Bab 8 Kedepannya Dengar Siapa?
by Helix
10:01,Apr 08,2021
Di saat tegang, orang bisa menjadi lebih mudah emosional.
Apa yang dibicarakan barusan sebenarnya tidak akan sampai membuat keduanya marah besar. Namun, di lingkungan seperti ini, sedikit gesekan dan benturan saja akan bisa memicunya.
Setelah menenangkan diri, Jordan Fang berinisiatif untuk meminta maaf kepada Zoey Li atas kehilangan kendalinya barusan.
Si wanita menatap si pria dengan ekspresi yang rumit. Andai ini di kantor, ia pasti sudah memarahinya habis-habisan dan memberinya satu tugas yang sulit demi membuatnya menyesal.
Tetapi kini, keduanya berada di atas lempengan pesawat demi bertahan hidup. Sebagai seorang pemimpin, ia juga paham bahwa saat seperti ini bukanlah saat untuk mengintensifkan konflik, melainkan untuk meredakan perbedaan di antara mereka berdua dan menempatkan kelangsungan hidup di atas segalanya.
“Lupakan, kamu tidak perlu meminta maaf. Aku barusan juga ada tidak benarnya, aku tidak membuat pertimbangan yang lebih menyeluruh.”
Sikap Zoey Li, yang biasanya dingin dan angkuh, tiba-tiba pecah. Ia meminta maaf atas kesalahannya untuk pertama kali.
Si pria memandang si wanita dengan tidak percaya. Sejak bekerja di bawahnya, ia belum pernah melihat wanita cantik ini meminta maaf atas kesalahannya. Ini sungguh yang pertama kali!
“Mengapa kamu menatapku seperti ini? Aku sudah meminta maaf padamu, apa lagi yang kurang memuaskan?”
“Tidak, bukan…… Aku hanya tidak menyangka kamu bisa meminta maaf.”
Kedua alis tipis Zoey Li berkerut erat. Ia menatap Jordan Fang dengan tidak senang: “Apa maksudmu? Apa maksudnya “tidak menyangka” itu?”
Jordan Fang tersenyum canggung. Andai di kantor, jika dimarahi oleh Zoey Li, ia pasti akan menundukkan kepalanya tanpa berani bersuara. Sekarang, situasi sulit telah meruntuhkan statusnya sebagai bosnya. Ia menyadari bahwa Zoey Li, yang ketika marah matanya akan membulat ini, tidak begitu menakutkan, malah agak imut.
“Memangnya kamu sering meminta maaf?”
“Apa lagi ini maksudnya?”
“Di kantor, kamu selalu terlihat mendominasi. Wajahmu sedingin es batu di lemari es dan kamu selalu nampak sebagai orang yang tidak mau membaur.” Berhubung situasi telah berubah, Jordan Fang jadi tidak sungkan-sungkan. Ia memberi tahu evaluasi kolega-koleganya terhadap wanita ini di perusahaan: “Apakah Kamu tahu apa yang dikatakan semua kolega tentangmu? Mereka menjulukimu “Madam Kill All”.”
“Kamu tuh yang layak diberi julukan menyeramkan!”
Zoey Li sangat kesal hingga mau memuntahkan darah. Berani-beraninya orang-orang ini memberinya julukan yang begitu jelek di belakang punggungnya! Ia sontak mencubit Jordan Fang dan bertanya: “Katakan, apakah kamu yang membuat julukan itu?”
“Sakit, sakit, lepaskan dulu…...” Jordan Fang memohon ampun, mengangkat tangan, dan bersumpah: “Aku bersumpah ke laut, bukan aku yang buat. Jika berbohong, aku bersedia dihantam gelombang dan dimakan hiu hidup-hidup.”
Zoey Li melonggarkan cubitannya. Dengan kekesalan yang belum selesai, ia berujar lagi: “Beritahu aku siapa orangnya. Nanti begitu kembali, aku tidak akan melepaskannya begitu saja!”
Ketika kata-kata ini diucapkan, suasana tiba-tiba menjadi sunyi. Keduanya terdiam.
Setelah kembali…… Saat ini, satu-satunya tempat mereka berdua bisa berdiri adalah lempengan seukuran tempat tidur. Saat besok bangun dari tidur, mereka tidak akan tahu telah terbawa ombak ke mana. Ini saja tidak tahu, apalagi soal kembali ke kantor?
“Jangan pikirkan hal-hal itu. Selama kita bisa bertahan, akan ada cara untuk pulang.”
