Bab 2 Teman Masa Kecil!

by Hellos 10:01,Jun 08,2022
Setelah memandangi mereka yang sudah berlari jauh dengan tatapan mata dingin, Vinci pun menahan emosi di dalam hatinya dan berbalik menuju ke hadapan rumahnya.

Melihat Vincy yang menangis sambil memeluk Kelly, hati Vinci terasa sakit, ia maju dan menepuk punggungnya, sambil berkata, "Vincy, jangan takut, Paman sudah mengusir orang-orang jahat itu."

Perkataannya itu berhasil menarik perhatian Vincy, ia yang awalnya menyembunyikan kepalanya di pelukan Kelly itu pun mendongak dengan ketakutan.

"Benarkah?"

Vinci mengangguk dengan serius, ia juga berdiri tegak dan memberi sebuah hormat tentara.

"Paman adalah tentara, sangat hebat lho."

Vincy pun tersenyum, lalu menyandarkan kepalanya ke pundak Kelly lagi dengan sangat malu.

Kelly membalikkan matanya pada Vinci, lalu berkata dengan khawatir, "Vinci, kau bisa mengusir mereka kali ini, tapi bagaimana dengan berikutnya?"

Ini adalah pertanyaan yang sulit, hutang satu juta tiga ratus ribu RMB, bagi mereka yang sejak kecil hidupnya sudah pas-pasan, adalah angka yang sangat tidak ternilai.

Vinci menatap Kelly, lalu tersenyum dan berkata, "Kakak Ipar tidak perlu khawatir, aku punya cara sendiri."

Kata Vinci sambil melambai-lambaikan tangannya dan berkata, "Ayo, jagnan berdiri di luar, duduk di dalam, kita bicarakan sambil duduk."

Kelly mengangguk, lalu menurunkan Vincy.

Sesampainya di dalam, semua tetap bersih dan sederhana seperti dulu, dari luar gedung tiga lantai ini sudah tampak sangat tua, tapi begitu masuk ke dalam, kelihatannya sangat bersih dan rapi, dan aroma udara di sana bercampur dengan aroma alam yang sangat harum.

Setelah duduk, Vinci pun berkata pada Kelly, "Kakak Ipar, bagaimana keadaan di rumah sekarang, ceritakan padaku."

Begitu mengungkit masalah ini, seketika Kelly pun gelisah.

Vinci mengulurkan tangannya hendak menghibur Kelly, tapi begitu teringat akan identitas mereka berdua yang sangat sensitif itu, tangannya yang sudah ia ulurkan setengah pun ia turunkan lagi.

"Sekarang aku sudah tidak tahu harus bagaimana lagi, aku berencana untuk menyewakan lantai tiga kita, dengan begitu setidaknya kita bisa mempertahankan biaya hidup kita......"

Benar, kehidupan Keluarga Hua mereka memanglah sangat sulit, sangat sulit sampai perlu menyewakan rumah tempat tinggal mereka sendiri.

Vinci mengepalkan tangannya dengan erat, membuka mulutnya, namun tak bisa berkata apa-apa, karena dia takut dirinya yang hanya bisa menelan air ludah itu membuat Kelly semakin tidak tenang.

Vinci mengambil tas ranselnya, lalu mengeluarkan sebuah kartu dari dalam dompetnya.

"Kakak Ipar, di dalam sini ada dua ratus ribu RMB, ini adalah biaya pensiunku, ambillah untuk sekolah Vincy."

Kelly mengangkat kepalanya dan menatap Vinci dengan terkejut.

"Tidak bisa, kau masih belum menikah, simpan saja uang ini untuk menikah......"

Belum selesai bicara, Vinci telah menyerahkan kartu itu ke tangan Kelly dengan paksa.

"Kakak Ipar, kau adalah anggota keluargaku, Vincu juga anggota keluargaku, jangan sungkan-sungkan denganku seperti itu."

Tangan Kelly yang memegang kartu itu pun gemetaran, kata keluarga yang masuk ke telinganya itu terdengar sangat menusuk, membuat hatinya merasa sedih, ia pun menerima kartu itu dengan menahan rasa sedihnya.

Tatapan mata Vinci penuh dengan rasa bersalah yang sangat mendalam, ia mengerutkan alisnya dalam-dalam.

"Kalau dulu aku bisa lebih keras, kau......"

Awalnya, Vinci dan Martin menyukai Kelly di waktu bersamaan.

Kakak Vinci itu lebih besar darinya empat tahun, Kelly lebih besar dua tahun, tapi kakaknya merebut Kelly dengan paksa, kalau dulu Vinci bisa lebih keras......

