Bab 15 Bukankah Graysen Lu terlalu berinisiatif?
by Aurora
10:27,Sep 07,2021
Moreno Cui yang sedang mendengarkan di samping tiba-tiba ingin tertawa. Meskipun gadis kecil ini masih muda, tetapi dia pandai memberikan serangan.
Graysen Lu berkata dengan dingin, "Asisten Cui, beri tahu manajer toko untuk datang dan menangani hal ini. Cari penjaga toko baru untuk menggantikannya"
Selesai berbicara, dia memimpin jalan dan berjalan keluar. Melihat Layla Tsu tidak mengikutinya, dia berhenti. Sorot matanya melembut dan bahkan tanpa dia sadari suaranya menjadi lebih lembut: "Nona Layla, kenapa kamu tidak mengikutiku?"
“Oh, baik.” Layla Tsu bergegas mengangkat tumit kakinya.
Berjalan keluar dari toko, Layla Tsu berhenti dengan ekspresi wajah gundah dan bingung.
Eh, kenapa dia harus ikut dengan Graysen Lu? Apakah mereka sangat akrab?
Graysen Lu menoleh dan melihat gadis kecil yang kebingungan itu sedang menggigit bibirnya, bibir merahnya terlihat sangat kontras saat bersanding dengan gigi putihnya.
Sorot mata Graysen Lu menjadi gelap dan dia bertanya, "Ada apa?"
Layla Tsu mendongkak dan menatap Graysen Lu. Kemudian dia mundur selangkah ke belakang dengan tenang.
Ini terlalu dekat. Berbicara ya berbicara saja. Mengapa begitu dekat dengannya?
"Tuan Lu, terima kasih atas bantuanmu barusan. Kamu lanjutkan kembali pekerjaanmu, aku tidak akan mengganggumu lagi."
Graysen Lu menatap Layla Tsu dengan sorot matanya yang serius, tetapi dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.
Dikarenakan dia merasa berterima kasih atas bantuannya, mengapa dia ingin segera memutuskan hubungan dengannya?
Selain itu dia juga berdiri sejauh ini darinya? Apakah takut dia memakan orang?
Tatapan Graysen Lu membuat Layla Tsu merasa kulit kepalanya mati rasa dan dia merasa seperti kambing yang masuk ke mulut harimau.
Selain itu, saat ini dia masih sedikit takut kepada Graysen Lu dan di toko tadi dia telah menyaksikan keterampilan Graysen Lu dalam memarahi orang.
Meskipun dia bukan orang yang diberi pelajaran oleh Graysen Lu, tetapi juga cukup membuatnya merasa takut.
“Nona Tsu, sekarang sudah jam 12:30.” Graysen Lu mengangkat pergelangan tangannya dan melirik arloji di tangannya.
Terus?
Layla Tsu merasa otaknya tidak cukup untuk mengimbangi kerja otak Graysen Lu.
Dia terbiasa berbicara secara blakblakan kepada orang lain, jadi dia selalu bicara ke intinya.
"Lantai 8 dan 9 adalah area restoran yang menjual banyak makanan lezat. Aku ingin tahu apakah Nona Tsu akan mengizinkan aku untuk mentraktirmu makan? Bagaimanapun, saat berada di Kota Jiang Cheng, Nenek telah berutang budi padamu karena kamu telah menjaganya. Jika dia tahu aku bertemu denganmu, tetapi aku tidak mentraktirmu makan, dia pasti akan menyalahkanku."
Graysen Lu berbicara dengan nada bicara yang menaikkan derajatnya.
Layla Tsu bergegas mengayunkan tangannya: "Tidak, tidak perlu. Aku jalan-jalan sendiri saja."
"Ikut aku." Graysen Lu seolah tidak mengerti penolakannya. Selesai berbicara, dia melihat Layla tidak bergerak, jadi Graysen Lu menjulurkan tangan dan meraih pergelangan tangan Layla Tsu.
Benar, dia hanya memegang pergelangan tangan Layla Tsu dengan lembut, tetapi itu sudah cukup mengejutkan orang-orang.
Begitu Melody Meng dengan Velita Liang keluar mereka langsung melihat kejadian ini.
Graysen Lu tidak pernah dekat dengan wanita. Dulu ada beberapa wanita yang mengambil kesempatan untuk menyerahkan diri mereka kepadanya, tetapi mereka semua diusir begitu saja oleh Graysen Lu.
Saat ini dia malah memegang tangan seorang gadis?
Layla Tsu hanya merasakan pergelangan tangannya yang dipegang oleh Graysen dengan lembut terasa kebas dan panas.
Bukankah Graysen Lu ini terlalu berinisiatif?
Layla Tsu menggerakkan tangannya dengan cemas dan Graysen Lu pun melepaskannya.
Kulit yang berada di bawah genggamannya tadi terasa seperti kain sutra yang bagus. Setelah menggenggamnya, membuatnya tidak ingin melepaskannya lagi.
Graysen Lu memiringkan kepalanya untuk melihat Layla Tsu, dia melihat pipi Layla Tsu sedikit tersipu.
Dia berpikir apakah gadis kecil ini sedang merasa malu? Dia begitu pemalu?
Saat melihatnya menyerang balik kakak tirinya dan melihat dia melawan Melody Meng Xinrou di toko tadi, dia terlihat cantik dan berani.
Pada saat ini, gadis kecil itu malah seperti burung puyuh yang diam dan penurut.
Tidak perlu terburu-buru, masih banyak waktu.
*
Mata Melody Meng memerah dan Velita Liang berseru: "Melody, apakah Tuan Muda Ketujuh baru saja memegang tangan wanita itu? Dasar siluman rubah, siapa dia sebenarnya! Jika aku tahu siapa dia, aku pasti akan memberinya pelajaran."
Melody Meng menarik kembali pandangannya dan berkata dengan dingin, "Velita, jangan bicara lagi. Ayo pergi!"
Dia kembali menatap Layla Tsu, dia bermarga Tsu? Dia mengingat tunangan yang dijodohkan kepada Kakak Ketiganya, Judson Meng bernama Layla Tsu. Jangan sampai itu adalah dia!
*
Ketika tiba di lantai delapan, ternyata di sana sangat ramai dan penuh dengan orang.
Di beberapa toko yang menjual makanan lezat penuh dengan antrean yang panjang.
Layla Tsu naik pesawat pagi-pagi sekali jadi dia belum makan apa-apa. Sekarang dia sudah sangat lapar.
Mereka berdua berkeliling, jam segini memang merupakan jam makan dan hari ini juga merupakan akhir pekan, jadi pada dasarnya semua restoran penuh dengan orang-orang.
"Bagaimana kalau kita makan hot pot?"
Graysen menanyakan pendapatnya, kedua mata yang hitam dan sipit itu terus menantap lurus ke arahnya.
Layla Tsu hanya merasakan ada butiran keringat tipis muncul di dahinya, saat dia gugup telapak tangannya juga akan berkeringat.
"Ah, baik."
Karena hanya restoran hot pot yang memiliki lebih banyak tempat duduk kosong dan tidak perlu antre, jadi begitu masuk bisa langsung duduk.
Namun, mereka akan benar-benar makan hot pot di siang bolong?
Makan hot pot memerlukan waktu, biasanya jika tidak memakan waktu satu setengah jam hingga lebih dari dua jam, tidak akan merasa puas memakannya.
Layla Tsu duduk dan masih sedikit merasa sedang bermimpi.
Dia sedang makan siang dengan Graysen Lu?
Restoran hot pot ini sangat besar, di setiap tempat duduk ada sofa yang memiliki sandaran dan tanaman kecil di dalam pot yang menjadi pembatas.
Begitu duduk, Layla Tsu langsung mencium aroma hot pot yang kuat dan membuat nafsu makannya bertambah.
Dia duduk dan Graysen Lu duduk di seberangnya.
Di atas kepalanya ada lampu gantung yang mengeluarkan cahaya kuning hangat yang membuat paras wajah Graysen Lu terlihat lebih lembut.
Pelayan membawakan menu. Layla Tsu melihat setiap jari Graysen Lu yang memegang menu terlihat seperti batu giok, proporsional, panjang dan ramping. Pada dasarnya dia memiliki sedikit ketertarikan terhadap tangan dan saat ini dia sedikit tidak bisa mengalihkan pandangannya.
"Kamu saja yang pesan. Aku tidak pilih-pilih makanan."
Graysen Lu mengejapkan matanya. Jika hal ini diketahui keluarganya, mungkin mereka akan tertawa.
Graysen Lu mana pilih-pilih makananan, mulutnya sangatlah pemilih, dia tidak makan jamur shiitake, tidak makan seledri, tidak makan talas...
Ketika dia masih kecil, menyuruhnya memakan jamur shitake hampir sama seperti menginginkan nyawanya.
Layla Tsu memegang pena dan melihat menu dengan fokus sembari menanyakan pendapat Graysen Lu.
"Bagaimana kalau kita memesan dua porsi daging sapi? Satu porsi irisan daging kambing lalu ditambah dua porsi irisan daging sapi bagaimana? Aku paling suka bakso sapi. Satu porsi lobak putih bagaimana? Omasum? Bagaimana dengan tahu?"
Dia bertanya sambil mencentang. Jika sudah memastikannya, dia akan mencentangnya di kertas menu. Untuk yang dua porsi atau lebih, dia menuliskan angka di kotak yang disediakan.
Gadis kecil itu terlihat sangat serius, sangat serius seolah-olah sedang mengerjakan kertas ujian.
Sudut bibir Graysen Lu terangkat dengan lembut, Layla Tsu pasti sangat berprestasi di sekolah.
Layla Tsu melihat menu dengan serius dan dia menopang dagunya dengan tangan sambil melihat Layla Tsu dengan serius.
Layla Tsu berkata dengan sangat senang: "Tuan Lu, coba kamu lihat dulu. Apakah ada hal lain yang perlu aku tambahkan? Jika tidak, kita pesan yang ini dulu."
Layla Tsu mendongkak dan mendapati Graysen Lu sedang menatapnya dengan saksama, jantung Layla Tsu berdebar karena dilihati Graysen Lu dengan tatapan seperti ini.
Sorot mata Graysen Lu terlalu fokus dan di dalam matanya seolah ada cahaya bintang yang terang.
Jika dia melihatnya seperti ini akan membuatnya salah paham. Dia merasa jika Graysen Lu menatap wanita yang dia cintai dengan penuh kasih sayang seperti ini, mungkin tidak ada yang bisa menolak tatapannya ini.
Layla Tsu menyerahkan menu kepada pelayan sambil tersenyum manis: "Yang ini dulu, terima kasih."
Saat berbalik, dia mendengar Graysen Lu berkata: "Nona Tsu, jangan bergerak."
Layla Tsu langsung memaku di tempat. Dia sedikit mengangkat dagunya dengan patuh dan tidak berani bergerak.
Graysen Lu berkata dengan dingin, "Asisten Cui, beri tahu manajer toko untuk datang dan menangani hal ini. Cari penjaga toko baru untuk menggantikannya"
Selesai berbicara, dia memimpin jalan dan berjalan keluar. Melihat Layla Tsu tidak mengikutinya, dia berhenti. Sorot matanya melembut dan bahkan tanpa dia sadari suaranya menjadi lebih lembut: "Nona Layla, kenapa kamu tidak mengikutiku?"
“Oh, baik.” Layla Tsu bergegas mengangkat tumit kakinya.
Berjalan keluar dari toko, Layla Tsu berhenti dengan ekspresi wajah gundah dan bingung.
Eh, kenapa dia harus ikut dengan Graysen Lu? Apakah mereka sangat akrab?
Graysen Lu menoleh dan melihat gadis kecil yang kebingungan itu sedang menggigit bibirnya, bibir merahnya terlihat sangat kontras saat bersanding dengan gigi putihnya.
Sorot mata Graysen Lu menjadi gelap dan dia bertanya, "Ada apa?"
Layla Tsu mendongkak dan menatap Graysen Lu. Kemudian dia mundur selangkah ke belakang dengan tenang.
Ini terlalu dekat. Berbicara ya berbicara saja. Mengapa begitu dekat dengannya?
"Tuan Lu, terima kasih atas bantuanmu barusan. Kamu lanjutkan kembali pekerjaanmu, aku tidak akan mengganggumu lagi."
Graysen Lu menatap Layla Tsu dengan sorot matanya yang serius, tetapi dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.
Dikarenakan dia merasa berterima kasih atas bantuannya, mengapa dia ingin segera memutuskan hubungan dengannya?
Selain itu dia juga berdiri sejauh ini darinya? Apakah takut dia memakan orang?
Tatapan Graysen Lu membuat Layla Tsu merasa kulit kepalanya mati rasa dan dia merasa seperti kambing yang masuk ke mulut harimau.
Selain itu, saat ini dia masih sedikit takut kepada Graysen Lu dan di toko tadi dia telah menyaksikan keterampilan Graysen Lu dalam memarahi orang.
Meskipun dia bukan orang yang diberi pelajaran oleh Graysen Lu, tetapi juga cukup membuatnya merasa takut.
“Nona Tsu, sekarang sudah jam 12:30.” Graysen Lu mengangkat pergelangan tangannya dan melirik arloji di tangannya.
Terus?
Layla Tsu merasa otaknya tidak cukup untuk mengimbangi kerja otak Graysen Lu.
Dia terbiasa berbicara secara blakblakan kepada orang lain, jadi dia selalu bicara ke intinya.
"Lantai 8 dan 9 adalah area restoran yang menjual banyak makanan lezat. Aku ingin tahu apakah Nona Tsu akan mengizinkan aku untuk mentraktirmu makan? Bagaimanapun, saat berada di Kota Jiang Cheng, Nenek telah berutang budi padamu karena kamu telah menjaganya. Jika dia tahu aku bertemu denganmu, tetapi aku tidak mentraktirmu makan, dia pasti akan menyalahkanku."
Graysen Lu berbicara dengan nada bicara yang menaikkan derajatnya.
Layla Tsu bergegas mengayunkan tangannya: "Tidak, tidak perlu. Aku jalan-jalan sendiri saja."
"Ikut aku." Graysen Lu seolah tidak mengerti penolakannya. Selesai berbicara, dia melihat Layla tidak bergerak, jadi Graysen Lu menjulurkan tangan dan meraih pergelangan tangan Layla Tsu.
Benar, dia hanya memegang pergelangan tangan Layla Tsu dengan lembut, tetapi itu sudah cukup mengejutkan orang-orang.
Begitu Melody Meng dengan Velita Liang keluar mereka langsung melihat kejadian ini.
Graysen Lu tidak pernah dekat dengan wanita. Dulu ada beberapa wanita yang mengambil kesempatan untuk menyerahkan diri mereka kepadanya, tetapi mereka semua diusir begitu saja oleh Graysen Lu.
Saat ini dia malah memegang tangan seorang gadis?
Layla Tsu hanya merasakan pergelangan tangannya yang dipegang oleh Graysen dengan lembut terasa kebas dan panas.
Bukankah Graysen Lu ini terlalu berinisiatif?
Layla Tsu menggerakkan tangannya dengan cemas dan Graysen Lu pun melepaskannya.
Kulit yang berada di bawah genggamannya tadi terasa seperti kain sutra yang bagus. Setelah menggenggamnya, membuatnya tidak ingin melepaskannya lagi.
Graysen Lu memiringkan kepalanya untuk melihat Layla Tsu, dia melihat pipi Layla Tsu sedikit tersipu.
Dia berpikir apakah gadis kecil ini sedang merasa malu? Dia begitu pemalu?
Saat melihatnya menyerang balik kakak tirinya dan melihat dia melawan Melody Meng Xinrou di toko tadi, dia terlihat cantik dan berani.
Pada saat ini, gadis kecil itu malah seperti burung puyuh yang diam dan penurut.
Tidak perlu terburu-buru, masih banyak waktu.
*
Mata Melody Meng memerah dan Velita Liang berseru: "Melody, apakah Tuan Muda Ketujuh baru saja memegang tangan wanita itu? Dasar siluman rubah, siapa dia sebenarnya! Jika aku tahu siapa dia, aku pasti akan memberinya pelajaran."
Melody Meng menarik kembali pandangannya dan berkata dengan dingin, "Velita, jangan bicara lagi. Ayo pergi!"
Dia kembali menatap Layla Tsu, dia bermarga Tsu? Dia mengingat tunangan yang dijodohkan kepada Kakak Ketiganya, Judson Meng bernama Layla Tsu. Jangan sampai itu adalah dia!
*
Ketika tiba di lantai delapan, ternyata di sana sangat ramai dan penuh dengan orang.
Di beberapa toko yang menjual makanan lezat penuh dengan antrean yang panjang.
Layla Tsu naik pesawat pagi-pagi sekali jadi dia belum makan apa-apa. Sekarang dia sudah sangat lapar.
Mereka berdua berkeliling, jam segini memang merupakan jam makan dan hari ini juga merupakan akhir pekan, jadi pada dasarnya semua restoran penuh dengan orang-orang.
"Bagaimana kalau kita makan hot pot?"
Graysen menanyakan pendapatnya, kedua mata yang hitam dan sipit itu terus menantap lurus ke arahnya.
Layla Tsu hanya merasakan ada butiran keringat tipis muncul di dahinya, saat dia gugup telapak tangannya juga akan berkeringat.
"Ah, baik."
Karena hanya restoran hot pot yang memiliki lebih banyak tempat duduk kosong dan tidak perlu antre, jadi begitu masuk bisa langsung duduk.
Namun, mereka akan benar-benar makan hot pot di siang bolong?
Makan hot pot memerlukan waktu, biasanya jika tidak memakan waktu satu setengah jam hingga lebih dari dua jam, tidak akan merasa puas memakannya.
Layla Tsu duduk dan masih sedikit merasa sedang bermimpi.
Dia sedang makan siang dengan Graysen Lu?
Restoran hot pot ini sangat besar, di setiap tempat duduk ada sofa yang memiliki sandaran dan tanaman kecil di dalam pot yang menjadi pembatas.
Begitu duduk, Layla Tsu langsung mencium aroma hot pot yang kuat dan membuat nafsu makannya bertambah.
Dia duduk dan Graysen Lu duduk di seberangnya.
Di atas kepalanya ada lampu gantung yang mengeluarkan cahaya kuning hangat yang membuat paras wajah Graysen Lu terlihat lebih lembut.
Pelayan membawakan menu. Layla Tsu melihat setiap jari Graysen Lu yang memegang menu terlihat seperti batu giok, proporsional, panjang dan ramping. Pada dasarnya dia memiliki sedikit ketertarikan terhadap tangan dan saat ini dia sedikit tidak bisa mengalihkan pandangannya.
"Kamu saja yang pesan. Aku tidak pilih-pilih makanan."
Graysen Lu mengejapkan matanya. Jika hal ini diketahui keluarganya, mungkin mereka akan tertawa.
Graysen Lu mana pilih-pilih makananan, mulutnya sangatlah pemilih, dia tidak makan jamur shiitake, tidak makan seledri, tidak makan talas...
Ketika dia masih kecil, menyuruhnya memakan jamur shitake hampir sama seperti menginginkan nyawanya.
Layla Tsu memegang pena dan melihat menu dengan fokus sembari menanyakan pendapat Graysen Lu.
"Bagaimana kalau kita memesan dua porsi daging sapi? Satu porsi irisan daging kambing lalu ditambah dua porsi irisan daging sapi bagaimana? Aku paling suka bakso sapi. Satu porsi lobak putih bagaimana? Omasum? Bagaimana dengan tahu?"
Dia bertanya sambil mencentang. Jika sudah memastikannya, dia akan mencentangnya di kertas menu. Untuk yang dua porsi atau lebih, dia menuliskan angka di kotak yang disediakan.
Gadis kecil itu terlihat sangat serius, sangat serius seolah-olah sedang mengerjakan kertas ujian.
Sudut bibir Graysen Lu terangkat dengan lembut, Layla Tsu pasti sangat berprestasi di sekolah.
Layla Tsu melihat menu dengan serius dan dia menopang dagunya dengan tangan sambil melihat Layla Tsu dengan serius.
Layla Tsu berkata dengan sangat senang: "Tuan Lu, coba kamu lihat dulu. Apakah ada hal lain yang perlu aku tambahkan? Jika tidak, kita pesan yang ini dulu."
Layla Tsu mendongkak dan mendapati Graysen Lu sedang menatapnya dengan saksama, jantung Layla Tsu berdebar karena dilihati Graysen Lu dengan tatapan seperti ini.
Sorot mata Graysen Lu terlalu fokus dan di dalam matanya seolah ada cahaya bintang yang terang.
Jika dia melihatnya seperti ini akan membuatnya salah paham. Dia merasa jika Graysen Lu menatap wanita yang dia cintai dengan penuh kasih sayang seperti ini, mungkin tidak ada yang bisa menolak tatapannya ini.
Layla Tsu menyerahkan menu kepada pelayan sambil tersenyum manis: "Yang ini dulu, terima kasih."
Saat berbalik, dia mendengar Graysen Lu berkata: "Nona Tsu, jangan bergerak."
Layla Tsu langsung memaku di tempat. Dia sedikit mengangkat dagunya dengan patuh dan tidak berani bergerak.
HELLOTOOL SDN BHD © 2020 www.webreadapp.com All rights reserved