“Baik……”
Jordan Fang segera menyetop situasi pesimistis. Ia saat ini harus berdiri tegap. Keangkuhan dan dinginnya Zoey Li terasa hanya sebuah tampilan luar. Sejatinya, dia juga seorang manusia biasa. Dia tidak punya tiga kepala dan enam lengan dan tidak bisa terbang. Saat berhadapan dengan bencana, hatinya juga rapuh seperti semua orang normal.
Setelah hening sejenak, Zoey Li bersuara.
“Jordan Fang, mari kita bicara tentang bertahan hidup.”
“Baik, apa yang ingin kamu bicarakan?”
Si wanita menjawab: “Dua orang yang bersamaan pasti akan mengalami konflik, baik itu yang besar mau pun kecil.”
Si pria menimpali: “Aku paham ini.”
“Jadi, aku pikir kita berdua harus meningkatkan diri kita sendiri untuk tetap bijaksana dan tenang setiap saat.” Zoey Li menggerakkan tubuhnya sedikit agar lebih rileks: “Pemicu konflik ada begitu banyak. Ini tidak penting untuk dibahas dan didalami. Hal berikutnya yang harus kita lakukan adalah menahan diri dari pertengkaran, menahan diri dari “perang dingin”, dan berkomunikasi dengan tepat waktu. Bisakah kamu melakukannya?”
Jordan Fang berbaring dengan dua tangan di belakang kepala. Sembari menatap langit berbintang yang mempesona, ia menjawab santai: “Tentu aku bisa. Yang jadi pertanyaan adalah, apakah kamu bisa?”
Pipi Zoey Li sedikit memerah, tetapi untungnya tidak terlihat di tengah malam. Ia merespon dengan tidak senang: “Jangan sering-sering merendahkan orang. Apa yang bisa kamu lakukan, bagaimaan mungkin aku tidak bisa!”
“Oke, kalau begitu aku akan mengingat apa yang baru saja kamu katakan. Tidak ada pertengkaran, tidak ada “perang dingin”, dan komunikasi tepat waktu.”
“Ketiganya adalah persyaratan dasar untuk memastikan kita bertahan. Kita sekarang adalah sebuah tim kecil. Berhubung merupakan tim, kita perlu seorang pemimpin untuk membuat keputusan di saat-saat kritis.”
Jordan Fang menoleh, menatap Zoey Li yang duduk di sampingnya, dan bertanya: “Apa maksudmu?”
Zoey Li berkata dengan lebih jujur: “Baik dalam hal perencanaan, manajemen, kontrol, dan lain-lain…… Aku lebih baik darimu. Aku selalu menjadi bosmu, jadi aku pikir aku harus menjadi pemimpin. “
“Ugh……”
Jordan Fang itu tidak bisa menahan senyum. Itu tanda tidak setuju.
Zoey Li langsung merengut. Wanita itu menatap si pria dengan dingin dan bertanya serius: “Apa yang kamu tertawakan? Apakah ada yang lucu?”
“Tidak, aku tidak bermaksud aneh-aneh. Aku hanya ingin bertanya, dengan sekarang kita hanya berdua, apakah perlu begitu banyak hal-hal itu, seperti halnya di perusahaan?”
Si pria sungguh tidak setuju. Ia dalam hati berkomentar bahwa “bulan madu” mereka berdua kini telah berlalu dan konflik-konflik pun mulai pecah. Hal semacam ini benar-benar telah menembus ke dalam tulang. Selama orang tersebut berada di area terancam, ia akan muncul secara alami.
Zoey Li awalnya ingin mendebat Jordan Fang. Tetapi, memikirkan beberapa tuntutan yang barusan diajukan, ia dengan terpaksa menelan niatnya. Wanita itu tidak boleh gagal dalam melakukan apa yang dirinya sendiri minta. Jika itu terjadi, mana layak ia disebut pemimpin?
“Jadi, melihat penampilanmu saat ini, apakah kamu masih berpikir apa yang aku katakan adalah hal-hal yang tidak perlu?” Untuk membuat Jordan Fang menyadari kesalahan dalam pemikirannya, Zoey Li mengambilnya sebagai contoh: “Jika setiap pergerakan atau keputusan kita kedepannya dibuat dengan berselisih seperti barusan, aku rasa harapan untuk bertahan hidup hanyalah omong kosong.”
“Lalu menurutmu, aku akan memanggilmu apa? Presiden Li, CEO Li, Bos?” Si pria bertanya sembari tersenyum main-main.
Si wanita mengabaikannya dan menjawab dengan dingin: “Tidak, itu semua di masa lalu. Hubungan sosial yang dulu ada sudah tidak ada lagi. Sekarang hanya ada kamu dan aku. Tolong panggil aku langsung dengan nama.”
“Zoey…… Zoey Li…… bukan? Sensasinya agak aneh.”
“Betul, Zoey Li!”
Apa yang dibicarakan barusan sebenarnya tidak akan sampai membuat keduanya marah besar. Namun, di lingkungan seperti ini, sedikit gesekan dan benturan saja akan bisa memicunya.
Setelah menenangkan diri, Jordan Fang berinisiatif untuk meminta maaf kepada Zoey Li atas kehilangan kendalinya barusan.
Si wanita menatap si pria dengan ekspresi yang rumit. Andai ini di kantor, ia pasti sudah memarahinya habis-habisan dan memberinya satu tugas yang sulit demi membuatnya menyesal.
Tetapi kini, keduanya berada di atas lempengan pesawat demi bertahan hidup. Sebagai seorang pemimpin, ia juga paham bahwa saat seperti ini bukanlah saat untuk mengintensifkan konflik, melainkan untuk meredakan perbedaan di antara mereka berdua dan menempatkan kelangsungan hidup di atas segalanya.
“Lupakan, kamu tidak perlu meminta maaf. Aku barusan juga ada tidak benarnya, aku tidak membuat pertimbangan yang lebih menyeluruh.”
Sikap Zoey Li, yang biasanya dingin dan angkuh, tiba-tiba pecah. Ia meminta maaf atas kesalahannya untuk pertama kali.
Si pria memandang si wanita dengan tidak percaya. Sejak bekerja di bawahnya, ia belum pernah melihat wanita cantik ini meminta maaf atas kesalahannya. Ini sungguh yang pertama kali!
“Mengapa kamu menatapku seperti ini? Aku sudah meminta maaf padamu, apa lagi yang kurang memuaskan?”
“Tidak, bukan…… Aku hanya tidak menyangka kamu bisa meminta maaf.”
Kedua alis tipis Zoey Li berkerut erat. Ia menatap Jordan Fang dengan tidak senang: “Apa maksudmu? Apa maksudnya “tidak menyangka” itu?”
Jordan Fang tersenyum canggung. Andai di kantor, jika dimarahi oleh Zoey Li, ia pasti akan menundukkan kepalanya tanpa berani bersuara. Sekarang, situasi sulit telah meruntuhkan statusnya sebagai bosnya. Ia menyadari bahwa Zoey Li, yang ketika marah matanya akan membulat ini, tidak begitu menakutkan, malah agak imut.
“Memangnya kamu sering meminta maaf?”
“Apa lagi ini maksudnya?”
“Di kantor, kamu selalu terlihat mendominasi. Wajahmu sedingin es batu di lemari es dan kamu selalu nampak sebagai orang yang tidak mau membaur.” Berhubung situasi telah berubah, Jordan Fang jadi tidak sungkan-sungkan. Ia memberi tahu evaluasi kolega-koleganya terhadap wanita ini di perusahaan: “Apakah Kamu tahu apa yang dikatakan semua kolega tentangmu? Mereka menjulukimu “Madam Kill All”.”
“Kamu tuh yang layak diberi julukan menyeramkan!”
Zoey Li sangat kesal hingga mau memuntahkan darah. Berani-beraninya orang-orang ini memberinya julukan yang begitu jelek di belakang punggungnya! Ia sontak mencubit Jordan Fang dan bertanya: “Katakan, apakah kamu yang membuat julukan itu?”
“Sakit, sakit, lepaskan dulu…...” Jordan Fang memohon ampun, mengangkat tangan, dan bersumpah: “Aku bersumpah ke laut, bukan aku yang buat. Jika berbohong, aku bersedia dihantam gelombang dan dimakan hiu hidup-hidup.”
Zoey Li melonggarkan cubitannya. Dengan kekesalan yang belum selesai, ia berujar lagi: “Beritahu aku siapa orangnya. Nanti begitu kembali, aku tidak akan melepaskannya begitu saja!”
Ketika kata-kata ini diucapkan, suasana tiba-tiba menjadi sunyi. Keduanya terdiam.
Setelah kembali…… Saat ini, satu-satunya tempat mereka berdua bisa berdiri adalah lempengan seukuran tempat tidur. Saat besok bangun dari tidur, mereka tidak akan tahu telah terbawa ombak ke mana. Ini saja tidak tahu, apalagi soal kembali ke kantor?
“Jangan pikirkan hal-hal itu. Selama kita bisa bertahan, akan ada cara untuk pulang.”
“Baik……”
Jordan Fang segera menyetop situasi pesimistis. Ia saat ini harus berdiri tegap. Keangkuhan dan dinginnya Zoey Li terasa hanya sebuah tampilan luar. Sejatinya, dia juga seorang manusia biasa. Dia tidak punya tiga kepala dan enam lengan dan tidak bisa terbang. Saat berhadapan dengan bencana, hatinya juga rapuh seperti semua orang normal.
Setelah hening sejenak, Zoey Li bersuara.
“Jordan Fang, mari kita bicara tentang bertahan hidup.”
“Baik, apa yang ingin kamu bicarakan?”
Si wanita menjawab: “Dua orang yang bersamaan pasti akan mengalami konflik, baik itu yang besar mau pun kecil.”
Si pria menimpali: “Aku paham ini.”
“Jadi, aku pikir kita berdua harus meningkatkan diri kita sendiri untuk tetap bijaksana dan tenang setiap saat.” Zoey Li menggerakkan tubuhnya sedikit agar lebih rileks: “Pemicu konflik ada begitu banyak. Ini tidak penting untuk dibahas dan didalami. Hal berikutnya yang harus kita lakukan adalah menahan diri dari pertengkaran, menahan diri dari “perang dingin”, dan berkomunikasi dengan tepat waktu. Bisakah kamu melakukannya?”
Jordan Fang berbaring dengan dua tangan di belakang kepala. Sembari menatap langit berbintang yang mempesona, ia menjawab santai: “Tentu aku bisa. Yang jadi pertanyaan adalah, apakah kamu bisa?”
Pipi Zoey Li sedikit memerah, tetapi untungnya tidak terlihat di tengah malam. Ia merespon dengan tidak senang: “Jangan sering-sering merendahkan orang. Apa yang bisa kamu lakukan, bagaimaan mungkin aku tidak bisa!”
“Oke, kalau begitu aku akan mengingat apa yang baru saja kamu katakan. Tidak ada pertengkaran, tidak ada “perang dingin”, dan komunikasi tepat waktu.”
“Ketiganya adalah persyaratan dasar untuk memastikan kita bertahan. Kita sekarang adalah sebuah tim kecil. Berhubung merupakan tim, kita perlu seorang pemimpin untuk membuat keputusan di saat-saat kritis.”
Jordan Fang menoleh, menatap Zoey Li yang duduk di sampingnya, dan bertanya: “Apa maksudmu?”
Zoey Li berkata dengan lebih jujur: “Baik dalam hal perencanaan, manajemen, kontrol, dan lain-lain…… Aku lebih baik darimu. Aku selalu menjadi bosmu, jadi aku pikir aku harus menjadi pemimpin. “
“Ugh……”
Jordan Fang itu tidak bisa menahan senyum. Itu tanda tidak setuju.
Zoey Li langsung merengut. Wanita itu menatap si pria dengan dingin dan bertanya serius: “Apa yang kamu tertawakan? Apakah ada yang lucu?”
“Tidak, aku tidak bermaksud aneh-aneh. Aku hanya ingin bertanya, dengan sekarang kita hanya berdua, apakah perlu begitu banyak hal-hal itu, seperti halnya di perusahaan?”
Si pria sungguh tidak setuju. Ia dalam hati berkomentar bahwa “bulan madu” mereka berdua kini telah berlalu dan konflik-konflik pun mulai pecah. Hal semacam ini benar-benar telah menembus ke dalam tulang. Selama orang tersebut berada di area terancam, ia akan muncul secara alami.
Zoey Li awalnya ingin mendebat Jordan Fang. Tetapi, memikirkan beberapa tuntutan yang barusan diajukan, ia dengan terpaksa menelan niatnya. Wanita itu tidak boleh gagal dalam melakukan apa yang dirinya sendiri minta. Jika itu terjadi, mana layak ia disebut pemimpin?
“Jadi, melihat penampilanmu saat ini, apakah kamu masih berpikir apa yang aku katakan adalah hal-hal yang tidak perlu?” Untuk membuat Jordan Fang menyadari kesalahan dalam pemikirannya, Zoey Li mengambilnya sebagai contoh: “Jika setiap pergerakan atau keputusan kita kedepannya dibuat dengan berselisih seperti barusan, aku rasa harapan untuk bertahan hidup hanyalah omong kosong.”
“Lalu menurutmu, aku akan memanggilmu apa? Presiden Li, CEO Li, Bos?” Si pria bertanya sembari tersenyum main-main.
Si wanita mengabaikannya dan menjawab dengan dingin: “Tidak, itu semua di masa lalu. Hubungan sosial yang dulu ada sudah tidak ada lagi. Sekarang hanya ada kamu dan aku. Tolong panggil aku langsung dengan nama.”
“Zoey…… Zoey Li…… bukan? Sensasinya agak aneh.”
“Betul, Zoey Li!”
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved