Bab 5 Wanita Cantik
by Hellos
10:01,Jun 08,2022
Setelah mendengar perkataan itu, tubuh Kelly pun gemetaran, dengan refleks ia pun menggenggam tangan Vinci.
Sedangkan Vinci, ia malah mengerutkan alisnya.
Ia menangkat kakinya dan ia tendangkan ke depan, langsung mengenai perut Darius.
"Sial, kau ini benar-benar menjijikkan, dulu kau selalu mengejar-ngejar kakak iparku, sampai sekarang masih saja begitu!"
Tendangan itu langsung membuat Darius terpental ke kerumunan orang-orang
"Siapa yang memeperbolehkanmu mengejarnya!"
Vinci langsung berlari keluar, dan memukuli Darius habis-habisan.
Darius bukanlah tandingan Vinci, ia sama sekali tidak memiliki kekuatan untuk menahannya, hanya bisa berteriak kesakitan saja.
"Sial, kenapa kalian masih diam saja, cepat serang!"
Setelah mendengar perkataan Darius, para preman di sekitarnya pun tersadar dari lamunan mereka, mereka langsung menyerbu ke arah Vinci.
VInci sama sekali tidak menganggap para preman itu.
Orang yang berlari ke arahnya langsung ia hajar habis-habisan.
Vinci sama sekali tidak tertarik dengan para preman ini, tak lama ia pun menemukan Darius di antara kerumunan preman itu.
"Siapa yang memperbolehkanmu mengejar kakak iparku!"
Plak, Vinci menampar wajah Darius, dan membuat Darius memuntahkan darah.
Vinci tetap tak berhenti, setelah tamparan itu, ia melayangkan lututnya lagi!
Pfft!
Darius merasa ususnya terbelit menjadi satu, perutnya bergejolak seperti ombak di lautan.
"Vinci Hua, bunuhlah aku kalau berani!"
Darius di kota ini juga merupakan orang yang berkedudukan tinggi, kapan dia pernah diperlakukan seperti ini, seketika ia pun besar kepala.
Vinci yang sejak awal sudah marah menjadi semakin marah mendengar bualan Darius itu, lututnya ia layangkan lagi ke perut Darius, lalu akhirnya ia melemparkan tubuh Darius keluar.
"Kejar kakak iparku lagi saja kalau kau berani, akan kubuat semua gigimu ompong!"
Darius yang terjatuh dengan malang itu berusaha bangkit berdiri, tatapan matanya yang terarah pada Vinci itu penuh dengan kemarahan dan kebencian!
"Baik, Vinci Hua, nyalimu besar juga, kita lihat saja nanti!"
Darius juga bukan orang bodoh, kalau dia terus di sini ia pasti akan dipukuli habis-habisan, setelah berkata demikian ia pun membalikkan tubuhnya dan pergi dari sana.
Lalu, Kelly pun berjalan keluar, melihat tangan Vinci yang berlumuran darah itu, seketika ia pun menarik tangan Vinci.
"Vinci, Vinci, tanganmu."
Vinci menggoyang-goyangkannya dan berkata, "Tidak apa-apa, bukan darahku."
Memukuli tong anggur di dalam markas tentara setiap hari saja tidak masalah, apalagi memukuli orang.
Melihat hal itu, Kelly pun berkata dengan khawatir, "Darius tidak akan menyerah begitu saja......"
Darius memiliki dua orang kakak, kakak pertamanya adalah pebisnis dan sangat kaya, kakak keduanya adalah pejabat dan memiliki kedudukan yang tinggi, Keluarga Xiong di kota ini sangatlah hebat, oleh karena itu Darius bisa menjadi preman di kota ini!
Vinci menepuk pundak Kelly dan berkata, "Tidak apa-apa, kalau pun dia menyerah, aku tidak akan menyerah!"
"Berani-beraninya dia ingin mendekatimu!"
Kelly merasa terharu mendengar perkataan Vinci itu, tapi ia tetap saja merasa khawatir, kalau mengorbankan dirinya seorang......
"Vinci, kalau tidak Kakak Ipar......"
Vinci mengerutkan alisnya, mencengkram pundak Kelly dengan erat.
"Kakak Ipar, aku tidak memperbolehkanmu berkata seperti itu, kau kan masih ada aku."
Mata Kelly memerah, ia langsung bersandar di punggung Vinci dan menangis, tapi hatinya terasa sangat habgat, ia semakin merasa bahwa pundak ini sangatlah bisa diandalkan.
Sudah delapan tahun, sudah delapan tahun ia mempertahankan keluarga ini seorang diri, merawat putrinya seorang diri, dia benar-benar sangat lelah, ingin sekali memiliki seseorang yang pundaknya bisa disandarkan untuknya......
Ia memeluk Vinci dengan erat, ia sangat berharap dirinya dapat berpikir lebih jauh ke depan sebelum ia membuat keputusan ini terlebih dahulu.