Kelly tahu apa yang ingin dikatakan Vinci, oleh karena itu ia memotong perkataannya.

"Ini juga pilihanku, aku tidak pernah menyesalinya sekalipun, kalau dari awal aku tahu bahwa kakakmu adalah orang yang seperti ini......"

Katanya sambil meneteskan air mata.

Vinci menghela nafasnya, lalu melambaikan tangannya dan berkata, "Jangan bicarakan masalah yang tidak menyenangkan seperti ini lagi."

Setelah terdiam sejenak, ia melanjutkan, "Kakak Ipar, idemu bagus juga, menyewakan lantai tiga, setiap bulan kita bisa mendapatkan seribu dua ribu RMB, dengan begitu kehidupan kita sehari-hari akan lebih mencukupi, dua ratus ribu RMB itu, juga cukup sampai Vincy kuliah."

Kelly menggenggam kartu di tangannya itu, lalu mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Di lantai dua ada tiga kamar, sekarang aku dan Vincy tidur bersama, pilihlah satu kamar, sisanya aku akan menyewakannya juga."

Vinci menatap Kelly dengan tatapan wajah yang campur aduk, Vinci tidak berkata apa-apa, hanya menangguk saja, tapi kuku-kuku jarinya sudah menusuk ke daging telapak tangannya.

Membuat keputusan dengan sangat cepat adalah kebiasaan yang Vinci tanamkan selama delapan tahun di markas tentara.

Tak lama kemudian, ia pun pergi ke tempat percetakan foto untuk mencetak beberapa lembar iklan, satu ditempel di depan gang, satu ditempel di depan pintu, dan mengambil beberapa foto untuk diunggah di internet.

"Eh, Vinci?"

Saat Vinci sedang menempel iklan di depan gang, sebuah suara yang sangat terkejut pun terdengar dari sebelahnya.

Ia membalikkna kepalanya, sebuah wajah muda yang sangat ceria pun memasuki pandangannya.

"Lily Yun?"

Vinci menggumamkan nama itu dengan pelan, jantungnya berdegup kencang.

Selamanya dia tidak akan lupa, gadis yang menangis tersedu-sedu di dalam pelukannya di malam saat ia akan pergi ke markas tentara.

Itu adalah ingatan yang sangat menyakitkan setiap kali teringat.

Sebelum ke markas tentara, dia dan Lily adalah teman main sejak kecil, karena masalah yang disebabkan oleh Kakak Pertama, ia harus menjadi tentara, oleh karena itu, waktu itu ia hanya bisa berpisah dengan Lily, karena ia takut ia akan menyusahkan Lily.

"Vinci, ternyata benar kau!"

Lily mengenakan setelan jas kerja berwarna hitam dan sepatu hak yang agak sedikit tinggi, meskipun pakaian yang ia kenakan tidak bagus, tapi tetap saja tidak menutupi auranya itu, juga tidak dapat menyembunyikan kegembiraan di matanya.

Kau tetap saja sememukau itu......

"Iya ini aku, lama tidak bertemu, Lily." kata Vinci tersenyum.

Tatapan mata Lily agak sedikit bingung sesaat, dia benar-benar sudah berubah, berubah menjadi semakin gagah, juga berubah menjadi semakin jauh......

"Apa yang kau lakukan...... menyewakan rumah?" Lily melirik ke selebaran yang sedang ditempel oleh Vinci itu.

Vinci pun mengangguk dengan wajah yang sedikit tidak natural, tatapan matanya juga menghindar tanpa ia sadari.

"Benar, menyewakan rumah."

Melihat tatapan mata menghindar di wajah Vinci yang sangat tidak natural itu, Lily pun merasa bahwa hubungan di antara mereka menjadi lebih dekat sedikit, karena dia sangat familiar dnegan tatapan mata yang menghindar dengan tidak natural itu, dulu setiap kali mengungkit masalah keluarga, Vinci selalu memasang wajah seperti itu.

"Bagaimana denganmu, kenapa kau ada di sini?"

Lily tersenyum sambil menunjuk ke stasiun bus di sebelah.

"Aku sedang menunggu bus."

Katanya sambil menunjuk ke SMA 1 Kabupaten, "Sekarang aku menjadi guru di sana."

Vinci tercengang, waktu memang berlalu dengan sangat cepat, dulu saat ia pergi, mereka masih sekolah, tapi sekarang saat ia kembali, Lily sudah menjadi guru SMA.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

60