Bab 18 Penindasan

by 4 wahyudi 12:34,Dec 28,2021
Hao Li berjalan menyusuri sebuah tangga dimana ia dibawa menuju ke sebuah tebing yang cukup curam, tebing itu merupakan tempat paviliun senjata dibangun dimana tidak ada jalan lain yang membawa para murid menuju paviliun senjata kecuali jalan yang dilalui Hao Li saat ini.

Jadi tidak heran jika Hao Li berpapasan dengan banyak orang ketika ia menuju ke Paviliun Senjata.

Butuh waktu selama setengah jam bagi Hoa Li tiba di depan pintu Paviliun senjata, didepannya saat ini berdiri dengan kokoh sebuah bangunan berwarna merah keseluruhannya dengan halaman yang begitu luas.

Bahkan di halaman itu nampak sangat ramai akan murid murid yang tengah berbincang maupun menunjukkan senjata yang baru saja mereka pilih.

"Ini tidak seperti hari biasanya, kenapa tiba tiba Paviliun Senjata menjadi seramai ini?" Guman Hao Li sambil memperhatikan para murid, hanya dengan melihatnya Hao Li sudah mengetahui bahwa semua orang yang ada disana masih cukup muda dengan pelatihan hampir sama dengannya.

Rata rata murid yang berada disana berada pada tingkat pelatihan pendekar murid bintang satu, dua bahkan ada beberapa yang belum menginjak tingkat pendekar murid.

Hao Li tidak ingin ambil pusing tentang masalah itu, ia segera masuk kedalam Paviliun Untuk menyampaikan niatnya kepada tetua yang berjaga.

Perlu diketahui setiap Paviliun akan ada seorang tetua yang bertugas menjaga Paviliun, mereka diberikan hak untuk mengusir siapapun yang melanggar aturan dari setiap Paviliun meskipun patriark sekalipun.

Hao Li menghampiri seorang pria sepuh dengan kumis panjang dan pakaian khas seorang penempa yang nampak tengah tidur di atas sebuah kursi goyang.

Pria itu membuka matanya ketika Hao Li datang menghampirinya sambil menguap cukup lebar tanpa ditutupi oleh tangannya.

"Salam tetua, saya kemari atas perintah dari patriark, beliau menyuruh saya untuk memilih senjata tetua" Ujar Hao Li sambil menyodorkan lencana pemberian Guan Gui kepada tetua yang baru saja bangun di depannya.

"Jadi kau murid patriark ya" Ujar tetua itu sebelum mengeluarkan kata kata dari dalam mulutnya "Dia memang tidak salah memilih murid, dengan usiamu dan tingkat pelatihan yang kau miliki, kau pasti akan mengukir namamu di dunia persilatan" Ujar pria itu menjelaskan.

"Maaf tetua, patriark memang memberikan tawaran menjadi muridnya tapi aku menolak tawaran itu, mohon tetua memaklumi" Ujar Hao Li sambil menundukkan kepalanya.

"Heh, aku tidak tahu bahwa kau akan menolak keinginan dari Patriark, sangat sedikit orang yang memiliki keberanian sepertimu" Ujar Tetua itu sambil memegangi dagunya.


"Terima Kasih atas pujiannya tetua" Ujar Hao Li sambil menolehkan kepalanya ke segala arah "Maaf tetua, yang aku dengar Paviliun Senjata biasanya sepi akan pengunjung, kenapa aku melihat banyak orang hari ini?" Tanya Hao Li berpura pura menggaruk kepalanya.

"Ah, mereka adalah murid luar yang baru saja diterima oleh sakte, kau tidak perlu menghiraukannya"

"Kau bisa memilih senjata apapun yang ada di dalam aula ini, batasmu adalah lantai Tiga, melebihi lantai itu maka aku akan menghajarmu ditempat" Ujar Tetua itu sambil menyerahkan lencana Hao Li dan kembali merebahkan tubuhnya.

Uniknya beberapa saat setelah merebahkan dirinya, pria sepuh itu kembali tertidur lelap seperti sebelumnya membuat Hao Li harus menggeleng gelengkan kepalanya.

"Tetua Long Sujiao memang sama seperti dulu, dia malas tetapi sangat tegas" Hao Li mengatakan hal itu di dalam hatinya, akan sangat gawat jika kata kata itu keluar dari dalam mulutnya saat itu juga.

Setelah mendapat izin untuk memilih senjata, tanpa pikir panjang Hao Li segera naik ke lantai empat untuk memilih senjata yang tepat baginya.

Perlu diketahui, tingkat senjata di dunia persilatan dibagi menjadi empat bagian, diantaranya adalah Senjata Biasa, Senjata Spiritual, Senjata Roh, dan Senjata Bumi.

Setiap senjata dibagi menjadi tiga tingkatan, semakin tinggi tingkatannya semakin hebat senjata itu, tingkatannya antara lain Tingkat Rendah, Tingkat Sedang, dan Tingkat Atas.

Sesampainya Hao Li di lantai empat Paviliun Senjata, ia disuguhkan dengan pemandangan setiap senjata yang tertata rapi di rak rak yang telah disediakan serta senjata senjata yang terpajang rapi di atas dinding.

Tanpa menunggu terlalu lama, Hao Li bergegas mencari senjata yang dia butuhkan, ia mencari sebuah pedang yang sesuai dengan keterampilan yang dia miliki.

Dari sekian banyak senjata, Hao Li memilih pedang karena senjata itu memiliki banyak keuntungan dibanding dengan senjata lain seperti tombak, kapak, sabit maupun senjata yang lain.

Pedang sangat mudah digunakan untuk menebas musuh maupun memotong, selain itu pedang dapat digunakan untuk melawan musuh dalam jumlah yang banyak dalam satu waktu karena penggunaannya begitu mudah, selain digunakan untuk menyerang pedang juga dapat digunakan untuk menangkis serangan musuh sehingga senjata itu merupakan pilihan yang tepat bagi Hao Li.

Setelah beberapa saat Hao Li memilih pedang, ia memutuskan untuk mengambil pedang yang terletak di dalam kotak kaca dimana pedang itu berwarna putih layaknya salju dan sarung pedang yang dihiasi oleh permata permata yang menawan.

"Meskipun di tempat ini tidak ada senjata yang bagus, untuk sementara aku menggunakan pedang ini juga tidak masalah" Ujar Hao Li kemudian ia mengambil pedang itu dan segera turun ke lantai dasar.

Ketika Hao Li tiba di lantai dasar, ia menemukan tetua Long Sujiao telah terbangun dan menjelaskan sesuatu kepada seorang murid yang usianya nampak beberapa tahun lebih tua dari Hao Li, jika dilihat sekilas murid wanita itu berusia mendekati sebelas tahun tetapi tingkat pelatihan yang ditunjukkan olehnya hanya Dua Bintang lebih tinggi satu tingkat dari Hao Li.

"Wanita itu cukup berbakat, sepertinya dia adalah murid dalam atau bisa jadi murid inti" Ujar Hao Li kemudian menghampiri mereka untuk memberitahukan mengenai senjata yang dia pilih kepada Long Sujiao.

"Permisi Tetua, salam senior" Ujar Hao Li menangkupkan tangannya ke arah kedua orang yang nampak tengah berbincang bincang.

"Darimana datangnya anak ini? Apakah Guru mengenalnya?" Tanya Wanita itu sambil menatap Long Sujiao yang kembali duduk di kursi goyangnya.

"Dia baru datang hari ini, aku bahkan belum mengetahui namanya, mengenai bakat, dia tidak lebih buruk daripada dirimu" Ujar Long Sujiao menjelaskan.

"Apakah dia benar benar sudah menjadi murid? Usianya sangat meragukan tetapi sangat aneh karena aku merasakan energi di dalam tubuhnya" Ujar wanita itu sambil menyelidiki Hao Li dari atas sampai bawah.

"Kau jangan mengatakan seperti itu, dia juga merupakan murid penting sepertimu, meskipun bukan murid inti tapi kedudukannya setidaknya sama" Long Sujiao menjelaskan, ia kemudian kembali menatap kearah Hao Li yang berdiri memandangnya.

"Jika kau sudah memilih senjata kau bisa menghadap patriark sakte, dia mengatakan ingin bertemu denganmu hari ini" Ujar Long Sujiao kemudian melanjutkan berbicara dengan muridnya.

Hao Li hanya menangkupkan tangannya karena tidak ingin mengganggu kedekatan antara guru dan murid itu hingga ketika ia sampai di luar bangunan Paviliun sebuah suara membuat ia harus menghentikan langkahnya.

"Aduh" Ujar seorang wanita yang jatuh akibat didorong oleh beberapa murid pria.

"Hahaha, makanya jangan mencari masalah dengan kami, aku sudah mengatakan bahwa kau harus menyerahkan pedang ini ketika berada di dalam Paviliun tetapi kau malah menolaknya, sekarang rasakan sendiri kau tidak memiliki senjata" Ujar Murid pria itu sambil memainkan pedang di tangannya.

Hao Li yang melihat hal itu hanya geleng geleng kepala, mengingat senjata yang diperebutkan oleh mereka merupakan senjata Biasa berkualitas sedang, meskipun memiliki bentuk dan ukiran yang indah, senjata itu tidak terlalu berguna bagi Hao Li.

Karena melihat penindasan itu, Hao Li kemudian berjalan menghampiri mereka untuk membantu wanita yang tengah ditindas.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

42