatapnya dingin. Dia juga tahu rasa takut? Dia juga tahu rasa takut dan menderita saat orang yang paling penting direbut. Dia tidak bisa merasa kasihan sedikit pun, hanya merasa sangat lega.

Cara membalas dendam terkeji pada seseorang tidak lain adalah menggunakan cara yang sama dengan orang itu. Saat Callista Chi merebut Taylor Tang, bukankah dia juga melakukannya dengan sangat keji? Lagipula dia ingin menguasai dua pria pada saat bersamaan, terlalu serakah. Satu kaki menginjak dua perahu, cepat atau lambat perahu akan terbalik.

Sekarang dia ini menegakkan keadilan.

Dennise Ye semakin berani. “Bagaimanapun sudah menikah, ingin tidak terlibat juga sudah terlibat.”

“Kalau begitu kamu bercerai.” Callista Chi hampir meraung.

“Baik! Kamu bercerai duluan, aku selanjutnya.”

“Kamu... Kamu mengutukku?”

“He he, kamu salah paham. Bukankah kamu berkata kita adalah sahabat baik? Kebahagiaan dan kesulitan ditanggung bersama, ayo bercerai bersama.” Dennise Ye tertawa. “Bila kamu buru-buru, besok kita bisa pergi bersama ke Biro Catatan Sipil mengambil surat cerai.”

Callista Chi sepenuhnya dibuat marah, dia tidak dapat mengendalikan emosinya lagi, meninggikan suara memaki : “Kamu tidak tahu malu!”

“Munafik lebih menjijikan dari tidak tahu malu.” Dennise Ye balik mengejek.

“Aku munafik? Apakah kamu mulia? Kamu jelas-jelas memiliki keluarga, namun terus menjual kemalanganmu tinggal di rumah Keluarga Tang, bukankah demi menggoda Taylor? Dia hanya kasihan padamu saja, dia tidak pernah menjadi milikmu. Aku tidak merebutnya, dia adalah suamiku, yang dia cintai adalah aku!”

Dennise Ye memandang matanya, tertawa, tawanya dingin dan indah. “Tuan putri, dewi tidak tahan lagi? Berteriak sekeras ini, apa tidak takut didengar orang? Apa kamu tahu? Ekspresi marahmu itu sangat jelek, seperti wanita gila yang memaki.”

Kapan Callista Chi pernah dipermalukan seperti ini? Tidak dapat menahan amarah, tangannya lebih cepat dari bibir, tanpa berpikir mengambil gelas air dan menyiramkannya ke wajah Dennise Ye.

“Byur—“ Air disiram ke wajah Dennise Ye, mengalir turun seiring rambutnya.

Dennise Ye tertawa dingin, ekspresinya muram, mengangkat tangan menampar keras wajah Callista Chi.

Cepat dan keras!

“Plak—“

Callista Chi hanya mendengar telinganya berdengung, beberapa detik kemudian baru tersadar dirinya ditampar. Dia melotot, dengan tidak percaya menutupi wajahnya yang terasa pedas. “Kamu, kamu beraninya memukulku!”

Wajah kanannya yang cantik seketika membengkak.

Matanya merah karena marah.

Tidak senang, malu, marah, semua emosi naik ke ubun-ubun bersamaan, Callista Chi yang sekarang, jangankan wanita gila yang memaki, dia langsung ingin seperti wanita gila berkelahi dengan Dennise Ye, memukulinya.

Dennise Ye mengelap air di wajahnya, wajahnya basah kuyup, namun tidak merusak kegalakkannya. “Kenapa? Tidak dapat memakiku jadi ingin memukul? Apa ingin mencoba kehebatan sabuk hitam Taekwondo? Kebetulan aku terlalu lama tidak berlatih, ingin mencari orang untuk berlatih.’

Dennise Ye baru mengangkat tinju belum mengayunkan, Callista Chi sudah mundur selangkah ketakutan. Satu sisi wajahnya sudah bengkak dipukul, dia tidak ingin wajahnya rusak.

“Kamu tunggu saja, aku pasti akan membuat kakakku bercerai denganmu!” Callista Chi menghentakkan kaki, bergegas keluar sambil menutupi wajah.

“Brak—“ Dari kamar sebelah terdengar suara pintu dibanting keras.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

169