Ia memeluk Vinci, Vinci menepuk-nepuk pundaknya, Lily yang sedang memeluk Vincy di dalam sambil melihat ke arah mereka pun wajahnya berubah sangat campur aduk dan panik, perasaan dalam hatinya sangat gelisah, aku tidak punya delapan tahun kedua lagi, Vinci......
Setelah mengusir Darius, Kelly masuk ke dalam untuk sarapan, sedangkan Lily pergi kerja.
Pagi itu, Vinci membereskan beberapa kamar di lantai tiga, dan siang pun tiba.
Lily biasanya makan siang di kantin sekolah, namun karena tempat tinggalnya sekarang sangat dekat, tentu saja ia tidak ingin makan di kantin lagi, oleh karena itu begitu selesai kerja ia langsung pulang, saat itu ia sedang bermain dengan Vincy.
Sore harinya, Vinci mengunggah beberapa foto rumah mereka dengan perangkat lunak di komputer, dan memperkenalkan daerah rumah mereka, ia berharap ada penyewa kamar baru yang akan segera datang.
Baru saja ia mengunggah fotonya, seseorang pun menghubunginya.
"Apa masih ada kamar?"
Vinci pun bersemangat dan menjawab, "Ada, masih ada tiga kamar, apa kau tertarik?"
"Boleh, aku akan pergi melihatnya setelah pulang kerja nanti."
"Oh ya, ada berapa orang yang tinggal di sana sekarang?"
"Satu laki-laki, tiga perempuan, dua perempuan di antaranya sudah dewasa, yang satunya anak-anak."
"Oh, baik."
Lalu, tidak ada kabar lagi.
Setelah menutup komputernya, Vinci pun merenggangkan pinggangnya, dan menoleh ke belakang, ia pun melihat Vincy yang sedang melamun memandangi komputernya.
"Vincy, ada apa?"
Wajah Vincy memerah, ia menggeleng-gelengkan kepalanya dengan malu.
Vinci tercengang, setelah memutar-mutar bola matanya, ia pun menghela nafas dalam hati, di rumah ini tidak ada komputer......
Ia membuka komputernya lagi, memilih sebuah kartun, dan menggendong Vincy.
"Sini, Paman ajak kau untuk melihat kartun, bagaimana."
"Hn." jawab Vincy dengan malu, rupanya yang sangat malu itu membuat Vinci ingin mencium pipi gadis kecil itu.
Dan kejadian itu dilihat semuanya oleh Kelly yang sedang berada di dapur.
Matanya pun memerah, sejak kemarin ia terus mengalami peristiwa-peristiwa yang sangat membahagiakan, hal ini membuatnya sedikit tidak terbiasa, matanya langsung memerah, air mata pun tak terasa menetes keluar, tapi Kelly tahu, ini adalah air mata kebahagiaan.
Sore harinya, terdengar suara ketukan pintu, Vinci tercengang, setelah ia menurunkan Vincy, ia pun berjalan keluar halaman.
Begitu membuka pintu, ada seorang wanita muda yang mengenakan seragam pramugari sedang berdiri di luar pintu.
Wanita itu kelihatan sangat cantik, usianya sekitar tiga puluh tahunan, wajahnya molek, meskipun ini adalah pertama kalinya mereka bertemu, tapi Vinci merasa sangat familiar dan sudah mengenalnya sejak lama.
"Kau?"
"Tuan Hua?"
Vinci mengangguk, dia tidak mengenali wanita cantik ini, tapi anehnya wanita itu mengenal dirinya.
"Aku adalah orang yang tadi sore berbincang denganmu... Aku datang untuk melihat rumah."
Ternyata begitu, Vinci mengerti dan segera membantu mengangkat koper wanita cantik itu.
"Nona Janice Fang ya, halo, silakan masuk."
Vinci membawa Janice masuk ke dalam, begitu melihat Vincy, ia tercengang dan bertanya, "Ini putrimu?"
Vinci tercengang, ia melirik ke arah Kelly yang sedang sibuk di dapur, lalu mengangguk dan berkata.
"Ya, putriku."
Meskipun ia tidak melihat keluar, tapi Kelly bisa mendengar perkataan itu.
Begitu perkataan itu sampai di telinganya, ia langsung meneteskan air mata......
Janice memandangi Vinci dengan sedikit iri, lalu menganggukkan kepalanya, dan melihat-lihat ruang tamu, dapur, dan kamar mandi di lantai satu.
Saat ia melihat-lihat, handphone-nya berdering, tubuhnya pun tersentak dan segera mengeluarkan handphone-nya, kata "Jangan Diangkat" di layar handphone-nya itu membuatnya sedikit tercengang sejenak, lalu ia pun langsung mematikannya dengan wajah muram.
Dan hal itu, kebetulan dilihat jelas oleh Vinci yang sedang berdiri di sebelahnya.
Sedangkan Vinci, ia malah mengerutkan alisnya.
Ia menangkat kakinya dan ia tendangkan ke depan, langsung mengenai perut Darius.
"Sial, kau ini benar-benar menjijikkan, dulu kau selalu mengejar-ngejar kakak iparku, sampai sekarang masih saja begitu!"
Tendangan itu langsung membuat Darius terpental ke kerumunan orang-orang
"Siapa yang memeperbolehkanmu mengejarnya!"
Vinci langsung berlari keluar, dan memukuli Darius habis-habisan.
Darius bukanlah tandingan Vinci, ia sama sekali tidak memiliki kekuatan untuk menahannya, hanya bisa berteriak kesakitan saja.
"Sial, kenapa kalian masih diam saja, cepat serang!"
Setelah mendengar perkataan Darius, para preman di sekitarnya pun tersadar dari lamunan mereka, mereka langsung menyerbu ke arah Vinci.
VInci sama sekali tidak menganggap para preman itu.
Orang yang berlari ke arahnya langsung ia hajar habis-habisan.
Vinci sama sekali tidak tertarik dengan para preman ini, tak lama ia pun menemukan Darius di antara kerumunan preman itu.
"Siapa yang memperbolehkanmu mengejar kakak iparku!"
Plak, Vinci menampar wajah Darius, dan membuat Darius memuntahkan darah.
Vinci tetap tak berhenti, setelah tamparan itu, ia melayangkan lututnya lagi!
Pfft!
Darius merasa ususnya terbelit menjadi satu, perutnya bergejolak seperti ombak di lautan.
"Vinci Hua, bunuhlah aku kalau berani!"
Darius di kota ini juga merupakan orang yang berkedudukan tinggi, kapan dia pernah diperlakukan seperti ini, seketika ia pun besar kepala.
Vinci yang sejak awal sudah marah menjadi semakin marah mendengar bualan Darius itu, lututnya ia layangkan lagi ke perut Darius, lalu akhirnya ia melemparkan tubuh Darius keluar.
"Kejar kakak iparku lagi saja kalau kau berani, akan kubuat semua gigimu ompong!"
Darius yang terjatuh dengan malang itu berusaha bangkit berdiri, tatapan matanya yang terarah pada Vinci itu penuh dengan kemarahan dan kebencian!
"Baik, Vinci Hua, nyalimu besar juga, kita lihat saja nanti!"
Darius juga bukan orang bodoh, kalau dia terus di sini ia pasti akan dipukuli habis-habisan, setelah berkata demikian ia pun membalikkan tubuhnya dan pergi dari sana.
Lalu, Kelly pun berjalan keluar, melihat tangan Vinci yang berlumuran darah itu, seketika ia pun menarik tangan Vinci.
"Vinci, Vinci, tanganmu."
Vinci menggoyang-goyangkannya dan berkata, "Tidak apa-apa, bukan darahku."
Memukuli tong anggur di dalam markas tentara setiap hari saja tidak masalah, apalagi memukuli orang.
Melihat hal itu, Kelly pun berkata dengan khawatir, "Darius tidak akan menyerah begitu saja......"
Darius memiliki dua orang kakak, kakak pertamanya adalah pebisnis dan sangat kaya, kakak keduanya adalah pejabat dan memiliki kedudukan yang tinggi, Keluarga Xiong di kota ini sangatlah hebat, oleh karena itu Darius bisa menjadi preman di kota ini!
Vinci menepuk pundak Kelly dan berkata, "Tidak apa-apa, kalau pun dia menyerah, aku tidak akan menyerah!"
"Berani-beraninya dia ingin mendekatimu!"
Kelly merasa terharu mendengar perkataan Vinci itu, tapi ia tetap saja merasa khawatir, kalau mengorbankan dirinya seorang......
"Vinci, kalau tidak Kakak Ipar......"
Vinci mengerutkan alisnya, mencengkram pundak Kelly dengan erat.
"Kakak Ipar, aku tidak memperbolehkanmu berkata seperti itu, kau kan masih ada aku."
Mata Kelly memerah, ia langsung bersandar di punggung Vinci dan menangis, tapi hatinya terasa sangat habgat, ia semakin merasa bahwa pundak ini sangatlah bisa diandalkan.
Sudah delapan tahun, sudah delapan tahun ia mempertahankan keluarga ini seorang diri, merawat putrinya seorang diri, dia benar-benar sangat lelah, ingin sekali memiliki seseorang yang pundaknya bisa disandarkan untuknya......
Ia memeluk Vinci dengan erat, ia sangat berharap dirinya dapat berpikir lebih jauh ke depan sebelum ia membuat keputusan ini terlebih dahulu.
Ia memeluk Vinci, Vinci menepuk-nepuk pundaknya, Lily yang sedang memeluk Vincy di dalam sambil melihat ke arah mereka pun wajahnya berubah sangat campur aduk dan panik, perasaan dalam hatinya sangat gelisah, aku tidak punya delapan tahun kedua lagi, Vinci......
Setelah mengusir Darius, Kelly masuk ke dalam untuk sarapan, sedangkan Lily pergi kerja.
Pagi itu, Vinci membereskan beberapa kamar di lantai tiga, dan siang pun tiba.
Lily biasanya makan siang di kantin sekolah, namun karena tempat tinggalnya sekarang sangat dekat, tentu saja ia tidak ingin makan di kantin lagi, oleh karena itu begitu selesai kerja ia langsung pulang, saat itu ia sedang bermain dengan Vincy.
Sore harinya, Vinci mengunggah beberapa foto rumah mereka dengan perangkat lunak di komputer, dan memperkenalkan daerah rumah mereka, ia berharap ada penyewa kamar baru yang akan segera datang.
Baru saja ia mengunggah fotonya, seseorang pun menghubunginya.
"Apa masih ada kamar?"
Vinci pun bersemangat dan menjawab, "Ada, masih ada tiga kamar, apa kau tertarik?"
"Boleh, aku akan pergi melihatnya setelah pulang kerja nanti."
"Oh ya, ada berapa orang yang tinggal di sana sekarang?"
"Satu laki-laki, tiga perempuan, dua perempuan di antaranya sudah dewasa, yang satunya anak-anak."
"Oh, baik."
Lalu, tidak ada kabar lagi.
Setelah menutup komputernya, Vinci pun merenggangkan pinggangnya, dan menoleh ke belakang, ia pun melihat Vincy yang sedang melamun memandangi komputernya.
"Vincy, ada apa?"
Wajah Vincy memerah, ia menggeleng-gelengkan kepalanya dengan malu.
Vinci tercengang, setelah memutar-mutar bola matanya, ia pun menghela nafas dalam hati, di rumah ini tidak ada komputer......
Ia membuka komputernya lagi, memilih sebuah kartun, dan menggendong Vincy.
"Sini, Paman ajak kau untuk melihat kartun, bagaimana."
"Hn." jawab Vincy dengan malu, rupanya yang sangat malu itu membuat Vinci ingin mencium pipi gadis kecil itu.
Dan kejadian itu dilihat semuanya oleh Kelly yang sedang berada di dapur.
Matanya pun memerah, sejak kemarin ia terus mengalami peristiwa-peristiwa yang sangat membahagiakan, hal ini membuatnya sedikit tidak terbiasa, matanya langsung memerah, air mata pun tak terasa menetes keluar, tapi Kelly tahu, ini adalah air mata kebahagiaan.
Sore harinya, terdengar suara ketukan pintu, Vinci tercengang, setelah ia menurunkan Vincy, ia pun berjalan keluar halaman.
Begitu membuka pintu, ada seorang wanita muda yang mengenakan seragam pramugari sedang berdiri di luar pintu.
Wanita itu kelihatan sangat cantik, usianya sekitar tiga puluh tahunan, wajahnya molek, meskipun ini adalah pertama kalinya mereka bertemu, tapi Vinci merasa sangat familiar dan sudah mengenalnya sejak lama.
"Kau?"
"Tuan Hua?"
Vinci mengangguk, dia tidak mengenali wanita cantik ini, tapi anehnya wanita itu mengenal dirinya.
"Aku adalah orang yang tadi sore berbincang denganmu... Aku datang untuk melihat rumah."
Ternyata begitu, Vinci mengerti dan segera membantu mengangkat koper wanita cantik itu.
"Nona Janice Fang ya, halo, silakan masuk."
Vinci membawa Janice masuk ke dalam, begitu melihat Vincy, ia tercengang dan bertanya, "Ini putrimu?"
Vinci tercengang, ia melirik ke arah Kelly yang sedang sibuk di dapur, lalu mengangguk dan berkata.
"Ya, putriku."
Meskipun ia tidak melihat keluar, tapi Kelly bisa mendengar perkataan itu.
Begitu perkataan itu sampai di telinganya, ia langsung meneteskan air mata......
Janice memandangi Vinci dengan sedikit iri, lalu menganggukkan kepalanya, dan melihat-lihat ruang tamu, dapur, dan kamar mandi di lantai satu.
Saat ia melihat-lihat, handphone-nya berdering, tubuhnya pun tersentak dan segera mengeluarkan handphone-nya, kata "Jangan Diangkat" di layar handphone-nya itu membuatnya sedikit tercengang sejenak, lalu ia pun langsung mematikannya dengan wajah muram.
Dan hal itu, kebetulan dilihat jelas oleh Vinci yang sedang berdiri di sebelahnya.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved