Bab 11 Nenek mirasa kamu cocok dengan cucu ketujuhku

by Aurora 10:27,Sep 07,2021
Saat Judson Meng melihat Hailey Tsu yang terlihat lemah dan kasihan ini, keinginannya untuk melindunginya langsung bertambah: "Jangan takut, Hailey, aku pasti akan memberi tahu keluargaku dengan jelas. Mulai sekarang aku akan melindungimu dan kamu tidak perlu melihat air muka mereka lagi."

Hailey Tsu bersandar di pelukan Judson Meng dengan ekspresi wajah malu, lalu dengan suara yang lembut dia berkata: "Judson, kamu sangat baik, aku sangat beruntung. Aku merasa aku sangat bahagia . Bersamamu, aku adalah wanita paling bahagia di dunia ini."

Orang-orang mengatakan bahwa pria adalah makhluk visual dan wanita adalah makhluk pendengar. Sebenarnya itu tidak sepenuhnya benar. Pria juga suka mendengarkan hal-hal yang baik. Hailey Tsu mengetahui hal ini.

Dia tahu di situasi seperti apa harus mengatakan hal seperti apa, hal ini membuat Judson Meng semakin setia padanya.

Mereka enggan berpisah. Judson Meng masuk ke dalam mobil dan melihat sosok mungil Hailey Tsu masih berdiri diam ditempat. Dia terus melambai padanya.

Judson Meng memutuskan menunggu Layla Tsu pergi ke Kota Feng Cheng untuk mengajukan pembatalan pernikahan. Tiba saatnya, dia akan memberitahu keluarganya dia ingin menikah dengan Hailey Tsu.

*

Keesokan harinya, setelah Layla Tsu bangun, dia turun ke bawah. Hailey Tsu juga sudah pergi ke Kota Feng Cheng untuk melanjutkan sekolah.

Di rumah hanya ada dia dan Presley Xie.

Presley Xie masih menyapanya sambil tersenyum: "Layla, kamu sudah bangun. Sarapan ada di dapur dan sudah dihangatkan untukmu."

"Di mana ayahku?"

"Dia sudah pergi bekerja."

Layla Tsu mengangguk, akhir-akhir ini Enzo Tsu sangat sibuk, jadi ada beberapa hal, jika dia tidak perlu merepotkannya, dia tidak akan meminta bantuannya.

Tepat setelah dia selesai sarapan, ada nomor yang tidak dikenal menghubunginya. Layla Tsu mengangkatnya dan suara yang ramah terdengar dari balik telepon: "Ini aku, gadis kecil Layla, apakah kamu sudah bangun untuk sarapan? Aku takut kamu masih tidur, jadi aku tidak berani meneleponmu."

Layla Tsu tersenyum manis dan bahagia, panggilan telepon itu dari Nyonya Tua kemarin, Nyonya Tua yang dia sukai.

"Nenek, apakah kamu bosan? Kalau begitu aku akan pergi mencarimu sekarang, aku akan menemanimu berkeliling dan menjadi pemandumu."

Dia sudah berjanji, dia pasti akan melakukannya.

Nyonya Tua Lu menyipitkan matanya. Senyuman di wajahnya bak bunga, meskipun saat dia tersenyum akan menimbulkan keriput, dia tetap merupakan seorang wanita tua yang cantik.

"Benarkah? Bukankah ini terlalu merepotkanmu?"

Layla Tsu berpura-pura marah: "Nenek, kalau kamu sungkan seperti ini sama dengan kamu mengganggapku sebagai orang asing. Jelas-jelas kemarin kita sudah membuat janji. Kamu di hotel mana, bagaimana kalau aku pergi menjemputmu di pintu hotel?"

Nyonya Tua Lu menyebutkan nama sebuah hotel dan Layla Tsu mengatakan dia akan tiba di sana sekitar satu jam. Dia bangkit dan memasukkan pangsit terakhir ke dalam mulutnya lalu dia bergegas menghabiskan susunya.

Presley Xie segera menyusulnya: "Layla, kamu mau kemana?"

Layla Tsu berkata dengan santai: "Bibi Xie, aku mau pergi menemui temanku."

"Namun, aku mendengar kamu mengatakan di telepon kamu akan ketemuan di hotel, Layla , seorang gadis harus menjaga kesuciannya. Bagaimana pun, bertemu orang di tempat seperti itu bukanlah hal yang pantas ."

Layla Tsu tersenyum dengan enggan: "Bibi Xie, lebih baik kamu katakan nasihatmu ini kepada putrimu yang baik."

Jika Hailey Tsu memiliki tata krama, dia tidak mungkin menggoda Judson Meng dan berusaha keras membuatnya melihat mereka sedang bermesaraan.

*

Hotel Kota Jiang Cheng

Nyonya Tua Lu berkata dengan gembira: "Samira Lan, jangan beres-beres lagi, Layla akan segera datang. Sore ini kita baru berangkat."

"Namun~" melihat Nyonya Tua Lu sangat kekeuh dan setelah Samira Lan memikirkannya, dia pun membiarkannya.

Sudah lama dia tidak melihat Nyonya Tua sebahagia ini.

Ketika Layla Tsu tiba di hotel, Nyonya Tua Lu sudah menunggu di depan pintu hotel. Begitu dia melihatnya, Nyonya Tua itu langsung melangkah maju dan meraih tangannya.

Tangan Nyonya Tua itu sangat hangat dan Layla Tsu merasa hatinya terasa hangat, dia merasa seperti sedang melihat neneknya.

Semakin melihat Layla Tsu, Nyonya Tua Lu semakin menyukainya.

Karena Nyonya Tua Lu ingin makan, Layla Tsu membawa Nyonya Tua Lu ke jalan yang menjual jajanan terkenal di Kota Jiang Cheng. Makanan di sini cocok untuk segala usia.

Ketika tiba di toko yang menjual kudapan manis dan teh susu, Nyonya Tua Lu tidak bisa meninggalkan tempat itu lagi.

Dia biasanya juga suka minum teh susu dan makan kudapan manis, hanya saja demi menjaga kesehatan dia mengendalikan dirinya.

Melihat dia menyukainya, Layla Tsu langsung membawanya masuk dan memesan brown sugar boba dan dirty bun yang terkenal.

Di sela-sela waktu menunggu makanan, Nyonya Tua itu mengeluarkan ponselnya dan memanggil Layla Tsu: "Layla, lihat ke sini."

Layla Tsu menoleh ke belakang sambil tersenyum, Nyonya Tua itu menekan tombol rana dan dalam sekejap dia mengambil foto gadis cantik yang sedang menoleh ke belakang.

Kemudian, dia menekan tombol kirim. Kemarin dia mengatakan dia tidak bisa menggunakan WeChat sebenarnya hanya mencari alasan. Jika Layla Tsu melihat ponselnya, dia pasti akan sangat terkejut.

Nyonya Tua Lu sangat mahir menggunakan WeChat.

Dia menekan akun WeChat Graysen Lu, lalu mengirimkan foto itu dan menulis beberapa kata: "Aku sedang makan-makan bersama Layla ."

*

Kota Feng Cheng

Ketika Graysen Lu menyalakan ponselnya, dia langsung melihat foto cantik Layla Tsu.

Latar di belakangnya adalah dekorasi toko teh susu. Hari ini dia mengenakan T-shirt putih dan ada gambar nanas berwarna kuning di depan T-shirtnya, kelihatannya sangat lucu.

Rambutnya disanggul dengan asal dan ada helaian rambut di kedua sisinya wajahnya. Dia terlihat cantik dan imut.

Tanpa sadar Graysen Lu menjulurkan tangan dan menyentuh layar ponsel. Senyuman menawan muncul di bibirnya.

Melihat hal ini, Theo Tang menjulurkan kepalanya tanpa sepengetahuan Graysen Lu dan dia langsung merasa terkejut.

Yang benar saja, Graysen Lu sedang melihat foto seorang gadis di ponselnya.

"Ah, siapa ini? Adik perempuan yang sangat cantik dan imut, biarkan aku melihatnya."

Theo Tang ingin mengambil ponsel Graysen Lu dan ingin melihat lebih jelas, tetapi Graysen Lu malah langsung mematikan layar ponselnya.

"Pelit, dia siapamu? Masih menyembunyikannya dan tidak mau menunjukkannya padaku," keluh Theo Tang.

"Graysen, biasanya kamu tidak bermain dengan adik perempuan. Mungkinkah kamu menyukai tipe yang seperti ini? Yang di bawah umur?"

Jangan salahkan Theo Tang karena berpikir seperti ini, karena dandanan Layla Tsu memang membuatnya terlihat masih kecil, dia baru saja lulus SMA dan dia memancarkan aura yang belum dewasa, dilihat sekilas memang seperti anak di bawah umur.

Graysen Lu sedikit kesal. Usia Layla Tsu memang sedikit terlalu muda.

"Diam! Kamu tidak berbicara, tidak ada yang akan menganggapmu bisu."

Pada saat ini, Nyonya Tua Lu meneleponnya: "Graysen, apakah kamu sudah melihat foto yang kukirim? Simpan baik-baik. Nenek sudah membantumu menanyakannya. Sabtu ini Layla akan pergi ke Kota Feng Cheng dengan ayahnya untuk membatalkan pernikahan. Nanti aku akan menyuruh Layla tinggal di rumah kita."

Melihat Layla Tsu datang dengan membawakan teh susu, dia bergegas berkata: "Sudah dulu, aku tutup dulu teleponnya."

Nyonya Tua Lu menutup telepon dan menatap Layla Tsu sambil tersenyum.

Layla Tsu menyerahkan teh susu sambil dengan perhatian memasukkan sedotan untuknya dan bertanya, "Nenek, mengapa kamu melihatku seperti ini?"

"Aku melihatmu karena kamu cantik. Nenek merasa kamu sangat cocok dengan cucu ketujuhku."

Cucu ketujuh? Graysen Lu?

Layla Tsu yang memahami maksudnya ini, tersedak oleh seteguk teh susu dan batuk.

Dia baru berusia delapan belas tahun dan tunangannya baru saja direbut oleh orang lain. Dia belum kepikiran untuk mencari pasangan baru secepat ini.

Unduh App untuk lanjut membaca

Daftar Isi

150